kesombongan terhadap diri sendiri. Adapun bentuk kesombongan tersebut adalah dengan menyebutkan bahwa penutur tersebut bukanlah ketua partai
namun dicalonkan sebagai calon presiden karena mempunyai rekam jejak dan menurut penutur ada prestasi. Penutur ingin menyampaikan beberapa
keunggulan pasangan tersebut untuk memberikan kesan positif kepada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa
pasangan tersebut adalah pasangan yang memiliki rekam jejak yang bagus dan layak menjadi Presiden Republik Indonesia.
f. Sapaan
Pelanggaran maksim kerjasama dalam debat capres cawapres Republik Indonesia ditemukan dengan maksud untuk memberikan sapaan.
Maksud menyampaikan sapaan dalam debat capres cawapres Republik Indonesia tersebut ditemukan dengan jumlah 10 data.
Maksud pelanggaran untuk menyapa ini salah satunya terjadi karena adanya pelanggaran maksim kuantitas, relevansi dan cara. Maksud atau
implikatur percakapan berpendapat dapat dilihat pada data berikut. 35 Konteks
: Joko Widodo memberikan jawaban tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh moderator. Adapun
pertanyaan ini adalah pertanyaan awal untuk memulai jalannya debat tersebut. Pertanyaan yang sama juga
ditanyakan kepada pasangan lain.
Pertanyaan Moderator
: Apa yang paling utama, agenda yang paling penting dan yang paling anda ingin sampaikan kepada seluruh
negeri yang menyaksikan anda?
Jawaban Calon
presiden : Selamat malam salam sejahtera bagi kita semua. Yang
saya hormati bapak Prabowo Subianto, yang saya hormati bapak Hatta rajasa, ibu bapak sekalian,
saudara-saudara
sekalian, saudara-saudaraku
sebangsa dan setanah air .
01090614S1-06
Pada data 35 tersebut terdapat pelanggaran maksim kuantitas, relevansi dan cara sekaligus. Tuturan
“…Yang saya hormati bapak Prabowo Subianto, yang saya hormati bapak Hatta rajasa, ibu bapak
sekalian, saudara-saudara sekalian, saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air.” ini melanggar maksim kuantitas, relevansi dan cara. Hal ini
terjadi karena tuturan tersebut memberikan informasi yang melebihi dari yang dibutuhkan, tidak ada relevansinya dan berpanjang lebar.
Tuturan yang melanggar maksim ini menimbulkan adanya maksud dalam percakapan. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk memberikan
sapaan kepada pasangan lawan, hadirin dan masyarakat Indonesia secara umum. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesan akrab dan humanis
antara kedua pasangan dan antara pasangan tersebut dengan masyarakat luas.
g. Menciptakan Humor
Pelanggaran maksim kerjasama dalam debat capres cawapres Republik Indonesia ditemukan dengan maksud untuk menciptakan humor
dalam debat capres cawapres Republik Indonesia. Maksud menciptakan
humor dalam debat capres cawapres Republik Indonesia ini ditemukan dengan jumlah dua data.
Maksud pelanggaran maksim untuk menciptakan humor ini salah satunya terjadi karena adanya pelanggaran maksim kuantitas dan kualitas.
Maksud menciptakan humor ini dapat dilihat pada data berikut. 36 Konteks
: Prabowo Subianto memberikan tanggapan atas tanggapan yang juga telah diberikan oleh pasangan
lawan. Adapun konteks pertuturan tersebut membahas tentang konflik yang pernah terjadi antara Negara
Indonesia dan Australia. Kedua pasangan tidak dalam konteks saling menyerang, melainkan dalam konteks
memberikan pendapat dan pandangan serta solusi atas permasalahan tersebut.
Pertanyaan Moderator
: - Jawaban
Calon presiden
: Jangan jangan dua skuadron tapi nggak bisa terbang
. penonton tertawa Jadi kita nggak mau dianggap lemah, saya nggak lemah, tapi nggak punya
kekuatan ya dianggap lemah. Jadi karena itu marilah kita bangun kekuatan ekonomi Indonesia, saudara
saudaraku.
hadirin bersorak dan bertepuk tangan 03220614S5-33
Pada data 36 tersebut terdapat pelanggaran maksim kuantitas dan kualitas sekaligus. Tuturan
“Jangan jangan dua skuadron tapi nggak bisa terbang..” melanggar maksim kuantitas dan kualitas. Hal ini terjadi karena
tuturan tersebut memberikan informasi yang melebihi dari yang dibutuhkan dan mengatakan sesuatu yang tidak benar atau bukti
kebenarannya kurang meyakinkan.