return yang tinggi. Sejalan dengan Penelitian yang dilakukan Vogt 1997, menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh akan direspon positif oleh pasar.
Disamping itu pada penelitian Porter 1980 dalam Fijrijanti dan Hartono 2001, merumuskan bahwa perusahaan yang tumbuh merupakan perusahaan yang
memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Kallapur dan Trombely 1999, juga menyatakan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan yang
tumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak tumbuh, karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar.
Smith dan Watts 1992, menyatakan bahwa potensi pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh perusahaan seperti
kebijakan pendanaan, dividen, dan kompensasi. Hal ini dapat dibuktikan pada perusahaan yang berpotensi untuk tumbuh mempunyai rasio debt to equity yang lebih
rendah daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Kecenderungan perusahaan mempunyai rasio debt to equity yang rendah dilakukan untuk mengurangi masalah
agensi yang potensial berasosiasi dengan eksistensi hutang yang berisiko dalam struktur modal Sriwardany, 2006.
2.3 Investment Opportunity Set IOS
Kesempatan investasi Investment Opportunity Set merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi kebijakan struktur modal selain faktor pertumbuhan
perusahaan Pandey, 2001. Faktor ini mempunyai nilai yang tidak berwujud karena
Universitas Sumatera Utara
merupakan opsi yang dilihat oleh suatu perusahaan dimasa depan yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Pada faktor ini, perusahaan harus mampu
melihat kesempatan dibandingkan dengan perusahaan lain. Konsep ini pertama sekali diperkenalkan oleh Myers 1977. Menurut Myers
1977, Investment Opportunity Set merupakan kombinasi antara aset yang dimiliki perusahaan asset in place yang sifatnya tangible dengan pilihan investasi dimasa
depan future investment option atau growth option yang sifatnya intangible. Future investment option mencerminkan kesempatan investasi saat ini yang akan
menghasilkan keuntungan dimasa depan. Menurut Hartono 1999, kesempatan investasi adalah tersedianya alternatif
investasi dimasa datang bagi perusahaan. Tersedianya alternatif investasi tersebut menyebabkan perusahaan lebih baik menyimpan laba yang diperoleh dari hasil
operasi kedalam laba ditahan dibandingkan dengan membayar dividen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kole 1991, menjelaskan bahwa nilai
Investment Opportunity Set bergantung pada pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa depan future discretionary expenditure yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal cost of equity dan dapat menghasilkan keuntungan. Faktor ini juga
menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan pengeluaran perusahaan untuk
kepentingan di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Profitabilitas
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan analisis fundamental
perusahaan. Karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Standards SFAS
No. 1. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal
perusahaan, untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Munawir 1999 dan Riyanto 2001 mendefinisikan profitabilitas
sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Chhim 1999, menyatakan profitabilitas merupakan tingkat keuntungan
bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Disamping itu Machfoedz 1994 mendefinisikan profitabilitas sebagai suatu
indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan. Menurut Weston, dkk 1987 dalam Hosana 2005 profitabilitas merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Profitabilitas diukur dengan membandingkan antara laba yang diperoleh
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal pada perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara modal yang dicapai dengan
laba operasi. Rasio profitabilitas dimanfaatkan oleh investor untuk memprediksi seberapa
besar perubahan nilai atas saham yang dimiliki. Rasio profitabilitas akan memberikan informasi bagi investor, misalnya, pemegang saham untuk melihat keuntungan yang
benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden. Sedangkan bagi kreditor, rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
pokok dan bunga pinjaman. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya
saing antarperusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru serta memperbesar investasi atau
membuka investasi baru terkait dengan perusahaan induknya. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Informasi ini akan
memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas operasional perusahaan. Untuk mengukur profitabilitas digunakan Return On Asset ROA.
2.5 Risiko Bisnis
Suatu perusahaan didalam menjalankan usahanya akan menanggung suatu risiko yaitu suatu peristiwa yang dialami suatu perusahaan diluar jangkauan dan tidak
direncanakan Susetyo, 2006. Hal ini dilihat dengan persaingan yang terjadi antar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan memberikan tantangan untuk dapat berkembang dan menjadi perusahaan besar. Semakin besar suatu perusahaan didalam menjalankan aktivitas operasinya
maka semakin besar juga risiko yang akan dialami Susetyo, 2006. Risiko ini dilihat dengan semakin besar perusahaan tersebut maka perusahaan akan membutuhkan dana
yang besar untuk menjalankan usahanya. Kebutuhan akan dana tersebut memberikan pilihan bagi perusahaan untuk memperoleh dana yang berasal dari dalam perusahaan
maupun dari luar perusahaan. Sumber dana tersebut membawa risiko yang berbeda bagi perusahaan. Jika perusahaan lebih banyak memilih sumber pendanaan yang
berasal dari eksternal perusahaan, maka semakin besar pula risiko bisnis yang terjadi bagi perusahaan.
Brigham dan Houston 2001: 178, mendefinisikan risiko sebagai peluang atau kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko
bisnis merupakan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis tersebut menurut Hamada dalam Mohd, Perry dan
Rimbey, 1998 merupakan risiko yang mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan operating leverage risk.
Beberapa pengukuran terhadap risiko bisnis yang digunakan dalam studi yang berbeda. Seperti deviasi standar dari laba terhadap penjualan Booth dkk, 2001,
deviasi standar terhadap perbedaan yang pertama dalam arus kas operasi dibagi dengan total aktiva Wald, 1999. Dalam penelitian ini, risiko bisnis diproxy dengan
menggunakan varian dari laba sebelum pajak Titman Wessels, 1988.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Ukuran Perusahaan