Pengertian Prinsip Kerjasama Prinsip Kerjasama
c. Hubungan: usahakan agar perkataan Anda ada relevansinya.
d. Cara: usahakan agar mudah dimengerti, yaitu.
1 Hindarilah pernyataan-pernyataan yang samar
2 Hindarilah ketaksaan
3 Usahakan agar ringkas hindarilah pernyataan-pernyataan yang
panjang lebar dan bertele-tele 4
Usahakan agar anda berbicara dengan teratur Menurut Yule 1996: 64-65 penting bagi kita untuk mengetahui
maksim-maksim ini sebagai asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan dalam suatu percakapan. Ada beberapa jenis ungkapan tertentu yang dipakai oleh
penutur untuk menandai bahwa ungkapan-ungkapan itu berbahaya bila tidak sepenuhnya mengikuti prinsip-prinsip itu. Jenis ungkapan-ungkapan ini
disebut pembatas. Adapun pembatas maksim kerjasama tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 1: Pembatas Maksim Kerjasama
No. Maksim
Pembatas
1. Kuantitas
a. Mungkin anda tahu bahwa…
b. Jadi, singkat cerita…
c. Saya tidak ingin…
2. Kualitas
a. Sejauh yang aku ketahui…
b. Mungkin saya salah…
c. Saya sendiri kurang yakin…
b. Saya kira…
3. Hubunganrelevansi
a. Saya tidak tahumengerti…
b. Mungkin pertanyaan ini…
c. Tanpa bermaksud mengganti persoalan…
Tanda-tanda di tengah pembicaraan:
- Bagaimanapun juga…
- Baiklah…
- Namun…
4. CaraTindakan
a. Ini sedikit membingungkan…
b. Saya tidak yakin…
c. Saya tidak tahumengerti… saya kira…
Diambil dari sumber Yule, 1996: 65-68
2. Pelanggaran Prinsip Kerjasama
Pada peristiwa percakapan atau pertuturan, perlu adanya kaidah tutur agar proses pertuturan tersebut dapat dipahami. Salah satu kaidah tuturan
tersebut adalah prinsip kerjasama. Tuturan akan berjalan dengan baik jika masing-masing peserta tutur menggunakan kaidah kerjasama dalam
pertuturan. Sebaliknya, jika kaidah tersebut tidak dipatuhi oleh peserta tutur, maka proses pertuturan akan mengalami kesalahpahaman. Tidak patuhnya
peserta tutur terhadap kaidah prinsip kerjasama itulah yang kemudian disebut pelanggaran prinsip kerjasama.
a. Pelanggaran Maksim Kuantitas
Adapun submaksim dari maksim kuantitas adalah 1 sumbangan informasi yang diberikan harus seinformatif yang dibutuhkan, 2
sumbangan informasi jangan melebihi yang dibutuhkan. Maka dari itu, kaidah tuturan yang tidak menggunakan kaidah tersebut merupakan
pelanggaran maksim kuantitas. A: Siapa namamu?
B: Namaku Alek, rumahku di daerah Sleman. Aku adalah mahasiswa semester akhir di Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah selesai kuliah, aku ingin melanjutkan studi ke jenjang S2.
Tuturan diatas merupakan contoh dari pelanggaran maksim kuantitas. Jawaban B tidak kooperatif dengan pertanyaan A, karena B memberikan
informasi yang berlebihan dan belum dibutuhkan oleh A. b.
Pelanggaran Maksim Kualitas Adapun submaksim yang mendukung dari maksim kualitas adalah: 1
jangan katakan yang Anda yakini salah, 2 jangan katakan sesuatu tanpa bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, harus didasari pada bukti-bukti
yang memadai, maka dari itu kaidah tuturan yang tidak menggunakan kaidah tersebut merupakan pelanggaran maksim kualitas.
A: Di mana latar cerita itu diambil? B: Probolinggo, Jawa tengah, Pak.
A: Di Jawa Tengah itu Purbalingga, yang benar Jawa Timur Pada tuturan diatas, B memberikan kontribusi yang melanggar maksim
kualitas, karena ia mengatakan sesuatu yang salah, yakni Probolinggo, jawa Tengah, padahal di Probolinggo itu di Jawa Timur, sedangkan yang
di Jawa Tengah adalah Purbalingga. c.
Pelanggaran Maksim Relevansi
Adapun submaksim yang mendukung dari maksim Pelaksanaan adalah peserta tuturan harus memberikan kontribusi yang relevan dengan
masalah pembicaraan sesuai dengan topik pembicaraan, jawaban tersebut setidaknya memunyai hubungan implikasional, maka dari itu,
kaidah tuturan yang tidak menggunakan kaidah tersebut merupakan pelanggaran maksim relevansi.
114 + Pak ada tabrakan motor lawan truk di pertigaan depan - Yang menang apa hadiahnya?
Berdasarkan percakapan diatas, terdapat, - tidak kooperatif karena mempersamakan peristiwa kecelakaan itu dengan sebuah
pertandingan atau kejuaraan. Sepertinya di luar maksud untuk melucu kontribusi - dalam 114 sulit dicarikan hubungan
implikasionalnya.
Wijana, 1996: 49 d.
Pelanggaran Maksim Cara atau Tindakan Adapun submaksim yang mendukung dari maksim cara atau tindakan
adalah 1 hindari ketidakjelasan tuturan, 2 hindari kertaksaan ambiguitas, 2 berbicara secara singkat dan ringkas hindari uraian
panjang lebar yang terlalu berlebihan, 4 berbicara dengan runtut dan teratur. Kaidah tuturan yang tidak menggunakan kaidah tersebut
merupakan pelanggaran maksim pelaksanaan. 119 + Masak Peru ibu kotanya Lima…banyak amat
- Bukan jumlahnya, tetapi namanya. 120 + Saya ini pemain gitar solo
- Kebetulan saya orang Solo. Coba hibur saya dengan lagu-lagu daerah Solo
Bila konteks pemakaian dicermati kata Lima yang diucapkan + tidak mungkin ditafsirkan atau diberi makna nama bilangan, dan solo yang
bermakna „tunggal‟ ditafsirkan nama kota di Jawa Tengah karena di dalam pragmatik konsep ketaksaan ambiguity tidak dikenal Wijana, 1996: 51-
51.