58
P1 : “Mas, kowe ndak sida kulakan rokok?” [mas kowe nda? sid
⊃ kula?an r⊃k⊃?] ‘Mas, kamu jadi berbelanja rokok?’
P2 : “Durung. Ra kober.” SAMBIL TERSENYUM
[durU η ra k
⊃bər]
‘Belum. Tidak ada waktu.’ P1 : “Alah OT Nek ngomong nggedabul Wingi jare arep
kulakan.” [alah OT n
ε? η⊃m⊃η ηgədabul wiηi jare arəp kula?an]
‘Alah OT Kalau bicara suka bohong Kemarin katanya mau belanja.’
P2 : “Lha aku ning Sila og, Dek” [lha aku nI
η sila ⊃? dε?]
‘Lha aku di tempatnya Sila og, Dek’ Data 44
Kata OT merupakan singkatan dari omong thok atau dalam bahasa Indonesia bermakna ‘hanya bicara saja’ tanpa bukti atau tindakan yang nyata. OT
ini dibentuk dengan pengekalan huruf pertama pada tiap komponen. Dalam proses penyingkatannya, OT diambil dari huruf pertama masing-masing kata, OT =
Omong Thok. Tuturan “Alah OT Nek ngomong nggedabul Wingi jare arep
kulakan.” diucapkan oleh seorang penjual kelontong P1 yang menganggap suaminya P2 telah berbohong. Sang suami yang sudah berjanji akan berbelanja
kebutuhan toko mereka, namun ternyata tidak jadi karena belum sempat.
4.1.4 Ungkapan Emosi Negatif Bentuk Frase
59
Ungkapan emosi negatif yang digunakan oleh masyarakat pasar Karangawen Demak dalam bentuk frase juga ditemukan dalam penelitian ini.
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Data tuturan yang mengandung ungkapan emosi negatif bentuk frase dapat dilihat pada
konteks berikut.
15 KONTEKS : SEORANG PREMAN PASAR MENGGANGGU WANITA YANG SEDANG BERJALAN
P1 : “Mba’e, nek mlaku kok bokonge keri?” SAMBIL TERTAWA SEOLAH MENGEJEK
[mba?e n ε? mlaku ko? b⊃k⊃ηe kεri]
‘Mbak, kalau jalan kok pantatnya ketinggalan?’
P2 : “Nggapleki Asem ya, Mas Kurang ajar ik”
[ ηgapl
ε?i asəm ya mas kuraη ajar ri?] ‘Menyebalkan Kurang ajar ya, Mas Kurang ajar ik’
P1 : “Ooo… Dhasar lonthe pasar”
[Ooo… dasar lonte pasar] ‘Ooo… Dhasar pelacur pasar’
Data 11 Pada konteks 15 di atas, kata lonthe pasar merupakan umpatan yang
berbentuk frase. Lonthe pasar berarti ‘wanita nakal yang menjajakan dirinya di pasar’. Lonthe pasar berasal dari kata lonthe dan pasar. Umpatan ini dilontarkan
oleh seorang preman pasar P1 yang ditujukan kepada seorang wanita nakal P2. Preman pasar sengaja menggodanya karena dia sudah tahu siapa sebenarnya
wanita itu. Jadi, tanpa canggung dia menyebut lonthe pasar ketika si wanita melontarkan kata nggapleki dan asem.
Data lain ungkapan emosi negatif yang digunakan masyarakat pasar
60
Karangawen Demak bentuk frase dapat dilihat pada tuturan berikut ini.
16 KONTEKS : PERCAKAPAN ANTARA SEORANG PENJUAL SAYURAN YANG MEMBERI NASIHAT
KEPADA ANAKNYA
P1 : “Sri, Sri. Awakmu ki lho Wis awak gambot ki nek mangan mbok jo akeh-akeh to yo”
[sri sri awa?mu ki lho wIs awa? gamb ⊃t ki nε? maηan
mb ⊃? j⊃ akεh- akεh t⊃ y⊃]
‘Sri, Sri. Badanmu itu lho Sudah badan gendut itu kalau makan jangan banyak-banyak to ya’
P2 : “He eh. Sakke bojomu, Mbak” [h
ε εh sa?ke bojomu mba?] ‘Iya. Kasihan suamimu, Mbak’
P3 : “Halah ra urus Penting anakmu rak yo wis payu to,
Mak?” [halah ra urUs p
əntIη ana?mu ra? y ⊃ wIs payu t⊃
ma?] ‘Halah nggak peduli Yang penting anakmu ini sudah
laku to, Bu?’ .....
Data 33 Pada tuturan di atas, kata ra urus juga merupakan ungkapan emosi
negatif bentuk frase. Ra urus berasal dari kata ora dan urus yang artinya ‘tidak peduli’. Ungkapan ini dituturkan oleh seorang anak P3 yang sedang dinasihati
oleh ibunya agar menjaga berat badan yang semakin lama semakin bertambah. Akan tetapi, sang anak sama sekali tidak mempedulikannya. Dia menganggap
tubuh besar bukan merupakan suatu masalah bagi dirinya sendiri maupun suami dan keluarganya.
4.1.5 Ungkapan Emosi Negatif Bentuk Kalimat