33 tidak hanya memerankan tokoh yang diinginakn oleh anak. Perkembangan bahasa
juga akan meningkat karena anak melakukan interaksi dengan orang lain. Langkah pembelajaran bermain peran Winda Gunarti, dkk, 2008: 10.52-
10.53 secara umum yaitu memilih tema yang akan dimainkan mendiskusikan kemungkinan dan urutan waktunya dengan anak, membuat rencana atau scenario
atau naskah jalan cerita, membuat scenario kegiatan yang fleksibel, dapat diubah sesuai dengan dinamika yang terjadi dan mencakup berbagai ragam aspek
perkembangan anak keaksaraan, matematis, sains terpadu, sosial dan kesehatan, menyediakan media dan alat alat bisa menggunakan bahan daur ulang yang
diperlukan dalam kegiatan, guru menerangkan teknik bermain peran yang disukainya, jika bermain peran untuk pertama kali dilakukan sebaiknya guru sendirilah memilih
anak yang dapat melaksanakan peran-peran itu, guru menetapkan peran pendengar anak didik yang tidak turut bermain peran, dalam diskusi perencanaan, guru
memberikan kesempatan pada anak dengan teknik curah pendapatbrainstorming untuk merancang jalan cerita, guru menyarankan kalimat pertama yang baik
diucapkan oleh pemain untuk memulai, anak bermain peran, di akhir kegiatan mendiskusikan untuk mengulas kembali nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam
bermain peran untuk diteladani anak, khusus di sentra drama, membuat pra-rencana dan setting tempat yang mendukung untuk 2-4 minggu, menyetting tempat bermain
peran dengan gambar-gambar dan dekorasi yang mendukung jalan cerita. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran adalah
metode pembelajaran yang menggunakan daya khayal dengan cara memerankan
34 suatu tokoh baik tokoh hidup maupun benda mati. Tujuan dari metode bermain peran
antara lain yaitu membentuk kemampuan diri anak untuk hidup mandiri, anak dapat mengeksplorasikan perasaaan-perasaan, memperoleh wawasan tentang sikap-sikap,
nilai-nilai, dan persepsinya, mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan masih banyak lagi. Sedangkan manfaat yang
diperoleh dari bermain peran antara lain perkembangan bahasa anak meningkat, anak memperoleh kesenangan dari bermain peran, dan mengetahui peran-peran yang ada di
masyarakat. Terdapat langkah-langkah dalam bermain peran mulai dari penentuan tema hingga mengulas kembali kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan.
D. Kerangka Pikir
Kemandirian adalah keadaan atau kemampuan anak yang menunjukkan usaha dalam suatu kegiatan secara mandiri ataupun dengan sedikit bimbingan sesuai tahap
perkembangan dan kapasitasnya. Adapun indikator kemandirian yaitu, anak percaya diri, memiliki tanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan, tidak bergantung pada
orang tua atau orang dewasa lainnya, disiplin, mampu mengontrol emosi, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan memiliki motivasi intrinsik yang tinggi.
Kemandirian sangat penting bagi anak karena merupakan bekal untuk menghadapi kehidupan dewasanya kelak. Orang tua tidak bisa selamanya menunggu
anaknya. Fenomena terkait kurangnya kemandirian anak dapat dilihat dari sebagian besar anak belum mengembalikan mainannya ketika selesai digunakan, anak-anak
masih harus diantar saat akan ke toilet, tanggung jawab anak juga masih rendah, anak sudah berpindah pada kegiatan lain padahal belum menyelesaikan tugasnya dan
35 percaya diri anak pun masih kurang hal ini terlihat ketika anak-anak mendapat tugas
menyampaikan ketidakmampuan sebelum mencoba mengerjakan tugas yang diberikan. Ada beberapa faktor penyebab anak kurang mandiri, salah satunya adalah
orang tua yang sering memanjakan anak, anak-anak masih ada yang ditunggui oleh orangtuanya atau anak tidak mau ditinggal. Guru sebenarnya sudah menanamkan
kemandirian pada anak melalui pendekatan individu namun kurang efektif. Adapun metode yang akan digunakan untuk meningkatkan kemandirian anak
adalah metode bermain peran. Metode bermain peran menurut Sugihartono 2007: 81 adalah metode pembelajaran yang menggunakan daya khayal dengan cara
memerankan suatu tokoh tertentu. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu guru mengajak anak untuk menyetting kelas atau tempat yang akan digunakan untuk
bermain peran, anak diminta membantu guru menyiapkan alat yang akan digunakan untuk bermain peran, sehingga anak akan terbiasa bekerja atau melakukan aktivitas
yang tujuan utamanya melatih anak menjadi mandiri. Melalui metode bermain peran anak diminta untuk melakukan kegiatan bermain peran, kemudian guru mengajak
anak untuk mereflesksikan kegiatan bermain peran, dan guru memberikan penguatan berupa pesan dan motivasi yang berkaitan dengan kemandirian anak. Kemandirian
anak dapat meningkat melalui metode bermain peran karena dengan metode ini anak- anak akan memerankan tokoh-tokoh yang berperilaku mandiri. Anak melakukan
sendiri dan guru menyampaikan pesan-pesan yang terkandung dari bermain peran yang sudah dilaksanakan. Anak-anak juga akan merasakan manfaat dari kemandirian
yang telah diperankan oleh tokoh tertentu. Hal ini juga disampaikan oleh Slamet
36 Suyanto 2005: 126 kegiatan bermain peran akan memberikan kesenangan yang
dapat memuaskan diri anak baik yang dilakukan atas usahanya sendiri maupun menjadi pengikut dari aturan yang ditetapkan temannya.
Harapan awal dengan bermain peran anak mengalami, merasakan,
terinternalisasi atau menjadi kebiasaan hingga pada akhirnya anak mau melakukan. Kegiatan bermain peran dilakukan berulang kali sehingga kemudian menjadi
pembiasaan. Hal ini sesuai dengan teori behavioristik yang disampaikan oleh Sugihartono 2007: 104 bahwa behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan. Teori ini juga cocok diterapkan untuk anak yang suka mengulang dan harus dibiasakan. Menurut hukum
akibat Thorndike menyampaikan bahwa hubungan stimulus-respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan Sugihartono, 2007: 92.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu kemandirian anak kelompok B di TK PKK Prawirotaman dapat meningkat melalui
metode bermain peran.
37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran Kasihani Kasbolah, 1998: 15. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif. Kolaboratif yang dimaksud adalah peneliti bekerjasama dengan guru kelas. Guru utama adalah guru kelas, dan peneliti
sebagai guru pendamping atau observer. Peneliti dan guru kelas bersama-sama dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksikan tindakan yang
dilakukan.
B. Setting Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK PKK Prawirotaman. TK ini beralamat di Jalan Prawirotaman 1-19 Yogyakarta. Observasi dilakaksanakan
pada tanggal 16-21 Maret 2015. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh anak TK PKK Prawirotaman kelompok B yang berjumlah 18 anak terdiri dari 5 anak laki-laki dan
13 anak perempuan. Objek dari penelitian kelas ini adalah kemandirian anak dengan metode bermain peran.