15 sendiri atau mandiri. Adapun tahap-tahap perkembangan psikososial menurut Erikson
Santrock, 2007: 46-47 yang sesuai untuk anak usia dini yaitu trust versus mistrust, autonomy versus shame and doubt, dan initiative versus guilt.
B. Kemandirian Anak 1. Pengertian Kemandirian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005: 710, kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Tri Rahayu
2014: 2 menyampaikan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap dari anak yang menunjukkan usaha yang dilakukan dengan sadar secara mandiri tanpa harus disuruh
atau diminta untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya Anita Lie Sarah Prasasti 2004: 2 menyampaikan kemandirian adalah kemampuan
untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Dari pengertian kemandirian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah keadaan atau kemampuan anak yang menunjukkan usaha dalam suatu kegiatan
secara mandiri ataupun dengan sedikit bimbingan sesuai tahap perkembangan dan kapasitasnya.
2. Aspek Kemandirian
Martinis Yamin 2013: 80-84 menyampaikan aspek kemandirian diantaranya yaitu kemandirian sosial dan emosi, dalam penelitian Ghaye dan Pascall
mengidentifikasikan tiga kegiatan berbeda dalam mengembangkan kemandirian sosial anak. Tiga kegiatan tersebut di antaranya yaitu pemisahan, transisi, dan
16 bekerjasama. Pemisahan di sini yaitu proses mendidik anak untuk lepas dari
ketergantungan terhadap orang tua atau orang dewasa. Transisi merupakan proses yang dialami anak ketika anak pindah ke lingkungan lainnya. Selanjutnya
bekerjasama dalam hal ini adalah kegiatan anak dalam suatu tim, dalam bekerjasama anak diharapkan dapat mengelola emosinya. Jika emosi anak terjaga maka hubungan
dengan teman atau orang lain akan nyaman. Kemandirian fisik dan fungsi tubuh, dalam hal ini adalah kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan seperti anak butuh makan sebisa mungkin anak mampu makan sendiri atau memakai baju sendiri bahkan membisakan membersihkan diri sendiri
mandi dan buang air. Untuk mengajarkan anak mandiri fisik dan fungsi tubuh harus dilaksanakan secara perlahan dan dilakukan berulang-ulang. Kemandirian intelektual,
yaitu mandiri belajar dan memperoleh pengetahuan. Leslie Webb Martinis Yamin, 2013: 84 menyatakan bahwa anak usia 5 tahun yang sudah masuk taman kanak-
kanak sudah mampu mandiri secara intelektual. Jika ingin meningkatkan kemandirian intelektual anak yaitu dengan cara memberikan kesempatan untuk mengerjakan
semua tanggung jawabnya, namun tetap dengan pengawasan orang dewasa. Santrock 2002: 126 menyatakan bahwa kemandirian mengandung aspek:
kemantapan identitas, menghadapi masalah dan berupaya mengatasinya, membangun hubungan dengan orang lain, meningkatkan komitmen terhadap orang lain, dan
melakukan sesuatu tanpa mengikuti orang lain Alben Ambarita, 2006: 92. Selanjutnya, Sprinthall dan Collins 1984: 117 menyampaikan ada dua aspek yang
berkaitan dengan kemandirian, antara lain: kemandirian meliputi penyesuaian
17 beberapa perilaku dan perasaan, otonomi dalam nilai-nilai pengambilan keputusan,
kemandirian adalah sebagai budaya dan menjadi harapan masyarakat Alben Ambarita, 2006: 94.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian meliputi: kemandirian sosial dan emosi, kemandirian fisik dan fungsi
tubuh, menghadapi masalah dan berupaya mengatasinya, kemandirian intelektual. Diharapkan anak mampu mencapai aspek-aspek kemandirian yang sudah
disampaikan di atas, sehingga anak dapat dikatakan menjadi pribadi yang mandiri.
3. Karakteristik Kemandirian
Brewer 2007 menyatakan bahwa kemandirian anak Taman Kanak-kanak indakatornya antara lain kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin,
pandai bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, 2013: 61. Kemandirian masuk dalam aspek sosial emosional yang
adapun indikatornya adalah anak mampu memilih kegiatan sendiri, anak mampu bekerja sendiri, dan anak melaksanakan tugas yang diberikan sampai selesai
Permendiknas No. 58 Tahun 2009. Hal senada juga disampaikan oleh Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan
2013: 63 bahwa anak yang mandiri untuk ukuran anak usia dini terlihat dengan ciri- ciri yakni dapat melakukan segala aktivitasnya secara mandiri meskipun tetap dengan
pengawasan orang dewasa, dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan pandangan, pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat perilaku atau perbuatan
orang-orang disekitarnya, dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani
18 orangtua, dan dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang
lain. Novan Ardy Wiyani 2013: 33 menyampaikan ciri-ciri kemandirian anak usia
dini adalah sebagai berikut: a. Memiliki kepercayaan kepada diri sendiri
Anak yang memiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang akan terjadi. b. Memiliki motivasi instrinsik yang tinggi
Motivasi instrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan suatu perilku maupun perbuatan. Motivasi instrinsik ini pada
umumnya lebih kuat dan abadi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik. c. Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri
Anak yang berkarakter mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri. Contohnya seperti memilih makanan yang akan
dimakan, memilih baju yang akan dipakai, dan dapat memilih mainan yang akan digunakan untuk bermain, serta dapat memilih mana sandal untuk kaki kanan dan
mana sandal untuk kaki kiri. d. Kreatif dan inovatif
Kreatif dan inovatif pada anak usia dini merupakan salah satu ciri anak yang memiliki karakter mandiri, seperti dalam melakukan sesuatu atas kehendak