PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009 2010
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
RISCHA NUR FITRIYANA NIM : K4305040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
(Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
OLEH:
RISCHA NUR FITRIYANA NIM : K4305040
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(3)
commit to user
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v ABSTRACT
Rischa Nur Fitriyana. THE APPLICATION OF MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TGT (Teams Games Tournament) OF USING PUZZLE TO
IMPROVE THESTUDENT’SRESPONSE TO BIOLOGY LEARNING IN THE
VII GRADERS OF SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, October 2010.
The objective of research is to improve the student’s response to Biology
learning by applying the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle in the VII graders of SMP Negeri 1 Mojogedang.
This study belongs to a classroom action research with cycles. Each cycle consists of 4 basic stages: planning, acting, observing and reflecting. The data collection was done using observation, questionnaire and interview techniques. Data validity was tested using method triangulation technique. Technique of analyzing data employed was a qualitative descriptive analysis one.
The result of research showing that the increase in each indicator of
student’s response in biology learning has achieved the predetermined target. The
target for indicator of involvement in preparation activity, process and learning sustainability is 75%. Percentage gain of involvement in preparation activity, process and learning sustainability indicator is 77.5%. The target for indicator of willingness to initiate is 75%. Percentage gain of willingness to initiate indicator is 77.5%. The target for indicator of work continuously or not stagnant in learning is 82.5%. Percentage gain of work continuously or not stagnant in learning indicator is 75%. The target for indicator of doing work without wasting time is 75%. Percentage gain of doing work without wasting time indicator is 75%.
The conclusion that can be drawn is that the TGT (Teams Games Tournament) method of cooperative learning using puzzle can improve the
student’s response in Biology learning. The research is stopped in the second cycle considering that the target has been achieved.
Keywords: TGT (Teams Games Tournament) model of cooperative learning,
(6)
commit to user
vi ABSTRAK
Rischa Nur Fitriyana. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PROSES
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1
MOJOGEDANG. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersiklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan dasar yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi, angket, wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Simpulan penelitian yang diperoleh adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi telah dapat mencapai target yang telah ditentukan. Target untuk indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar adalah 75%. Presentase capaian indikator keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar sebesar 77,5%. Target untuk indikator kemauan untuk berinisiatif adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berinisiatif sebesar 75%. Target untuk indikator kemauan untuk berkreasi adalah 75%. Presentase capaian indikator kemauan untuk berkreasi 77,5%. Target untuk indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran adalah 75%. Presentase capaian indikator terus bekerja atau tidak macet dalam pembelajaran sebesar 82,5%. Target untuk indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu adalah 75%. Presentase capaian indikator melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu sebesar 75%. Penelitian dihentikan pada siklus kedua mengingat target telah tercapai.
Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
(7)
commit to user
vii MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah: 6-8)
Ada tiga perkara, barang siapa tiga perkara tersebut ada padanya, maka ia akan merasakan manisnya iman.
Yaitu bahwa Allah dan Rosul-Nya lebih ia cintai dari segalanya, mencintai seseorang hanya karena Allah, takut kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan dari padanya, sebagaimana ia takut dilemparkan ke bara api
(HR Bukhari)
Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu, kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Yunus:41)
Cara termudah untuk menjadi rata-rata adalah melakukan hal-hal yang umum. Karena, cara-cara umum hanya akan menjadikan kita orang rata-rata, yang hidupnya diperlakukan rata-rata. Tegaslah untuk melakukan yang baru, yang menjadikan kita pribadi menonjol yang tidak pantas untuk diperlakukan rata-rata
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
• Ibu, ibu dan ibuku tercinta yang senantiasa menyayangiku dan
mendoakanku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang tak pernah
henti, uraian do’a yang terus mengalir, dan peluh keringat yang takkan terbalas dengan apapun.
Terimakasih Ibu.
• Bapakku tercinta, terimakasih atas semua do’a, jerih payah, dan nasihat -nasihat yang tak terbalas yang selalu menjadi motivasiku
• Adikku satu-satunya, Ahmad Faisal yang sangat aku banggakan,
terimakasih udah bantu Mbak, I love You Full
• Bu Yayin dan Bu Retno terimakasih atas bimbingannya, arahan dan
nasihatnya
• Eyang Putri, matur sembah nuwun eyang atas wejangan-wejangan dan
perhatian yang diberikan kepada Rischa selama ini
• Pakde dan Budhe sekalian, yang senantiasa memberikan kasih sayang,
dukungan dan semangat
• Sahabat-sahabatku SMA (Wulan, Ayda, Yuri). Zaman kita selalu berjuang
bersama, tertawa bersama, menangis bersama, I love U all
• Sahabat sedari kecil, Novia terimakasih atas persahabatan dan
persaudaraan kita selama ini yang takkan luntur oleh waktu dan takkan terhapus oleh perubahan
• Sahabat seperjuangan Vita, Mbak danik, Mbak Ida makasih banget udah
bantuin aku nyelesaiin skripsi dan nemenin di ujian skripsiku
• Hunnyku terimakasih atas supportnya, doanya dan kasih sayangnya
• Teman-teman seperjuangan Biologi ’05, terima kasih atas
kebersamaannya selama ini.
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE UNTUK
MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Muzayyinah, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Dra. Sri Widoretno, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
6. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan pengarahan
(10)
commit to user
x
7. Prof. Dr. Rer. Nat Sadjidan, M.Si, selaku Sekretaris Penguji yang telah memberikan arahan
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
9. Abdul Hamid, Spd., selaku guru mata pelajaran biologi kelas VII C yang senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
10. Siswa siswi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
11. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral maupun spriritual.
12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2010
(11)
commit to user
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
A. Tinjauan Pustaka 5
1. Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Puzzle
5
2. Respons 11
B. Kerangka Berpikir 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 16
A. Tempat dan Waktu Penelitian 16
1. Tempat Penelitian 16
2. Waktu Penelitian 16
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 17
(12)
commit to user
xii
D Teknik Pengumpulan Data 21
1. Observasi 21
2. Wawancara 21
3. Angket 22
.E Validitas Data 23
F Analis Data 24
G Prosedur Penelitian 25
BAB IV. HASIL PENELITIAN 31
A Deskripsi Lokasi Penelitian 31
B Deskripsi Permasalahan Penelitian 32
C Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 37
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 65
A. Simpulan 65
B. Implikasi 65
C. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA 66
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria Penghargaan Tim 10
Tabel 2. Langkah-Langkah dalam Model Pembelajaran kooperatif
Tipe TGT
34
Tabel 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa 35
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan 40
Tabel 5. Presentasi Hasil Obsevasi Prasiklus 46
Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi
Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
47
Tabel 7. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons
Siswa Siklus I
48
Tabel 8. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan
Penggunaan TGT (Teams Games Tournament) Siklus I
57
Tabel 9. Jumlah Jawaban Ya untuk Setiap Indikator pada Observasi
Respons Siswa dalam Pembelajaran Siklus II
58
Tabel 10. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa
Siklus II
59
Tabel 11. Persentase setiap indikator pada Angket Kepuasan
Penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) Siklus II
64
Tabel 12. Persentase setiap Indikator pada observasi Respons Siswa 65
Tabel 13. Persentase setiap Indikator pada Angket Respons Siswa 67
Tabel 14. Persentase setiap Indikator pada Angket kepuasan
penggunaan TGT (Teams Games Tournament) setiap siklus.
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Papan Puzzle 9
Gambar 2. Kerangka Berpikir 9
Gambar 3. Skema Triangulasi 14
Gambar 4. Skema prosedur penelitian 14
Gambar 5. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada
Observasi Partisipasi Siswa Setiap Siklus
20
Gambar 6. Diagram persentase untuk tiap Indikator pada Angket
Partisipasi Siswa Setiap Siklus
30
Gambar 7. Diagram Persentase Setiap Indikator Pada Angket
Kepuasan Siswa Terhadap penggunaan TGT (Teams Games Tournament).
(15)
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. INSTRUMEN DAN HASIL PENELITIAN
Lampiran 1. Silabus 79
Lampiran 2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 81
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 85
Lampiran 3. a. Bahan Diskusi Kelompok Siklus 1 89
b. Bahan Diskusi Kelompok Siklus II 98
Lampiran 4. a. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran
Biologi Pra Siklus
b. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus I
c. Hasil Observasi Respons Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Siklus II
110 112 114
Lampiran 5. Kisi-kisi dan Hasil Angket Respons Siswa Dalam
Pembelajaran Biologi Pada Siklus 1 dan Siklus 2
116
Lampira 6. a. Hasil Test Kognitif Siklus I 126
b. Hasil Test Kognitif Siklus II 135
Lampiran 7. Kisi-kisi dan Angket Kepuasan TGT (Teams Games
Tournament) Menggunakan Puzzle pada Siklus I dan Siklus II
143
Lampiran 8. a. Hasil Wawancara dengan Guru Prasiklus 156
b. Pedoman Wawancara Guru 158
c. Hasil Wawancara dengan Guru 159
d. Pedoman Wawancara Siswa 162
(16)
commit to user
xvi
Lampiran 9. Daftar Nama Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
165
Lampiran 10. Daftar Presensi Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
166
Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1
Mojogedang
167
Lampiran 12. Ringkasan Materi 168
Lampiran 13 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus I 176
Lampiran 14 Hasil Nilai Puzzle pada Siklus II 177
LAMPIRAN B. DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 15. a. Dokumentasi Penelitian Pra Siklus 184
b. Dokumentasi Penelitian Siklus I 185
c. Dokumentasi Penelitian Siklus II 187
LAMPIRAN C. PERIJINAN
a. Surat Permohonan Observasi
b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi d. Surat Permohonan Research/Try Out
e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mojogedang
189 190 191 192 193
(17)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam maupun diluar kelas. Proses pembelajaran menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian. Pembelajaran akan efektif jika komunikasi antara guru dan siswa berlangsung dua arah. Pembelajaran yang dilakukan harus lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi bagi siswa namun berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Guru tidak mendominasi kegiatan belajar tetapi menciptakan kondisi yang mendukung pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi serta bimbingan kepada siswa agar siswa dapat meningkatkan respons terhadap pembelajaran dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Respons siswa dapat dilihat dari partisipasi siswa dan kemauan siswa mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII C semester genap di SMP Negeri I Mojogedang menunjukkan bahwa respons siswa masih rendah. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus bekerja atau tidak macet sebanyak 27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%, antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik, menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk dilempar-lemparkan kepada temannya. Hasil wawancara guru dan siswa kelas VIIC menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran biologi siswa kurang merespons pembelajaran.
(18)
Respons atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan respons siswa terhadap materi pelajaran yang dikarenakan adanya interaksi siswa didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Didalam setiap kelompok, siswa yang berkemampuan lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah. Siswa yang berkemampuan sedang dan siswa yang berkemampuan rendah akan dapat segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Interaksi dalam setiap kelompok akan dapat berjalan baik jika setiap kelompok memiliki kemampuan yang heterogen.
Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi di SMP Negeri 1 Mojogedang yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). TGT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang pelaksanaannya dibagi menjadi empat tahap pembelajaran, yaitu presentasi kelas (penyampaian materi), belajar tim (diskusi kelompok), permainan atau turnamen, dan penghargaan tim. Dalam observasi yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak siswa yang bermain, antara lain menbuat pesawat-pesawatan dari kertas,
bermain rubik ataupun membuat gulungan-gulungan dari kertas untuk
dilemparkan kepada temannya tetapi tidak menunjang pada materi, untuk itu dipilih model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai solusi karena didalamnya terdapat tahap pembelajaran berupa permainan, sehingga siswa tetap dapat bermain namun mengarah pada materi pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pada penelitian ini menggunakan puzzle yang dirancang untuk proses pembelajaran biologi. Kartu puzzle didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun dalam bentuk kata-kata yang berkaitan dengan materi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan judul penelitian
(19)
commit to user
3
TIPE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN PUZZLE
UNTUK MENINGKATKAN RESPONS SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG TAHUN AJARAN 2009/2010
B. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan respons siswa dalam pembelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Guru:
Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dapat diatasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi, khususnya terkait dengan respons siswa.
2. Siswa
Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle sebagai perangsang munculnya keberanian bertanya dan menyampaikan pendapat.
(20)
Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.
3. Sekolah
Menyusun program peningkatan kualitas pembelajaran biologi pada tahap berikutnya.
(21)
commit to user
5 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan Puzzle
Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model kooperatif tipe TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward (Slavin, 2008: 13).
Pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 112) berpendapat bahwa
”Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning) adalah pembelajaran yang
berfokus pada penggunaaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Etin Solihatin dan Raharjo
(2008:4) mengemukakan bahwa ”Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007: 35) menyatakan bahwa
“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to
complete academic tasks”. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu alasan yang
dapat dipercaya bahwa pembelajaran tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademiknya secara lengkap.
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai
(22)
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok.
Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga
keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.
d. Komunikasi antar Anggota
Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
(23)
commit to user
7
Menurut Mohamad Nur (2005: 40) model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD dalam setiap tahap pembelajarannya kecuali dalam satu tahap yaitu sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Menurut Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007: 257) menyatakan
bahwa “TGT cooperation is more effective than interpersonal competition in facilitating positive maths attitudes, but not in promoting maths performance.” Pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak dalam mempromosikan pembelajaran matematika.
TGT memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya karena
mudah divariasikan dengan berbagai media pembelajaran. Kelebihan dari TGT yang lain dapat meningkatkan rasa percaya diri, kekompakan hubungan antar anggota kelompok, waktu kegiatan belajar mengajar lebih singkat dan keterlibatan siswa lebih optimal.
Menurut Slavin (2008: 166) komponen utama dalam pembelajaran TGT adalah:
a. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
(24)
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Setelah presentasi kelas, kegiatan kelompok adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok.
Kelompok merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran TGT. Selama belajar dalam kelompok masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. Diskusi ini meningkatkan komunikasi dua arah antar siswa dan guru.
c. Permainan (games) puzzle
Game yang digunakan dalam penelitian ini adalah puzzle. Puzzle berasal dari bahasa Perancis kuno Apose, yang berarti membingungkan (Anonim, 2010:1). Puzzle merupakan permainan edukatif dengan sistem bongkar pasang tujuannya menggabungkan beberapa potongan-potongan atau bentuk. Permainan ini dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa belajar sejumlah keterampilan. Misalnya melatih motorik halus, melatih ketrampilan kognitif, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah. Puzzle dapat dimainkan perseorangan atau kelompok dengan mengumpulkan poin berdasarkan kepingan puzzle yang dapat disusun dengan benar dan tepat pada kotak kosong yang telah disediakan. Permainan yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Bermain puzzle seperti sedang mengikuti acara kuis tebak kata berhadiah oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana diusahakan kondusif dan semenarik mungkin. Supaya dapat menyusun dengan benar, diperlukan koordinasi
(25)
commit to user
9
dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan partisipasi siswa merupakan modal untuk bertanding. Penguasaan materi yang luas dapat membantu siswa
menyusun kepingan puzzle dengan benar. Suasana yang menarik atau
menyenangkan menyebabkan siswa bersemangat dan dapat berpartisipasi secara optimal.
Manfaat penggunaan media puzzle:
1) Meningkatkan keterampilan kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik, dengan bermain puzzle siswa akan mencoba memecahkan masalah.
2) Meningkatkan keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) berkaitan dengan kemampuan siswa menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Dengan bermain puzzle tanpa disadari siswa akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. 3) Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle yang dilakukan oleh siswa secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial siswa. Dalam kelompok siswa akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain.
Sry (2010: 1)
Adapun konsep bermain sambil belajar seringkali disalahkan oleh orang tua. Orang tua sering berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan menjadikan anak malas bekerja dan bodoh. Pendapat itu kurang bijaksana,karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa perminan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Penggunaan puzzle diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan respons siswa. Belajar sambil bermain tidak selalu berakibat buruk pada prestasi
(26)
belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan respons siswa dalam belajar biologi. Contoh papan puzzle seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema papan puzzle
Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding dalam permainan ini. Dengan penguasaan materi yang luas siswa dapat menyusun kartu-kartu puzzle dengan mudah. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan yang terbaik.
d. Tournament
Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah mencoba permainan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda dan memainkan puzzle. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian dan penghargaan.
(27)
commit to user
11
e. Penghargaan Tim
Menurut Slavin (2008: 175) berdasarkan skor rata–rata tim maka terdapat
tiga kriteria penghargaan tim yaitu tim baik, tim sangat baik, dan tim super. Kriteria penghargaan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria penghargaan tim
Kriteria (rata–rata tim ) Penghargaan
40 45 50
Tim baik Tim sangat baik Tim super (Slavin, 2008: 175)
Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau penghargaan. Belajar mengajar menggunakan TGT, meskipun dilakukan secara berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. Dengan model pembelajaran ini siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Respons a. Pengertian Respons
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:709), ”respons adalah
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban.”. Jadi respons siswa dapat merupakan
reaksi, tanggapan, sambutan, jawaban dari siswa. Sedangkan, ”merespon diartikan menanggapi, memberi jawaban, menyikapi, menyambut”.
Suhaenah Suparno (2001:10) menyatakan bahwa ”Memberi respons
merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang meliputi proses memaksa diri
sendiri untuk berpartisipasi serta kemauan untuk mengikuti aturan-aturan”.
Keinginan untuk merespons bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara suka rela. Kegiatan yang dilakukan atas dasar sukarela, misalnya mempraktekan cara hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekan kegiatan hobi dan lain sebagainya.
(28)
Dari pengertian tersebut maka dapat diambil dua aspek utama dalam respons, yaitu proses memaksa diri sendiri untuk berpartisipasi dan kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan yang berlaku. Pada aspek pertama berupa
partisipasi dijabarkan menjadi tiga unsur yang terkandung didalamnya berupa keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, kemauan untuk berinisiatif dan berkreasi. Sedangkan aspek yang kedua kemauan untuk mengikuti
aturan – aturan terkandung dua unsur berupa senantiasa bekerja atau tidak macet
dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. b. Jenis–jenis Respons
Menurut James Popham dalam Amirul Hadi (1992:31) merespon sudah lebih dari hanya memperhatikan fenomena. Siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga bukan saja mau memperhatikan melainkan sudah memberikan respon. Tingkatan-tingkatan respons yaitu:
1) Respons terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati, terjadi dengan bimbingan orang lain
2) Respons mekanistis. Pada taraf ini siswa sudah yakinakan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan dalam dirinya untuk berespons sesuai dengan jenis-jenis perancang dan situasi yang dihadapi.
3) Respons kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pada gerakan yang dituntut sudah kompleks.
c. Unsur–unsur Respons
Suryosubroto (2002:280) menyatakan bahwa “Unsur–unsur dalam
partisipasi meliputi keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dan kemauan anggota untuk berinisiatif serta berkreasi dalam
kegiatan–kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi”.Keinginan untuk merespons
bukan disebabkan oleh adanya rasa takut akan hukuman, melainkan merupakan kegiatan untuk melakukan sesuatu secara sukarela. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas dasar suka rela, misalnya mempraktekkan cara hidup sehat, ikut dalam kegiatan penelitian, mempraktekkan kegiatan hobi dan lain sebagainya.
(29)
commit to user
13
Respons siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru dan lain-lain. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat ditempuh mengenai respons fisik (motorik) disamping respons intelektual. Respons-respons inilah yang harus ditumbuhkan pada diri siswa dalam kegiatan belajarnya.
Suharsimi Arikunto (1992:68) menyatakan bahwa ”aspek kemauan
untuk mengikuti aturan–aturan meliputi kegiatan untuk senantiasa bekerja atau
tidak macet dan melakukan pekerjaan tanpa membuang–buang waktu”.
Tanggapan siswa terhadap interaksi pembelajaran dapat berkembang dalam tiga kemungkinan yaitu menerima, acuh tak acuh, dan menolak Sikap menerima akan menimbulkan perilaku seperti diam penuh perhatian, ikut berpartisipasi aktif, dan mungkin akan bertanya karena kurang jelas. Sikap acuh tak acuh tercermin dalam perilaku yang setengah-setengah diantara sikap yang pertama dan ketiga. Sedangkan sikap menolak nampak pada perilaku negatif misalnya bermain sendiri, mengalihkan perhatian kelas, dan mengganggu teman yang lain. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat ditunjukkan dengan keikutsertaan dan partisipasi siswa dalam segala kegiatan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemauan siswa untuk berinisiatif dalam pembelajaran ditunjukkan dengan kegiatan memecahkan masalah yang dihadapai para siswa dalam kegiatan diskusi, sedangkan kemauan siswa untuk berkreasi ditunjukkan
dengan pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh para siswa dalam
pembelajaran.
B. Kerangka Pemikiran
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010 selama observasi dapat diketahui bahwa respons siswa sangat kurang sehingga pembelajaran biologi masih rendah dengan input siswa kurang tanggap dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan sering bermain sendiri dan kadang mengganggu teman yang lain, keterlibatan siswa
(30)
dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang, siswa jarang mempunyai inisiatif bertanya pada guru ataupun menjawab pertanyaan guru dengan sukarela dan kurangnya diskusi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok, sehingga siswa lebih dominan bersikap pasif dalam proses belajar mengajar, siswa cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh guru. Selain hal tersebut juga kurangnya stimulus pembelajaran yang diberikan guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk melibatkan keikutsertaan atau
partisipasi siswa dalam pembelajaran dan kurang bervariasinya model
pembelajaran yang digunakan.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan daya serap siswa. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Model pembelajaran yang baik merupakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah model yang diterapkan efektif.
Mengingat kelemahan pembelajaran konvensional yang berpusat pada aktivitas guru, tanpa melibatkan siswa maka diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan respons siswa dan menghilangkan kejenuhan dalam belajar. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
menggunakan puzzle yang mampu meningkatkan respons siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan yaitu siswa dituntut aktif dalam proses belajar, serta dapat belajar sesuai kemampuan dan kecepatan yang dimiliki. Pada pembelajaran ini, belajar dapat dilakukan sambil bermain. TGT ini dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu presentasi guru, tim (diskusi kelompok), tournament/ permainan serta penghargaan tim. Sehingga dalam penyajian materi melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga mampu memberi kontribusi pada peningkatan respons siswa.
(31)
commit to user
15
Penggunaan puzzle menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle akan lebih meningkatkan respons siswa daripada model pembelajaran konvensional yang cenderung berpusat pada guru tanpa melibatkan partisipasi siswa. Kerangka pemikiran seperti Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Berpikir MASALAH
Respons siswa kurang
Siswa cenderung bersifat pasif
Siswa kebanyakan tidak mau
menjawab pertanyaan dari guru
Siswa sibuk bermain sendiri
siswa kurang memperhatikan
penjelasan dari guru
PENYEBAB
Pembelajaran yang
digunakan kurang bervariasi
Media yang digunakan
belum optimal
TARGET
Respons siswa meningkat
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT MENGGUNAKAN PUZZLE
PROSEDUR 1. Presentasi
2. Tim(diskusi kelompok)
3. Permainan menggunakan permainan puzzle
4. Turnament antar tim 5. Penghargaan tim
(32)
commit to user
16 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Mojogedang Karanganyar tahun ajaran 2009/ 2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dimulai pada bulan Nopember 2009-Agustus 2010. Pelaksanaan rencana kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Bulan Nopember 2009–April 2010 : tahap persiapan meliputi pengajuan
observasi di kelas, pengajuan judul skripsi,, penyusunan proposal, seminar proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Bulan April–Juni 2010 : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang
dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data.
c. Bulan Juni 2010–selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
(33)
commit to user
17
No Kegiatan
Tahun 2009 Tahun 2010
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop
1. Persiapan
a. Observasi xxxx
b. Identifikasi Masalah
xxxx
c. Penentuan Tindakan
xxxx
d. Pengajuan Judul
xx--e. Penyusunan Proposal
--xx xxxx
xxx-f. Pengajuan Izin Penelitian
---x
2. Pelaksanaan a.Seminar
Proposal
x-b.Pengumpulan Data Penelitian
-xxx
xx-3. Penyusunan Laporan
Penulisan Laporan --xx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), karena bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas, sehingga solusinya dibuat berdasarkan kajian teori pembelajaran. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK.
Tahap perencanaan mencakup persiapan segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi ajar, rencana pengajaran termasuk di dalamnya metode mengajar, media dan teknik atau instrumen observasi. Adapun solusi untuk mengatasi permasalahan adalah tindakan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dilengkapi dengan puzzle untuk
(34)
meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dengan cara berkolaborasi bersama guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dengan menggunakan puzzle. 1. Alat dan Bahan:
a. Papan puzzle yang dibuat dari styrofoam
b. Beberapa kotak yang berisi kata-kata yang harus disusun sesuai dengan tempatnya.
2. Cara Bermain:
a. Permainan dilakukan oleh 5 orang pemain pada setiap tim, yaitu semua pemain memainkannya secara bekerjasama.
b. Setiap kelompok mendapatkan papan puzzle yang berbeda dengan kelompok lainnya. Satu papan puzzle satu judul.
c. Masing-masing siswa mulai memasangkan kepingan-kepingan kartu puzzle, siswa harus bekerjasama dengan anggota kelompoknya sehingga selain benar letakkanya, waktu yang mereka butuhkan juga diusahakan seminimal mungkin
d. Setiap anak yang dapat menyusun kata dengan benar maka akan mendapat poin sesuai dengan banyak kepingan kartu yang mereka susun
e. Pada akhir permainan yang menang sebagai juara atau pemenang adalah pemain yang mempunyai skor tertinggi.
f. Pemain dengan poin tertinggi dari tim yang poin rata-ratanya tertinggi
berhak maju ke final dan selanjutnya memainkan puzzle yang dibuat oleh guru dan pemenangnya akan membawa kemenangan pula pada timnya.
Pelaksana dari tindakan adalah guru dan proses jalannya tindakan diamati oleh peneliti. Fase - fase pelaksanaan pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu 160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen. Langkah-langkah dalam pembelajaran TGT tiap pertemuan yaitu:
(35)
commit to user
19
Pertemuan pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi ciri-ciri makhluk hidup dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang akan di pelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya baik kepada teman sekelompok maupun kepada guru untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit.
Pertemuan kedua yaitu permainan dan tournament, dimana pada tahap ini menggunakan puzzle yang di buat peneliti. Siswa bertugas menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut secara benar. Permainan diberi waktu 60 menit. Siswa
dikelompokkan dalam 8 kelompok masing–masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Tiap–tiap kelompok telah dipersiapkan papan puzzle yang terbuat dari styrofoam
seperti yang sudah dijelaskan. Kepingan puzzle yang akan mereka susun sesuai dengan nama kelompoknya, setiap kelompok satu dengan yang lain tidak sama. Pada tiap kelompok yang terdiri dari 5 orang. Permainan dilakukan selama 60 menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya. Pada akhir pertemuan, siswa dibantu oleh guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, angket dan wawancara terhadap guru maupun siswa. Fokus yang mendapat perhatian khusus untuk diamati adalah respons siswa dalam pembelajaran TGT menggunakan puzzle dan keterlaksanaan sintaks pembelajaran TGT menggunakan puzzle tersebut.
(36)
Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan keputusan untuk langkah selanjutnya.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas ini adalah unsur yang membentuk sebuah siklus. Siklus ini dapat diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan. Siklus berikutnya dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil pada siklus sebelumnya.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan TGT dengan menggunakan puzzle.
C. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi:
1. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
2. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data penelitian, yakni berbagai kegiatan pembelajaran biologi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami oleh siswa dengan pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) disertai media puzzle.
3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku pelajaran biologi kelas VII semester I, buku penilaian dan hasil observasi yang telah dilakukan.
(37)
commit to user
21
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulakan data meliputi pengamatan/ observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat respons siswa dalam mengikuti pelajaran. Respons siswa dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek berpartisipasi/ keterlibatan siswa (siswa aktif) dan mengikuti aturan-aturan (tertib) yang kemudian dijabarkan dalam 5 indikator yaitu keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu.
Pengamatan dilakukan oleh tiga orang pengamat (observer) yang berada di belakang. Dalam posisi tersebut, observer dapat lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mengajar di kelas.
Observasi yang dilakukan adalah observasi sistematik dimana telah dirancang bentuk instrumen pengamatan yang akan dilakukan didalam proses pembelajaran beserta aspek-aspek yang diteliti. Penyusunan aspek-aspek yang diteliti membantu memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan ini dituangkan dalam bentuk lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan
dengan membubuhkan cek (√) pada pilihan yang tepat.
2. Wawancara atau Diskusi
Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dasar hasil pengamatan dikelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan diskusi itu, dilakukan hal-hal seagai berikut:
a. Meminta pendapat guru tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang antara lain adalah mengungkap kelebihan dan kekurangan serta permasalah lain yang bersangkut paut dengan kegiatan itu.
b. Mengemukakan catatan terhadap hasil pengamatannya terhadap KBM yang dilakukan guru sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan segi-segi kelebihan dan kekurangan.
(38)
c. Mendiskusikan hal-hal yang telah dikemukakan bersama untuk menyamakan persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Dengan kata lain pada setiap kegiatan diskusi disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan keefektifan penerapan TGT menggunakan puzzle.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi dilakukan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk mendapatkan masukan dalam setiap pembelajaran selanjutnya.
3. Angket
Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah angket respons dan angket kepuasan penerapan TGT. Pada angket respons
aspek–aspek atau indikator yang ada didalamnya antara lain keterlibatan
dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, dan melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Sedangkan indikator pada angket kepuasan penerapan TGT antara lain kecocokan, kesesuaian, keefisienan, dan keefektifan penggunaan TGT.
Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atau kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan respons siswa dalam proses pembelajaran biologi.
Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Menurut Nana Sudjana (1991:80-81) skala sikap yang digunakan adalah skala Likert. Responden/ siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan
(39)
commit to user
23
item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian prosentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subyek penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjaga validitas data dalam penelitian yaitu teknik triangulasi.
Menurut Lexy Moleong (2007: 178), ”Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa observasi, angket dan wawancara dengan sumber datanya adalah siswa dan guru.
Skema triangulasi metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Skema Trianggulasi Sumber H.B Sutopo (2002:81)
Observasi
Sumber Data Wawancara
Data
(40)
F. Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis ini dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa uraian deskriptif tentang perkembangan proses
pembelajaran, yakni respons siswa dalam proses pembelajaran biologi,
pengalaman dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa, strategi pembelajaran yang diberikan guru, sikap dan motivasi guru setelah penelitian berlangsung dan sebagainya.
Teknik analisis ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992:16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu:
1. Reduksi data yaitu meliputi penyelesaian data melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematis dan bermakna
Pada analisis data peneliti memfokuskan pada respons siswa pada saat pembelajaran berlangsung yang diambil dengan menggunakan lembar observasi siswa dan angket respons siswa. Indikator respons siswa meliputi : keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Penyajian datanya dalam bentuk uraian singkat, tabel, dan grafik untuk memudahkan peneliti dalam menyajikan data.
(41)
commit to user
25
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian, mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1997) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral.
Langkah-langkah operasional penelitian adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dari kegiatan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan puzzle untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. Pada tahap ini dilakukan penyusunan skenario pembelajaran yang menerapkan TGT, termasuk penyusunan silabus, rencana pengajaran dan media pembelajaran berupa papan puzzle dan kepingan-kepingan puzzle yang berisi tentang materi pelajaran. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian juga disiapkan seperti angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
2. Pelaksanaan
Tindakan yang telah direncanakan diimplementasikan oleh guru dalam bentuk TGT dengan menggunakan puzzle. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang sistematis. Secara garis besar, pembelajaran diawali dengan penyajian materi oleh guru. Setelah itu siswa dikelompokkan dalam 8 kelompok masing masing kelompok terdiri
dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok telah mempersiapkan papan permainan
puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Permainan dilakukan selama 60 menit, siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru mupun tim lainnya.
Fase–fase pelaksanaan TGT (Teams Games Tournaments) untuk waktu
160 menit dan 40 siswa dengan 8 kelompok yang terdiri dari 5 anggota yang bersifat heterogen dapat di lihat pada Tabel 2.
(42)
Tabel 2. Langkah–Langkah TGT.
Fase Kegiatan Waktu (menit)
1 Presentasi Kelas (Penyampaian Materi Pelajaran) 40
2 Kegiatan Kelompok (Diskusi Kelompok) 40
3 Permainan dan Turnament 60
4 Penskoran dan Penghargaan Kelompok 10
5 Penutup 10
Fase pertama untuk presentasi kelas, materi pelajaran di sampaikan melalui pengajaran secara langsung. Guru menyampaikan materi secara singkat dan menekankan pada apa yang akan di pelajari oleh siswa. Hal ini di lakukan untuk mendorong siswa supaya lebih siap belajar dalam mempelajari materi yang di pelajari. Presentasi kelas dalam TGT berbeda dengan pengajaran biasa karena dituntut adanya perhatian siswa yang lebih, karena apa yang dipelajarinya akan di terapkan dalam kuis dan skor kuis mereka akan membedakan skor kelompoknya. Pada fase ini dibatasi waktu 40 menit.
Fase kedua yaitu kegiatan kelompok yang berupa diskusi. Siswa harus aktif bertanya untuk materi yang belum jelas, karena bahan diskusi ini nantinya dijadikan bahan dalam permainan. Fase ini diberi waktu 40 menit.
Fase ketiga yaitu permainan dan tournament, dimana pada penelitian ini menggunakan permainan puzzle yang di buat peneliti. Permainan diberi
waktu 60 menit. Siswa dikolompokkan dalam 8 kelompok masing–masing
kelompok terdiri dari 5 siswa. Tiap–tiap kelompok diberi satu papan
permainan puzzle seperti yang sudah dijelaskan. Siswa dengan poin tertinggi berhak mewakili kelompoknya ke babak berikutnya. Demikian seterusnya sampai ada satu tim yang memperoleh poin tertinggi. Tim dengan poin tertinggi berhak mendapat penghargaan baik dari guru maupun tim lainnya.
Fase keempat pensekoran dari hasil diskusi kelompok dan permainan
yang nantinya menentukan kartu penghargaan untuk masing–masing
kelompok. Penutup pada fase kelima, dimana guru menyimpulkan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
(43)
commit to user
27
3. Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus observasi yaitu respons siswa dalam pembelajaran TGT dilengkapi puzzle diamati dengan bantuan lembar observasi. Selain itu observasi juga dilakukan pada keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang dilakukan. Sebagai data pendukung observasi adalah angket dan hasil wawancara terhadap guru dan murid. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Indikator yang diobservasi dapat dilihat pada table 2
Table 3. Indikator dalam Observasi Respons Siswa
No. Indikator Jumlah siswa Cara Mengukur
1. Keterlibatan dalam
segala kegiatan
a. Keterlibatan dalam presentasi kelas
b. Keterlibatan dalam diskusi kelompok
c. Keterlibatan dalam tournament d. Keterlibatan dalam pemberian
penghargaan e. Keterlibatan dalam
menyimpulkan materi
2. Kemauan
berinisiatif
a. Menjawab pertanyaan b. Mengeluarkan pendapat
3. Kemauan berkreasi a. Meletakkan kepingan puzzle
pada tempatnya
b. Konsisten antara kepingan yang satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu konsep yang benar
(44)
4. Terus bekerja atau tidak macet
Menyelesaikan tugas sampai selesai meskipun sulit
5 Melakukan
pekerjaan tanpa membuang waktu
Menjalankan tahap-tahap TGT sesuai aturan waktu yang ditentukan
4. Refleksi
Pada tahap ini, menganalisis proses dan dampak dari pelaksanaan tindakan. Hasil analisis berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan dijadikan penentu keberhasilan tindakan dan langkah yang akan diambil selanjutnya.
Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif. Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan indikator-indikator ketercapaiannya respons siswa dalam pembelajaran meliputi keterlibatan dalam segala kegiatan, kemauan untuk berinisiatif, kemauan untuk berkreasi, terus bekerja atau tidak macet, melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran biologi pada kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang diperoleh beberapa data awal diantaranya yang terlibat dalam segala kegiatan 62,5%, siswa yang berinisiatif 40,83%, siswa yang berkreasi 0%, terus bekerja atau tidak macet 27,5%melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu 37,5%. Oleh karena itu indikator keberhasilan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
(45)
commit to user
29
Tabel 4. Indikator Keberhasilan Tindakan
KONSEP ASPEK INDIKATOR AWAL TARGET
Respons • Berpartisipasi Keterlibatan dalam
segala kegiatan 62,5 % 75% *)
Kemauan untuk
berinisiatif 40,83 % 75% *)
Kemauan untuk
berkreasi *nd 75% *)
• Mengikuti
aturan-aturan (tertib)
Terus bekerja atau
tidak macet 27,5 % 75% *)
Melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu
37,5% 75 % *)
*) Menurut Mulyasa (2006: 131) dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif.
*) nd : not detected / belum terdeteksi.
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua. Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi
Apabila dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilakukan siklus kedua. Siklus ketiga dilaksanakan apabila terdapat hal-hal yang kurang berhasil siklus kedua. Tahap antara siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Urutan masing-masing tahapan jalannya penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
(46)
SIKLUS I
Gambar 4. Skema prosedur penelitian Identifikasi masalah Mengungkap permasalahan siswa pada saat
pembelajaran biologi
Evaluasi Hasil Belajar melalui Tes Kognitif
Refleksi Penyempurnaan Kekurangan/Kelebihan
Tindak Lanjut
Observasi Pengamatan proses
pembelajaran
Alternatif pemecahan Penerapan metode TGT Menggunakan puzzle pada tournament
Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran dengan metode TGT Menggunakan puzzle pada tournament
(47)
commit to user
31 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Mojogedang yang beralamat di Jalan Munggur, Mojogedang, Karanganyar. SMP Negeri 1 Mojogedang merupakan sekolah unggulan di Karanganyar yang telah terakreditasi dengan peringkat akreditasi A. SMP Negeri 1 Mojogedang memiliki 18 ruang kelas yang terbagi menjadi 6 ruang kelas VII, 6 ruang kelas VIII dan 6 ruang kelas IX. Peserta didik tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 720 siswa. yang terdiri dari 240 siswa kelas VII, 240 siswa kelas VIII dan 240 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP 1 Mojogedang adalah 54 guru yang terdiri dari 51 guru tetap/PNS dan 3 guru bantu/GTT.
Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 1 Mojogedang cukup menunjang pembelajaran di sekolah tersebut. Seperti adanya perpustakaan dan laboratorium. Meskipun cukup menunjang tapi belum dapat dikatakan lengkap. Terlihat dari laboratorium IPA (Fisika, Kimia, Biologi) yang belum terpisah, jumlah komputer OHP maupun LCD yang masih terbatas.
Penelitian dilakukan di kelas VII C yang memiliki jumlah siswa sebanyak 40 siswa dengan perincian 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Adapun daftar nama siswa kelas VII C dapat di lihat dalam Lampiran. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII C. Kelas VII C terletak di lantai 1 dan menghadap ke arah barat. Suasana kelas cukup nyaman dengan adanya ventilasi dan kipas angin di dalam kelas. Di ruang kelas VII C terdapat sarana yang mendukung proses pembelajaran seperti whiteboard, boardmaker, penghapus, penggaris dan lainnya. Di dalam kelas pada deretan paling depan terdapat satu meja dan satu kursi untuk guru sedangkan untuk siswa tersedia 20 meja dan 40 kursi. Satu meja digunakan untuk dua siswa sedangkan jumlah kursi disesuaikan dengan jumlah siswa. Posisi tempat duduk monoton, hampir tidak ada pergeseran tempat duduk, sehingga siswa mendapatkan suasana yang membosankan.
(48)
Keadaan kelas waktu mendapatkan materi pelajaran dari guru siswa cenderung diam saja dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru hal ini dapat terlihat saat guru memberi pertanyaan siswa hanya diam saja dan harus ditunjuk baru siswa mau menjawab jadi partisipasi siswa sangat rendah siswa cenderung diam serta mendengarkan penjelasan dari guru. Ada beberapa
siswa yang menghabiskan waktu dengan sibuk bermain sendiri tanpa
memperhatikan pembelajaran. Jadi peneliti mengambil masalah yang dominan yaitu kurangnya respons siswa yang ada di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Pada awal penelitian atau pra siklus dapat diketahui melalui kegiatan observasi pada proses pembelajaran di kelas khususnya kelas VII C. Observasi dilakukan selama 3 kali pertemuan, masing-masing dua jam pelajaran (80 menit) di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun ajaran 2009/2010. Untuk mengetahui keadaan awal serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran di kelas tersebut selain dengan observasi, untuk memperkuat data hasil observasi juga dilakukan wawancara terhadap guru siswa, serta penyebaran angket kepada seluruh siswa. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, hal yang diobservasi yaitu sikap siswa selama proses pembelajaran serta tipe pembelajaran yang digunakan, untuk wawancara dilakukan terhadap sejumlah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang dan guru mata pelajaran biologi kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang.
Pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang berlangsung sekali pertemuan per minggu, yaitu pada hari selasa pada jam ke 5 dan 6 (80 menit). Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi di kelas VII C SMP Negeri 1 Mojogedang menunjukkan bahwa Hal tersebut tampak pada perilaku siswa selama kegiatan pembelajaran, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) siswa yang mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran sebesar 62,5%; 2) siswa yang mau untuk berinisiatif sebanyak 40,83%; 3) kemauan untuk berkreasi sebesar 0%; 4) siswa yang terus bekerja atau tidak macet sebanyak
(49)
commit to user
33
27,5%; 5) siswa yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebesar 37,5%; 6) siswa senang bermain sendiri sebesar 24,17%, antara lain siswa membuat pesawat-pesawatan dari kertas, siswa bermain rubik, menggambar tokoh kartun idolanya dan membuat gulungan dari kertas untuk dilempar-lemparkan kepada temannya. Secara garis besar respons siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dan siswa hanya melakukan kegiatan yang dapat mengganggu pelajaran yaitu bermain dan berbicara sendiri dengan teman sehingga tidak menunjukkan kegiatan yang bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung pasif dan tidak antusias dalam pembelajaran. Kepasifan siswa semakin tampak saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, dan mengemukakan permasalahan yang berhubungan dengan materi pelajaran, respons yang diberikan siswa sangat minim. Respons siswa dapat dirangsang oleh guru dengan cara mengarahkan partisipasi siswa dan mengarahkan siswa agar dapat menggunakan waktu belajar sebaik-baiknya yaitu dengan mengajukan banyak pertanyaan kepada siswa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Partisipasi siswa pada mulanya sangat baik ditunjukkan dengan kemauan siswa menjawab semua pertanyaan dari guru baik itu secara serempak ataupun secara individu. Di tengah proses pembelajaran, siswa mulai enggan menjawab pertanyaan dari guru maupun mengemukakan masalahnya, siswa hanya mau menjawab bila ditunjuk oleh guru. Di akhir pembelajaran, hanya ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan dari guru, sebagian siswa lainnya tampak bosan dengan pembelajaran yang berlangsung dan tampak bermain-main sendiri atau berbicara dengan temannya. Dengan berkurangnya partisipasi siswa dan siswa cenderung tidak mengikuti pembelajaran dengan baik maka dapat menunjukkan bahwa respons siswa masih rendah. Data persentase respons siswa selama observasi dapat dilihat pada tabel 4.
(50)
Tabel 4. Persentase Hasil Observasi Prasiklus
No Indikator Observasi I
(%)
Observasi II (%)
Observasi III (%)
Observasi IV (%)
1. Keterlibatan dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar
55 70 62,5 62,5
2. Kemauan untuk berinisiatif 32,5 47,5 42,5 40,83
3. Kemauan untuk berekreasi *nd *nd *nd *nd
4. Terus bekerja atau tidak macet 27,5 17,5 37,5 27,5
5. Melakukan pekerjaan tanpa
membuang waktu
30 60 22,5 37,5
*) nd : not detected / belum terdeteksi
Pada hasil observasi yang ditunjukkan oleh tabel 4 bahwa untuk indikator
1 yaitu keterlibatan dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar pada
observasi pertama mulai meningkat tetapi pada observasi ketiga mulai menurun hal ini disebabkan kurang tertariknya siswa terhadap materi, siswa mulai bosan sehingga antusiasme siswa tidak ada. Untuk indikator yang kedua yaitu kemauan untuk berinisiatif juga mengalami kenaikan dan penurunan, hal ini disebabkan rasa malu berpendapat dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru. Untuk indikator ke 3 yaitu kemauan untuk berkreasi dari observasi awal sampai observasi ketiga tidak ada satu murid pun, kreativitas yang dibuat cenderung tidak berhubungan dengan materi, seperti membuat pesawat-pesawatan dari kertas atau menggambar tokoh kartun idolanya sehingga dapat mengganggu pelajaran. Untuk indikator yang keempat yaitu terus bekerja atau tidak macet mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini disebabkan siswa merasa putus asa jika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberi guru. Kemudian untuk indikator yang kelima juga mengalami kenaikan dan penurunan, siswa cenderung lebih banyak bermain daripada memanfaatkan waktu untuk belajar
Selain observasi, identifikasi masalah juga dilakukan dengan wawancara dengan siswa dan guru mengenai proses pembelajaran di kelas. Hasil wawancara dengan beberapa siswa, diketahui bahwa penyebab rendahnya respons adalah rasa malu bila ingin bertanya kepada guru dan kurang percaya diri jika akan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa merasa bosan dengan tipe pembelajaran yang
(51)
commit to user
35
digunakan oleh guru. Ada juga siswa yang takut mengemukakan pendapat karena dianggap mencari perhatian guru. Siswa juga mengatakan bahwa merasa bosan dengan tipe yang digunakan guru yang kurang melibatkan siswa sehingga respons siswa menjadi rendah. Kurangnya respons siswa selama proses pembelajaran menyebabkan guru kurang mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa sehingga akan berdampak pada kesulitan dalam siswa dalam memahami materi pelajaran. Wawancara lebih lanjut dilakukan terhadap guru yaitu mengenai tipe pembelajaran yang digunakan. Dari hasil wawancara dari guru diketahui bahwa tipe yang digunakan belum bervariasi. Pengajaran oleh guru terfokus untuk menghabiskan materi yang terlalu banyak tanpa memperhatikan kondisi siswa sehingga respons siswa rendah. Sementara menurut penuturan siswa, penyampaian materi pelajaran oleh guru lebih banyak dengan ceramah dan tanya jawab yang berakibat pelajaran menjadi kurang menarik. Hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan tipe pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik sehingga respons siswa rendah dan siswa menjadi tidak mengikuti pembelajaran dengan baik.
Setelah mengadakan observasi secara langsung terhadap proses pembelajaran di kelas dan wawancara langsung terhadap guru dan siswa maka dapat dikatakan bahwa respons siswa masih rendah pada saat proses pembelajaran di kelas, oleh karena itu langkah selanjutnya adalah melakukan diskusi dengan guru biologi tentang alternatif tindakan untuk pemecahan masalah yang ada di kelas. Hasil dari diskusi tersebut adalah digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle sebagai
alternatif tipe pembelajaran untuk meningkatkan respons siswa dalam
pembelajaran biologi.
TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Puzzle. Pemilihan permainan ini didasarkan atas hasil observasi dimana terlihat siswa melakukan kegiatan yang mengganggu kegiatan pembelajaran seperti sibuk
(1)
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah teknik trianggulasi metode. Trianggulasi metode merupakan cara mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik/metode yang berbeda yaitu observasi, angket dan wawancara. Teknik trianggulasi digunakan untuk menguji kemantapan dan kebenaran informasi yang diperoleh, sehingga dengan menggunakan teknik tersebut maka dapat diketahui ketercapaian masing-masing target untuk setiap
indikator respons siswa dalam pembelajaran biologi yaitu dengan
membandingkan persentase yang diperoleh masing-masing teknik pengumpulan data.
Data yang diperoleh dari tiap-tiap teknik pengumpulan data baik dari hasil angket maupun observasi masing-masing menunjukkan adanya peningkatan setiap indikator respons siswa dalam pembelajaran. Kesesuaian peningkatan persentase indikator baik dari hasil angket maupun hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran melalui penerapan TGT menggunakan puzzle sudah berhasil dan mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara baik terhadap siswa maupun guru yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan berupa penerapan TGT menggunakan puzzle mampu menumbuhkan keikutsertaan siswa (berrespons) dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar, keberanian mengemukakan masalah, kemauan untuk berkreasi, bekerja terus/ tidak macet serta menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya dapat meningkatkan respons siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT
(2)
commit to user
64
tersebut sangat efektif ketika siswa terlibat aktif dalam bertukar pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademiknya secara lengkap.
Di sisi lain, Fengfeng Ke dan Barbara Grabowski (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat efektif untuk bersaing antar individu dan juga untuk memudahkan siswa berpikir positif dalam matematika tetapi tidak dalam mempromosikan pembelajaran matematika. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan berbagai media permainan yang digunakan dalam pertandingan/turnamen dapat meningkatkan prestasi dan respons siswa.
Dalam pengambilan suatu data masih terdapat kekurangan yaitu tidak semua indikator dapat diamati dalam setiap tahap pelaksanaan TGT karena setiap pelaksanaan TGT hanya terdapat beberapa indikator saja yang dapat diamati. Jadi semua indikator harus diamati dalam semua tahap pelaksanaan TGT yang sedang berlangsung sehingga dapat diperoleh data secara lengkap.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, angket, maupun wawancara walaupun ada sedikit kekurangan tetapi data yang diperoleh menunjukkan adanya kesesuaian hasil. Hal ini mengindikasikan bahwa data hasil penelitian tentang peningkatan respons siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan valid. Jadi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan
(3)
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan
puzzle dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Mojogedang tahun pelajaran 2009/2010.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan respons siswa khususnya di SMP Negeri 1 Mojogedang.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran biologi di SMP Negeri 1 Mojogedang, yaitu respons siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menggunakan puzzle.
C. Saran
1. Bagi Guru
(4)
commit to user
66
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan puzzle membutuhkan pengelolaan waktu yang baik, sehingga guru sebaiknya mempersiapkan rencana pengajaran, alat, dan media pembelajaran dengan matang agar ketika proses pembelajaran berlangsung dapat berjalan seefektif mungkin.
c. Hendaknya guru dapat menerapkan TGT menggunakan puzzle dengan baik sehingga dapat meningkatkan respons siswa dalam pembelajaran biologi. d. Agar dapat merangsang respons siswa dalam pembelajaran, guru
hendaknya lebih interaktif, demokratis, humoris, serta menciptakan suasana lebih akrab dan tidak kaku dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengungkapkan semua permasalahan yang dihadapi sehingga keterlibatan siswa dapat terlihat.
2. Bagi Siswa
a. Hendaknya siswa tidak malu dan tidak ragu untuk mengemukakan masalah bila terdapat hal-hal yang kurang dipahami terutama saat kegiatan tatap muka dengan guru.
b. Hendaknya siswa berani mengemukakan masalahnya sehingga peran serta siswa dapat terlihat baik saat presentasi oleh guru, diskusi, maupun saat
tournament atau permainan.
c. Hendaknya siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru agar
dapat melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anonoim. 2010. Puzzle (online).
(http://www.omochatoys.com/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=496:puzzle&catid=78:mainan-edukatif&Itemid=163, diakses
tanggal 23 Maret 2010)
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan
Evaluasi. Jakarta: PT. Rajawali
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Dr. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo
Lie, A.2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdyakarya
Miles dan Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Mulyasa. 2006. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nur, Mohamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika UNESA
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya
Saktiyono. 2007. IPA Biologi SMP dan MTS Untuk Kelas VII. Jakarta: Esis Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Nusa Media.
(6)
commit to user
68
Sry. 2010. Puzzle (online).
(http://paudgrobogan.wordpress.com/2010/03/14/manfaat-puzzle-untuk-pendidikan, diakses tanggal 23 Maret 2010)
Suparno, Suhaenah. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Dirjen DIKTI DEPDIKNAS
Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
W. James Popham & Eva L. Baker. 1992. Teknik Mengajar Secara Sistematis