2.2.7.4. Sistem Pemungutan
Sistem merupakan sekelompok bagian-bagian alat dan sebagainya yang bekerja sama untuk melaksanakan
tujuan atau maksud Marjihanto,1996. Sedangkan pemungutan adalah kewenangan mengambil atau menagih
sesuatu yang menjadi kewajiban seseorang untuk dibayarkan. Sehingga sistem pemungutan adalah
kewenangan wajib pajak untuk membayar pajak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh fiskus.
Indonesia mempunyai beberapa sistem pemungutan pajak yang pernah dilaksanakan Devano dan Rahayu,
2006 : 80, yaitu: a.
Official Assessment System Dimana wewenang pemungutan pajak pada fiskus.
Utang pajak timbul kalau ada Surat Ketetapan Pajak dilaksanakan sampai tahun 1967.
b. Semi Self Assessment System
Wewenang pemungutan ada pada wajib pajak dan fiskus. Pada awal tahun pajak wajib pajak menaksir
dahulu berapa pajak yang akan terutang untuk satu tahun pajak, kemudian mengangsurnya. Akhir tahun
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pajak, pajak terutang sesungguhnya ditentukan fiskus. Dilaksanakan di Indonesia pada periode 1968-1983.
c. Full Self Assessment System
Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada wajib pajak. Wajib pajak aktif menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam penentuan
besarnya pajak terutang selama wajib pajak tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Dilaksanakan secara
efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983.
d. With Holding System
Wewenang pemungutan pajak ada pada pihak ketiga. Dilaksanakan secara efektif sejak 1984.
Sistem pemungutan pajak suatu Negara yang baik, adalah yang berdasarkan pada prinsip-prinsip adil,
kepastian hukum, ekonomis, dan convenience. Keadilan ditujukan bagi wajib pajak, disertai
dengan kepastian hukum yang menjadi dasar pelaksanaan pemungutan pajak baik bagi wajib pajak maupun bagi
fiskus. Ekonomis ditujukan bagi pelaksanaan pemungutan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pajak bagi fiskus dengan tidak mengenyampingkan masalah biaya yang dikeluarkan oleh fiskus dalam rangka
pengumpulan pajak. Convenience ditujukan untuk pembebanan pajak pada saat yang tepat kepada wajib
pajak Devano dan Rahayu, 2006 : 116.
2.2.8 Pengaruh Tingkat Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Pengaruh tingkat kesadaran Perpajakan WP terhadap keberhasilan penerimaan PBB mengacu pada teori kewajiban
mutlak atau teori bhakti. Teori ini mendasarkan pada pemahaman Organische Staatsleer. Teori ini mengajarkan bahwa karena sifat
Negara sebagai suatu perkumpulan dari individu-individu maka timbul hak mutlak Negara untuk memungut pajak. Dari sudut
pandang rakyat membayar pajak kepada Negara merupakan bukti rasa baktinya rakyat atau warga kepada Negara Tjahjono dan
Husein, 2005:18 Berdasarkan hasil penelitian Mu’minatus dan Istiqomah
2005 : 73 besarnya pengaruh variabel tingkat kesadaran Perpajakan WP sangat berpengaruh positif terhadap keberhasilan
penerimaan PBB dan tentunya tidak terlepas dari perilaku wajib
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pajak itu sendiri yang terbentuk oleh beberapa faktor seperti sikap attitudes,
motivasi motivation,
persepsi perception,
pembelajaran Learning, kepribadian personality dan juga dipengaruhi oleh lingkungan dan dasar biologis dari wajib pajak.
Menurut Brotodiharjo 1986 : 13 , lepas dari kesadaran kewargaan dan solidaritas nasional, lepas pula pengertiannya
tentang kewajibannya terhadap Negara, pada sebagian terbesar diantara rakyat tidak akan pernah merasa kewajibannya membayar
pajak sedemikian rupa, sehingga memenuhinya tanpa menggerutu. Bahkan bila ada sedikit kemungkinan saja, maka pada umumnya
mereka cenderung untuk meloloskan diri dari setiap pajak. Yang pada akhirnya menyebabkan penerimaan pajak Negara berkurang.
Kesadaran perpajakan adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa komponen kognitif, afektif, dan konatif Suhardito
dan Sudibyo, 1999 : 5. Menurut Azwar 2007 : 24-27 , komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif menyangkut emosional subjektif seseorang terhadap suatu
objek sikap. Sedangkan komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk
para WP agar mereka rela memberikan kontribusi dana untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu.
Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan
kesadaran dan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu kesadaran dan kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang
sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan itu dilakukan oleh wajib
pajak dilakukan sendiri atau dibantu tenaga ahli, bukan fiskus pemungut pajak. Sehingga kesadaran dan kepatuhan diperlukan,
dengan tujuan pada penerimaan pajak Devano dan Rahayu, 2006:111-112.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka kesadaran perpajakan WP mempengaruhi tingkat keberhasilan
penerimaan PBB.
2.2.9 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak terhadap Tingkat