Jenis Kelamin KAJIAN PUSTAKA

Bias antara laki-laki dan perempuan hadir di ruang kelas. Guru berinteraksi lebih banyak dengan anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan disemua tingkat pendidikan. Menurut Blakemore, Berenbaun dan Liben dalam buku Jhon W. Santrock 2014: 192 ada beberapa faktor yang mempertimbangkan: a. Patuh, mengikuti aturan dan menjadi rapih serta teratur dinilai dan diperkuat dibanyak kelas. Ini adalah perilaku yang biasanya berhubungan dengan anak perempuan daripada anak laki-laki. b. Sebagian besar guru adalah perempuan, terutama disekolah dasar. Hal ini dapat membuat anak laki-laki lebih sulit untuk mengidentifikasi guru dan meneladani perilaku guru mereka daripada anak perempuan. c. Anak laki-laki lebih mungkin untuk teridentifikasi memiliki masalah belajar dibandingkan dengan anak perempuan. d. Anak laki-laki lebih mungkin dikritik dibandingkan anak perempuan. Berikut ini beberapa faktor yang menjadi bukti bahwa kelas bias terjadi terhadap anak perempuan, antara lain: a. Dalam kelas khusus, anak perempuan lebih patuh, anak laki-laki lebih kasar. Anak laki-laki menuntut perhatian lebih, anak perempuan cenderung menunggu giliran mereka. Pendidik khawatir bahwa kecenderungan anak perempuan untuk diam dan patuh memiliki dampak yaitu ketegasan yang berkurang. b. Dibanyak kelas, guru menghabiskan lebih banyak waktu dan memperhatikan anak laki-laki, sedangkan anak perempuan bekerja dan berinteraksi sendiri. c. Anak laki-laki mendapatkan intruksi bantuan lebih banyak dibandingkan anak perempuan ketika mereka mengalami kesulitan dengan pertanyaan. Guru sering memberikan anak laki-laki lebih banyak waktu untuk menjawab pertanyaan, petunjuk lebih pada jawaban yang benar dan selanjutnya mencoba jika mereka memberi jawaban yang salah. d. Meskipun anak perempuan di identifikasi untuk program berbakat lebih dari anak laki-laki disekolah dasar, disekolah tinggi terdapat lebih banyak anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dalam program berbakat Dinas Pendidikan A.S.1999 dalam buku Jhon W. Santrock 2014:192. 4. Perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan terhadap menyontek dalam ujian. Sebuah penelitian pada tahun 1984 yang dilakukan oleh Lueptow Santrock, 2003, membuktikan bahwa perempuan memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam orientasi berprestasi dalam prestasi akademik daripada laki-laki. Prestasi bisa jadi merupakan komponen yang kuat dalam peran gender perempuan daripada laki-laki. Suatu pembedaan mungkin diperlukan adanya prestasi yang berdasarkan kecakapan dan mutu yang baik fokus utama adalah perempuan dan prestasi yang berdasarkan tuntutan dan kompetensi agresif fokus utama adalah laki-laki dimana perempuan adalah peraih sukses yang ulet, sedangkan laki-laki adalah pesaing yang ulet Santrock, 2003. Walaupun perempuan memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam berprestasi, tetapi karena adanya faktor sosial yang menuntut perempuan supaya dapat dipercaya, sensitif dan ikut memikirkan kesejahteraan orang lain. Menurut Nathaniel kumara, 1990 menyebabkan perempuan menekankan keinginannya untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi karena perempuan akan dianggap tidak feminism lagi. Berlawanan dengan sifat feminism, maskulin yang merupakan karakteristik laki-laki, yaitu mandiri, aktif, kompetitif, mudah membuat keputusan, cenderung berperan sebagai pemimpin, tidak mudah menyerah, percaya diri, merasa superior, ambisius dan mampu bertahan dalam kondisi yang memberikan stress. Hal tersebutlah yang mendorong laki-laki memiliki perasaan lebih tinggi daripada perempuan sehingga mereka akan melakukan perbuatan apa saja untuk mencapai keinginannya tersebut. Dalam sebuah studi nasional yang dilakukan U.S Departement of Education Santrock, 2007, laki-laki memperlihatkan performa sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan. Meskipun demikian, secara keseluruhan, pada umumnya perempuan termasuk siswa yang superior, memperoleh ranking lebih tinggi, dan memiliki kemampuan membaca yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Dibandingkan perempuan, laki- laki lebih sering dimasukkan dalam khususremedial. Dibandingkan laki- laki, perempuan cenderung lebih baik dalam menangani materi-materi akademis, memberikan perhatian terhadap pelajaran dikelas, berusaha lebih keras dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis dan berpartipasi di kelas.

F. Penelitian yang Relevan

1. Hubungan antara Motivasi Berprestasi Dengan Perilaku Menyontek.

Penelitian ini dilakukan oleh Alvianto, 2008 Universitas sanata Dharma. Penelitian yang dilakukan pada siswa-siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan yang berjumlah 70 orang, menunjukkan bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek r=-0.577, seigifikansi 0.000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah tingkat perilaku menyonteknya. Demikian pula sebalikya, semakin rendah tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat perilaku menyonteknya.

2. Perbedaan Sikap antara Mahasiswa Laki-Laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku Menyontek dalam Ujian di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilakukan oleh Meidiana 2005 Universitas Sanata Dharma. Penelitian pada mahasiswa USD yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan, menunjukkan bahwa ada perbedaan sikap antara mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap perilaku menyontek. Perbandingan nilai mean pada mahasiswa laki-laki sebesar 132.07 dan pada perempuan sebesar 110.90. Hal ini menunjukkan bahwa sikap mahasiswa laki-laki lebih permisif daripada perempuan terhadap perilaku menyontek dalam ujian di USD.

G. Kerangka Berpikir

1. Perilaku Siswa Terhadap Menyontek ditinjau dari Status Sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang digunakan untuk proses belajar mengajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang terbagi menjadi dua macam yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sekolah swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh non-pemerintah atau masyarakat, penyelenggara sekolah swasta biasanya berupa badan maupun yayasan pendidikan melalui suatu badan atau organisasi tertentu, tanpa mendapat bantuan dari pemerintah. Status sekolah yang baik adalah sekolah yang dianggap berpotensi untuk memberikan masa depan yang baik bagi siswa. Status sekolah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap siswa setelah lulus dari bangku sekolah menengah atas. Dengan kata lain baik-buruknya status sekolah dan iklim sekolah akan mempengaruhi kebiasaan siswa menjadi baik juga. Ada dugaan bahwa sekolah negeri memiliki intensitas menyontek yang lebih rendah dibandingkan sekolah swasta, hal ini disebabkan banyak tenaga pendidik yang membantu dalam mengawasi siswa dalam proses belajar mengajar sehari-hari maupun saat sedang ujian. Sedangkan disekolah swasta memiliki intensitas menyontek yang tinggi dikarenakan kurangnya tenaga pendidik untuk mengawasi keseharian peserta didik dan saat ujian berlangsung. Dibandingkan dengan sekolah swasta, sekolah negeri kedisiplinan serta kejujuran yang ditanamkan sejak awal peserta didik masuk disekolah tersebut dan biasanya memiliki pengawasan yang sangat ketat sehingga para peserta didik tidak dapat memiliki kesempatan menyontek terutama pada saat ujian berlangsung dan peserta didik dengan sendirinya memiliki semangat dalam belajar dan kepercayaan diri yang tinggi. 2. Ada Perbedaan Perilaku Siswa Terhadap Menyontek Yang Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Peran identitas jenis kelamin adalah salah satu pemahaman tentang kepribadian manusia bedasarkan jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan dan mempengaruhi perilaku dan nilai yang dikembangkan oleh individu. Perkembangan peran identitas jenis kelamin pada diri seseorang tidak bisa dilepas dari unsur biologis dan psikis.

Dokumen yang terkait

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari status sekolah dan tingkat pendidikan orang tua pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta.

0 0 2

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari status sekolah dan tingkat penghasilan orang tua pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta.

0 1 2

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari akreditasi dan tingkat pendidikan orang tua pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta.

0 0 2

Sikap siswa terhadap perilaku menyontek di tinjau dari akreditasi dan status sekolah. Studi kasus pada siswa SMP Negeri dan swasta di Kota Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 1 167

Sikap siswa terhadap perilaku mencontek ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat penghasilan orang tua : studi kasus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 dan SMP Maria Immaculata Kota Yogyakarta.

3 9 165

Sikap siswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari jenis kelamin dan akreditasi pada siswa kelas VIII di Kota Yogyakarta.

0 0 145

Sikap siswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua dan jenis kelamin siswa.

0 1 180

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari status sekolah dan tingkat pendidikan orang tua pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta

0 3 142

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari status sekolah dan jenis kelamin pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta

0 1 121

Perilaku siswa terhadap menyontek ditinjau dari status sekolah dan tingkat penghasilan orang tua pada siswa kelas VIII di kota Yogyakarta

0 2 157