BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam model konseptual yaitu:
Variabel Independen X Variabel Dependen Y Karakteristik
Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan X1 Investment Opportunity Set X2
Profitabilitas X3 Risiko Bisnis X4
Ukuran Perusahaan X5 Struktur Aktiva X6
Operating Leverage X7 Struktur Modal
Y
Gambar 3.1 Pengaruh karakteristik perusahaan pertumbuhan perusahaan, Investment Opportunity Set, Profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan
operating leverage terhadap struktur modal Sesuai dengan gambar kerangka konsep penelitian diatas, dapat dijelaskan
bahwa suatu perusahaan yang tumbuh akan membutuhkan dana yang besar yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari hutang untuk membiayai kegiatan operasinya. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari beberapa aspek yang salah satunya melalui peningkatan penjualan
perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya. Adanya peningkatan penjualan maka akan terjadi juga peningkatan atas laba yang diperoleh sehingga menunjukkan
adanya pertumbuhan perusahaan. Menurut Poter 1980 dalam Fijrijanti dan Hartono 2001 bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki pertumbuhan laba dan penjualan
yang tinggi. Perusahaan yang tumbuh mempengaruhi kebijakan yang dibuat perusahaan
yang salah satunya adalah kebijakan struktur modal. Dimana pada perusahaan yang tumbuh dibutuhkan dana yang besar untuk membiayai pertumbuhannya tersebut.
Dana yang dibutuhkan haruslah cepat agar dapat membiayai pertumbuhannya. Sumber pendanaan yang cepat dan mudah diperoleh melalui hutang. Jadi bagi
perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi, hutang merupakan sumber pendanaan yang sangat diharapkan. Oleh sebab itu, bagi perusahaan yang tumbuh
dimungkinkan sumber pendanaan yang terbesar berasal dari luar perusahaan khususnya dari hutang. Sehingga perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan cenderung memilih sumber pendanaan yang berasal dari leverage dan semakin besar pertumbuhannya maka semakin besar pula sumber pendanaan
yang berasal dari leverage. Disamping itu, adanya harapan perusahaan untuk dapat tetap going concern
merupakan faktor yang memotivasi perusahaan lebih banyak melihat kesempatan dan peluang yang diperoleh untuk mendapatkan keuntungan. Harapan itu dilihat dengan
Universitas Sumatera Utara
adanya kesempatan-kesempatan investasi dimasa depan yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih banyak memilih
menahan labanya sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan dan mencari sumber pendanaan lainnya agar dapat mencapai kesempatan investasi tersebut dibandingkan
dengan membayarkan dalam bentuk dividen. Perusahaan yang mempunya Investment Opportunity Set yang tinggi
cenderung akan membiayai aktivitas operasinya dari eksternal perusahaan khususnya leverage agar dapat mengambil kesempatan tersebut. Sehingga adanya kesempatan
investasi yang tinggi dimasa depan akan mempengaruhi suatu perusahaan untuk membiayai aktivitasnya dari leverage. Hal ini didukung dari penelitian yang
dilakukan Pakaryaningsi 2004 yang menjelaskan bahwa kesempatan investasi berpengaruh terhadap peningkatan hutang.
Adanya kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang besar menjadi fokus utama didalam menilai suatu perusahaan. Karena laba merupakan suatu
indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya.
Tingkat profitabilitas perusahaan akan memberikan kepercayaan bagi kreditur dan investor didalam menanamkan modalnya kedalam perusahaan karena mereka percaya
bahwa tingkat profitabilitas perusahaan yang tinggi akan menjamin adanya pengembalian atas investasi mereka tersebut. Hal tersebut didukung oleh penelitian
Jansen 1986 yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan positif terhadap leverage perusahaan. Jadi perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
yang tinggi dimungkinkan menggunakan leverage yang tinggi juga sebagai sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan.
Perusahaan dalam
menjalankan aktivitas tidak terlepas dari yang namanya
risiko. Risiko merupakan peristiwa yang dialami suatu perusahaan diluar jangkauan dan tidak direncanakan Susetyo, 2006. Risiko bisnis diperoleh dengan sendirinya
karena adanya persaingan antar perusahaan untuk berkembang dan menjadi perusahaan besar.
Dalam perkembangannya perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar. Karena kebutuhan dana yang cukup besar, maka perusahaan menggunakan hutang
didalam memenuhi kebutuhan dananya. Dengan adanya hutang maka secara otomatis akan meningkatkan risiko bisnis bagi perusahaan. Risiko bisnis dinilai dari laba
bersih perusahaan sebelum pajak penghasilan. Walaupun perusahaan mempunyai hutang yang besar, tetap saja perusahaan ingin memperoleh dana berasal dari hutang.
Apabila pembayaran atas pokok dan bunga dari hutang, perusahaan masih memperoleh laba yang tinggi maka perusahaan akan tetap mengambil sumber
pendanaan yang berasal dari hutang. Hal ini dikarenakan laba yang masih diperoleh perusahaan masih memberikan jaminan kepada kreditor atas pembayaran pokok dan
bunganya. Disamping itu, sumber pendanaan yang berasal dari hutang lebih mudah
diperoleh dibandingkan sumber pendanaan yang berasal dari ekuitas. Sehingga perusahaan yang sebelumnya sudah mempunyai hutang yang banyak tetapi juga
mempunyai laba yang tinggi akan lebih memilih sumber pendanaan yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
hutang dibandingkan dengan ekuitas walaupun dengan hutang yang tinggi mencerminkan risiko yang tinggi juga. Oleh sebab itu, semakin tinggi risiko bisnis
suatu perusahaan maka semakin tinggi juga sumber pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang.
Suatu perusahaan yang besar memiliki kemudahaan aksesibiltas ke pasar modal. Artinya perusahaan yang besar akan lebih memberikan kepercayaan kepada
kreditur untuk memberikan pinjaman utang kepada perusahaan dan kepada investor untuk menanamkan modalnya didalam perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan
maka semakun besar pula kemampuan perusahaan untuk memiliki utang kepada pihak luar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Marsh 1982 yang
menemukan bahwa perusahaan yang besar lebih sering memiliki hutang jangka panjang dibandingkan perusahaan kecil.
Menurut pecking order theory permasalahan utama penentuan struktur modal adalah informasi yang tidak simetris. Hal ini karena asset tetap merupakan variabel
yang sangat menentukan besar kecilnya permasalahan ini. Manager memberikan informasi yang lebih besar mengenai aset tetap yang dimiliki perusahaan.
Tujuannya agar kreditur ataupun investor dapat menanamkan modalnya didalam perusahaan. Karena asset tetap tersebut memberikan jaminan kepada mereka
atas pengembalian pinjaman dan investasi modal mereka pada perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan manufaktur yang mempunyai aset tetap yang banyak akan
cenderung lebih banyak mempunyai komposisi pendanaan yang berasal dari leverage.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harris dan Raviv 1991 yang menyatakan bahwa asset tetap berpengaruh terhadap pemakaian utang.
Operating leverage merupakan keadaan dimana perusahaan memiliki biaya tetap yang harus ditanggung oleh output yang dihasilkannya. Jika manager
menggunakan asset tetapnya didalam memproduksi, ini berarti biaya mempunyai pengaruh yang kuat atau dengan kata lain biaya penyusutan pada asset tetap yang
akan menjadi biaya tetap perusahaan merupakan leverage yang menghasilkan pendapatan yang besar jika terjadi peningkatan dalam volume penjualan yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan sebelum pajak. Oleh sebab itu, perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi
akan lebih banyak mendanai aktivitas perusahaan yang berasal dari internal perusahaan. Jika perusahaan mendanai aktivitasnya melalui sumber pendanaan yang
berasal dari eksternal maka akan berdampak terhadap pengurangan laba yang diperoleh perusahaan karena perusahaan akan membayar bunga atas pinjamannya
tersebut. Oleh karena itu, apabila operating leverage perusahaan tinggi maka perusahaan akan lebih cenderung mempunyai leverage yang rendah. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nugroho 2006 yang menunjukkan operating leverage berpengaruh negatif terhadap utang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh variabel pertumbuhan perusahaan X1, variabel Investment Opportunity Set X2, variabel
profitabilitas X3, variabel risiko bisnis X4, variabel ukuran perusahaan X5,
Universitas Sumatera Utara
variabel struktur aktiva X6 dan Operating Leverage X7 secara simultan dan parsial terhadap struktur modal.
3.3 Hipotesis Penelitian