Manfaat Penulisan Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja secara kontekstual di lingkungan Santo Yusuf Kadisobo Paroki Santo Yoseph Medari
12
itu, kaum muda mampu menemukan hak-haknya, peranannya, kewajibannya serta kebutuhannya sebagai pribadi yang matang dan dewasa. Masa perkembangan dan
masa persiapan dengan segala kekhasan yang ada pada diri kaum muda merupakan hal pokok yang akan dibahas pada bagian ini.
Berkaitan dengan perkembangan dan persiapan tersebut Shelton mengatakan:
“...dalam tahap ini kaum muda disibukkan dengan pilihan-pilihan masuk perguruan tinggi, studi tingkat sarjana, karir atau perkawinan. Perhatian
kaum muda semakin terpusat pada peran-peran dan tugas-tugas yang menyiapkan mereka memasuki dunia kaum dewasa. Dalam tahap inilah
masalah-masalah yang menyangkut identitas dan intimitas selalu gawat di
kalangan kaum muda” Shelton, 1988:12.
Dari pernyataan Shelton ini, jelaslah bahwa kaum muda pada tahap akhir benar-benar mengalami masa transisi yang sangat menentukan hidupnya, maka
tidak mudah bagi mereka dalam hidup ini menentukan sebuah “pilihan”. Banyak kaum muda beranggapan, bahwa masa depannya tidak jelas; ada banyak
kecemasan-kecemasan, ketakutan-ketakutan akan apa yang dihadapi di masa yang akan datang.
Pada situasi ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kaum muda mempunyai kemampuan untuk mengolah dirinya, membiasakan diri untuk
berefleksi terhadap pengalamannya sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat. Ketidaktepatan di dalam memilih inilah yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan kekaburan, keragu-raguan, dan akhirnya frustasi. Tidak mengherankan bila kemudian obat bius, minuman keras, dan lain-lain cenderung
menjadi “sahabat” dekat mereka.
13
Realita kehidupan kaum muda di atas diharapkan mampu membuka mata kaum muda dewasa untuk lebih menyikapi makna hidup ini. Mereka mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap Gereja dalam melayani kebutuhan kaum muda. Tak seorang pun yang mempunyai iman dan mempunyai latar
belakang pendidikan tertentu membiarkan keadaan ini berlarut-larut. Dalam perjalanan waktu dan perkembangan pemahaman mereka, kaum muda banyak
menghadapi problem-problem, baik secara intern maupun ekstern. Konsili Vatikan II dalam dekritnya tentang AA art 2, menegaskan bahwa
kaum muda merupakan kekuatan penting dalam masyarakat sekarang, dimana peran dan keterlibatannya sangat dibutuhkan dalam hidup bersama baik di lingkup Gereja
maupun masyarakat luas. Philip Tangdilintin 2008:25 dengan mengutip pendapat DR J. Riberu
menerangkan tentang keberadaan “kaum muda” dengan istilah “muda-mudi” sebagai berikut:
“Muda-mudi dimaksudkan kelompok umur kurang lebih 12-24 tahun, bagi yang bersekolah usia ini sesuai dengan usia lanjutan dan Perguruan Tinggi.
Ditinjau dari segi sosiologis sering kali usia di atas perlu dikoreksi sesuai dengan umur usia seseorang dalam masyarakat tertentu =kedewasaan
psikologis. Status sosial yang dimaksudkan ialah hak dan tugas orang dewasa yang diberikan kepada seseorang dalam masyarakat tertentu. Status
sosial ini sering sejalan dengan status berdikari di bidang nafkah ataupun status keluarga. Unsur status sosial ini menyebabkan seseorang yang
menurut usianya masih dalam jangkauan muda-mudi sudah bisa dianggap dewasa dan sebaliknya orang yang sudah melampaui usia tersebut toh masih
dianggap muda-
mudi”. Dalam ilmu psikologi dapat juga didiskripsikan kaum muda sebagai orang-
orang yang secara fisik berada dalam taraf dimana daya tahan tubuh berada pada puncak perkembangannya. Demikian juga perkembangan ketajaman penglihatan