Fungsi Memanggil Fungsi Sosial Pemakaian Ungkapan Emosi Negatif Masyarakat Karangawen Demak dalam Ranah Pasar

73 ini. 28 KONTEKS : SEORANG PENJUAL SAYURAN MARAH KARENA MERASA DIFITNAH P1 : “He, Yu. Jare anakmu meteng?” [he yu jare ana?mu m ətəη] ‘He, Mbak. Katanya anakmu hamil?’ P2 : “Lambemu wi” [lambemu wi] ‘Mulutmu itu’ P1 : “Bothok sing ngomong.” [b ⊃t⊃? sIη η⊃m⊃η] ‘Bothok yang bilang.’ P2 : “Ooo... Lambene bothok ki mang lumer” [Ooo... lambene b ⊃t⊃? ki maη lumεr] ‘Ooo... Mulutnya bothok itu memang sisa’ ..... Data 32 Konteks 28 di atas merupakan bentuk pemakaian ungkapan emosi negatif yang bertujuan untuk mengumpat. Tuturan “Lambemu wi” dituturkan oleh seorang penjual sayuran P1 kepada temannya P2 karena dia sakit hati merasa difitnah. Lambemu yang berarti ‘mulutmu’ mengarah kepada sikap seseorang untuk menjaga pembicaraannya agar tidak menimbulkan fitnah. Umpatan ini dilontarkan penjual sayuran atas pertanyaan temannya yang terkesan menuduh. Kata lumer juga merupakan bentuk umpatan yang berarti ‘sisa’. ‘Sisa’ di sini bukan menunjuk kepada ‘sesuatu apa yang tertinggal’, namun mengarah ke ‘sesuatu yang lebih’. Lambe lumer mengibaratkan seseorang yang suka berbicara asal tanpa bukti atau kenyataan.

4.2.5 Fungsi Memanggil

Selain berfungsi untuk menyampaikan perasaan hati, mengejek, 74 menyindir, dan mengumpat, pemakaian bentuk ungkapan emosi negatif juga berfungsi untuk memanggil. Data yang mengandung ungkapan emosi negatif yang digunakan masyarakat Karangawen Demak dalam ranah pasar berfungsi untuk memanggil dapat ditunjukkan pada konteks berikut. 29 KONTEKS : SEORANG PEMBELI MENAWAR HARGA SEEKOR AYAM KEPADA PENJUAL P1 : “Tik, Pitik Telung puluh yo?” [tI? pitI? t əlUη pulUh y ⊃] ‘Yam, Ayam Tiga puluh ya?’ P2 : “Durung entuk to, Yu. Antepe kaya ngene kok. Tambahi setengah piye?” [durU η entU? t ⊃ yu antəpe k⊃y⊃ ngene ko? tambahi s ətəηah piye] ‘Belum dapat to, Mbak. Mantep seperti ini kok. Tambahi setengah bagaimana?’ P1 : “Nek entuk telu loro wis.” [ne? entU? t əlu loro wIs] ‘Kalau boleh tiga dua deh.’ P2 : “Telu papat.” [t əlu papat] ‘Tiga empat.’ ..... Data 4 Kata pitik pada konteks 29 dituturkan pembeli P1 untuk memanggil penjual ayam P2. Kata panggilan ini dipilih karena disesuaikan dengan profesi penjual yaitu menjual ayam. Tuturan “Tik pitik, telung puluh yo?” dituturkan pembeli yang memang belum mengetahui nama si penjual. Dengan panggilan pitik itu, seolah-olah pembeli akrab dengan penjual sehingga harga yang ditawar diharapkan bisa berkurang. Pemilihan kata pitik bukan berarti si penjual digambarkan seperti apa yang ada pada diri ayam baik sifat ataupun fisiknya, 75 namun pemakaian kata panggilan ini bertujuan untuk mencari aman karena pembeli memang belum mengenal si penjual. Tuturan yang mengandung ungkapan emosi negatif berfungsi memanggil juga dapat dilihat pada konteks 30 berikut. 30 KONTEKS : SEORANG PEMBELI SEDANG MENAWAR CUMI-CUMI P1 : “Mbak, cumi-ne setengah pira?” [mba? cumine s ətəηah pir ⊃] ‘Mbak, cuminya setengah berapa?’ KARENA MERASA TIDAK DIPERHATIKAN, PEMBELI TERSEBUT MARAH KEPADA PENJUAL CUMI-CUMI P1 : “Mi, Cumi Diundang wit mau kok njubleg wae to?” [mi cumi diunda η wIt mau ko? njubləg wae t ⊃] ‘Mi, Cumi Dipanggil dari tadi kok diam saja to?’ P2 : “Dalem, Bu? Pripun wau?” [dal əm bu pripUn wau] ‘Iya, Bu? Bagaimana tadi?’ ..... Data 9 Tuturan “Mi, Cumi Diundang wit mau kok njubleg wae to?” merupakan ungkapan emosi negatif yang dituturkan oleh seorang pembeli P1 kepada penjual cumi-cumi P2. Panggilan cumi dilontarkan pembeli karena dia merasa jengkel kepada penjual. Pembeli merasa tidak dipedulikan ketika dia memanggil. Oleh karena itu, dengan suara keras dan intonasi tinggi, si pembeli memanggil dengan sapaan cumi. Cumi bukan berarti menggambarkan penjual mempunyai sifat atau bentuk tubuh seperti cumi, namun pemakaian panggilan ini digunakan untuk menegaskan bahwa penjual yang dipanggil adalah penjual cumi-cumi. 76

4.2.6 Fungsi Menyuruh Memerintah