80
suaminya. Melalui tuturan “Sri, Sri. Awakmu ki lho Wis awak gambot ki nek mangan mbok jo akeh-akeh to yo” memperingatkan anaknya untuk mengurangi
porsi makan. Kata gambot merupakan pelesetan dari kata gembrot yang berarti ‘sangat gemuk’. Ungkapan emosi negatif ini diucapkan sang ibu melalui
nasihatnya yang terdengar halus.
4.2.8 Fungsi Menghaluskan
Banyak kata makian yang bermakna tabu, jorok atau tidak pantas diucapkan secara terus terang. Namun, pengucapan kata tabu tersebut dapat
diredam dengan pemelesetan kata agar terkesan lebih halus. Biasanya, kata makian itu diturunkan menjadi sebuah kata baru dengan makna yang sama tetapi
cara pengucapannya terdengar lebih sopan. Berikut data bentuk pemakaian ungkapan emosi negatif masyarakat Karangawen Demak dalam ranah pasar yang
berfungsi menghaluskan.
35 KONTEKS : SEORANG PEMUDA BERCERITA KEPADA TEMANNYA TENTANG KEJADIAN YANG
MENGECEWAKAN
P1 : “Ndhes, nggatheli Kampret kadare mung ning pasar wae cegat polisi”
[ndes ηgat
εli kamprεt kadare mUη niIη pasar wae c
əgat polisi] ‘Ndes, menyebalkan Kurang ajar cuma mau ke
pasar saja dicegat polisi’ P2 :
“Polisi? Lha ning ndi to?” SAMBIL TERTAWA
[polisi lha nI η ndi t
⊃] ‘Polisi? Lha dimana to?’
P1 : “Prapatan kuwi lho, Ndhes”
[prapatan kuwi lho ndes] ‘Perempatan itu lho, Ndes’
81
P2 : “Lha kena pira ik?”
[lha k
ən ⊃ pir⊃ i?]
‘Lha kena berapa?’ P1
: “Selawe og. Ajnrit anjrit”
[s əlawe o? anjrit anjrit]
‘Dua puluh lima og. Anjing anjing’ Data 20
Anjrit merupakan pelesetan dari kata ‘anjing’. Penggunaan kata anjrit ini berfungsi memperhalus kata umpatan ‘anjing’ yang sebenarnya tidak pantas untuk
dilontarkan. Tuturan “Selawe og. Ajnrit anjrit” diucapkan oleh seorang pemuda P1 yang baru saja terkena razia polisi di jalan raya. Ketika ia bercerita kepada
temannya P2, ia mengungkapkan kekesalannya itu dengan mengucapkan kata makian anjrit agar terdengar lebih sopan.
Selain data di atas, tuturan yang mengandung pemakaian ungkapan emosi negatif masyarakat pasar Karangawen Demak juga dapat ditunjukkan pada
konteks 36 di bawah ini.
36 KONTEKS : PENJUAL MENGELUH DENGAN KEADAAN DIRINYA
P1 : “Alu alu Dodolan saiki saya suwe kok yo saya ra
payu” [alu alu d
⊃d⊃lan saiki s⊃y⊃ suwe k⊃? y⊃ s⊃y⊃ ra payu]
‘Alu alu Jualan sekarang semakin lama kok ya semakin nggak laku’
P2 : “He eh og, Mbak. Dhuit kok ra aji men yo?” [he
εh ⊃? mba? duwIt k⊃? ra aji mən y⊃] ‘Iya og, Mbak. Uang kok tidak berharga ya?’
P1 : “Lha yo piye, pasar sepi terus Sing dodol tambah
akeh.” [lha y
⊃ piye pasar səpi tərUs sIη d⊃d⊃l tambah akεh] ‘Lha bagaimana, pasar sepi terus Yang jualan
82
semakin banyak.’ ..... Data 42
Kata alu merupakan kata umpatan yang dipelesetkan agar terdengar lebih halus. Kata alu ini adalah turunan dari kata asu yang bermakna ‘anjing’.
Seorang penjual kelontong P1 memelesetkan kata asu ini menjadi alu agar tidak terdengar kasar di telinga orang yang mendengarnya. Ia mengeluh dengan
keadaan dirinya yang hidup miskin. Untuk menyampaikan persaan hatinya itu, penutur melontarkan makian alu.
4.2.9 Fungsi Mengakrabkan