Kualifikasi Peristiwa Yang Menimbulkan Kerugian Pada Konsumen

D. Kualifikasi Peristiwa Yang Menimbulkan Kerugian Pada Konsumen

Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan danatau untuk melakukan penarikan tunai di mana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati, baik secara sekaligus charge card ataupun secara angsuran. 80 Acquirer menurut ketentuan Pasal 1 Angka 8 Peraturan Bank Indonesia Nomor 630PBI2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yaitu bank atau lembaga selain bank yang melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat berupa financial acquirer dan atau technical acquirer. Lembaga tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan kegiatan pemberian kredit atau pembayaran. Fasilitas kartu kredit sebenarnya merupakan bentuk pemberian kredit sehingga penyelenggaraannya pun harus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan perkreditan bank serta penyelesaian masalah dan tanggung jawabnya juga sesuai dengan penyelesaian kredit bermasalah dalam undang-undang perbankan dan undang- undang konsumen. 81 Pihak-pihak yang terkait dalam melakukan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu kredit ini adalah pemegang kartu card holder, penerima pembayaran dengan menggunakan kartu merchant, dan penerbit issuer. Pemegang kartu adalah pihak yang telah memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh penerbit sehingga berhak memegang dan menggunakan kartu tersebut dalam hal ini adalah nasabah bank sebagai konsumen. Adapun penerima pembayaran dengan 80 Muhammad Djumhana., Op. cit, hal. 402. 81 Ibid, hal. 407. Universitas Sumatera Utara kartu, biasanya pemilik tempat pembelanjaan dan hiburan, seperti pasar swalayan, toko, hotel, restoran, dan perusahaan jasa lainnya. Sedangkan pihak penerbit dapat berupa perusahaan khusus dalam hal ini adalah pihak bank. ”Jika suatu peristiwa yang merugikan nasabah pengguna kartu kredit atau konsumen pengguna kartu kredit terjadi, misalnya timbul kerugian setelah memakai produk kartu kredit, maka yang pertama sekali dicari adalah apakah ada hubungan kontraktual antara bank penerbit dengan nasabah.” 82 Jika ditemukan adanya hubungan kontraktual antara bank penerbit dengan nasabah, langkah berikutnya adalah mencari bagian-bagian dari kontrak atau perjanjian yang mungkin tidak dipenuhi sehingga menimbulkan kerugian pada nasabah pengguna kartu kredit. ”Jika ternyata tidak ada hubungan kontraktual antara bank penerbit dengan nasabah, harus dicari hubungan lain, yaitu dengan mengkonstruksikan fakta-fakta pada peristiwa itu ke dalam suatu perbuatan melawan hukum tort. Dengan demikian, maka suatu langkah awal penyelesaian sengketa dengan konsumen atau nasabah sudah terlampaui.” 83 Mencari dan menemukan ada atau tidaknya hubungan kontraktual antara bank penerbit kartu kredit dengan nasabah pengguna kartu kredit kadang-kadang tidak mudah dilakukan. Apabila ternyata ada perjanjian atau kontrak, baik dalam bentuk yang sederhana sekalipun antara produsen dan konsumen, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa mereka terikat secara kontraktual. Akan tetapi dalam 82 Janius Sidabalok., Op. cit, hal. 111. 83 Ibid, hal. 112. Universitas Sumatera Utara kenyataannya tidak selalu demikian. Maka langkah berikutnya adalah mencari atau mengumpulkan fakta-fakta sekitar terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian itu lalu mengkonstruksikannya menjadi sebuah konrak atau perjanjian. Untuk dapat dimasukkan ke dalam saluran perjanjian atau kontrak, maka harus dipenuhi syarat- syarat minimal sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan. Apabila ada kewajiban yang tidak dipenuhi oleh pihak bank penerbit kartu kredit, baik menurut kontrak maupun menurut undang-undang, maka dapat dikatakan bahwa bank sebagai pelaku usaha kartu kredit telah wanprestasi. Untuk itu, perlu diperhatikan kewajiban-kewajiban bank penerbit sebagaimana terdapat dalam kontrak maupun dalam undang-undang serta segala macam garansi atau jaminan yang ada. Mungkin di dalam kontrak tidak jelas disebutkan apa saja yang menjadi kewajiban bank. Dengan demikian, maka ketentuan undang-undang yang berlaku. ”Sebaliknya mungkin juga di dalam perjanjiankontrak dikemukakan beberapa hal yang mengecualikan kewajiban bank dari ketentuan undang-undang, maka dalam hal seperti ini berlakulah isi kontrak tersebut.” 84 Umumnya, dalam kartu kredit yang dimiliki nasabah pengguna, ada 9 sembilan item biaya yang akan dipungut sebagai keuntungan oleh bank penerbit kartu kredit dari nasabah konsumen sebagai debitur adalah sebagai berikut: 1. Biaya iuran tahunan. Iuran tahunan dibayarkan pada awal keanggotaan kartu dan setiap perpanjangan kartu kredit yang anda miliki. Iuran tahunan akan langsung dibebankan dan tercetak pada lembar pemberitahuan tagihan. 2. Biaya bunga. Turunan dari biaya bunga ada empat item yakni bunga pembelanjaan, bunga penarikan tunai, bunga cicilan dan bunga transfer balance. 3. Biaya penarikan tunai. Kalau nasabah melakukan penarikan tunainya di dalam negeri akan dikenakan bunga 4 atau minimal kena biaya Rp. 20.000 per 84 Ibid, hal. 113. Universitas Sumatera Utara transaksi. Kalau penarikannya dilakukan di luar negeri, akan dibebankan biaya sebesar USD 1.75 + 0,33 . 4. Biaya Administrasi. Akan dikenakan biaya administrasi beserta bunga apabila pembayaran tagihan kartu kredit dilakukan setelah tanggal pembayaran dan atau pembayaran anda kurang dari minimum payment. 5. Biaya keterlambatan. Ada 2 turunan dalam item biaya ini, yaitu dunning fee dan collection fee. Masing-masing turunan menetapkan fee minimal Rp.50.000,- maksimal sebesar 5 dari total tagihan nasabah. Keseluruhan ditagihkan bila pembayaran tagihan kartu kredit dilakukan setelah tiga puluh hari tanggal pembayaran atau anda melakukan pembayaran kurang dari minimum payment. 6. Biaya over limit. Jika transaksi yang dilakukan nasabah atau konsumen melebihi batas kredit yang seharusnya maka bank akan “mencekik dan menghisap” nasabah itu hidup-hidup. 7. Biaya penggantian kartu. 8. Biaya permintaan salinan lembar pemberitahuan tagihan. 9. Biaya cek atau bilyet giro yang ditolak. 85 Besaran tarif biaya di atas berbeda, tergantung dari kebijakan yang ditetapkan bank penerbit kartu kredit yang dimiliki oleh konsumen. Bila bank penerbit kartu kredit tersebut adalah BUMN, maka tarif biaya yang ditetapkan relatif lebih rendah dibandingkan dengan bank penerbit kartu kredit swasta. Untuk bank penerbit kartu kredit swasta juga harus dicermati, apakah swastanya itu swasta dalam negeri atau swasta asing. Kalau swasta asing, tentunya akan lebih tinggi dalam menetapkan tarif biayanya. Perlu diingat, tarif biaya termasuk bunga tagihan kartu kredit yang ditetapkan oleh semua bank penerbit adalah tarif flat tetap dan floating mengambang. Tidak akan turun, meskipun ada fenomena fluktuatif atas biaya dan bunga pada industri perbankan. Kalaupun ada perubahan biaya dan bunga tagihan, yang cenderung naik, 85 http:advokatku.blogspot.com200803biaya-dan-bunga-kartu-kredit.html,Diakses terakhir tanggal 2 September 2009. Universitas Sumatera Utara bank penerbit kartu kredit dapat menetapkannya tanpa memberitahukan nasabah atau konsumen pengguna kartu kredit sebagai debitur terlebih dahulu sehingga kelak konsumen sebagai debitur kartu kredit pun tidak punya pilihan untuk menerima atau menolak tentang biaya dan ketentuan tarif yang ditetapkan. Kondisi inilah yang berpotensi dapat merugikan kosumen sebagai debitur kartu kredit karena ada kemungkinan konsumen semakin dalam terperosok dalam tagihan kartu kredit. Klausula-klausula dalam perjanjian dan ketentuan persyaratan sebagai pengguna kartu kredit yang ditetapkan oleh bank penerbit kartu kredit secara sepihak, sebenarnya hak-hak konsumen sebagai nasabah secara jelas dan tegas telah dikebiri. Ini adalah praktek curang bank dalam kartu kredit, baik menurut hukum, kesusilaan dan atau ketertiban umum. Secara umum ada lima praktek curang yang sering terjadi adalah sebagai berikut: 1. Bertukar informasi tentang data atau identitas pemegang kartu kredit dengan card center lainnya; 2. Mengungkapkan informasi termasuk transaksi yang berhubungan dengan pemegang kartu kredit kepada pihak ketiga; 3. Menetapkan klausul mengenai perhitungan bunga dan biaya-biaya lain yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan bank tanpa diperlukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu; 4. Mengubah atau menambah persyaratan dan ketentuan, dan perubahan atau penambahan yang mengikat sejak saat diadakannya perubahan tanpa harus pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu; 5. Atas kebijaksanaannya sendiri tanpa harus memberitahu pemegang kartu dan tanpa memberi alasan, berhak melarang atau merubah batas kredit pemegang kartu atau menolak dengan cara lainnya, baik untuk selamanya ataupun sementara atau mengakhiri keanggotaan dan mencabut semua hak baik yang melekat pada penggunaan dari kartu kredit ataupun hak lainnya dan selanjutnya berhak untuk menyampaikan pemberitahuan kepada semua pedagang dan setiap orang yang berkepentingan mengenai pencabutan hak tersebut. 86 86 Ibid. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, ketentuan yang ada di dalam Bab III Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah secara tegas-tegas menyatakan : 1. Bank wajib meminta persetujuan tertulis dari nasabah dalam hal Bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi Nasabah kepada pihak lain untuk tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang- undangan lain yang berlaku; 2. Dalam permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1, Bank wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari pemberian dan atau penyebarluasan Data Pribadi Nasabah kepada pihak lain. Bahwasanya pada awal penawaran kartu kredit, dalam form aplikasi kartu kredit, Bank tidak pernah mencantumkan klausul atau setidak-tidaknya menjelaskan mengenai pertukaran informasi data atau identitas anda sebagai nasabahnya kelak. Hal yang dilakukan bank penerbit kartu kredit hanyalah menerbitkan buku tentang petunjuk penggunaan kartu kredit dimana dalam buku petunjuk tersebut telah tercantum tentang hak yang telah ditetapkan secara sepihak oleh bank penerbit untuk memberikan dan menyebarluaskan data pribadi nasabah. Konsumen sebagai nasabah kartu kredit harus mematuhi dan mentaati ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh bank secara sepihak tersebut. Apapun alasannya, secara hukum perbankan, tanpa adanya jaminan tertulis dari yang bersangkutan, bank mestinya tidak boleh memberikan dan atau menyebarluaskan data pribadi nasabahnya kepada pihak lain, terlebih-lebih dengan tujuan komersil untuk meningkatkan potensi pasar kartu kredit yang diterbitkan. Hal Universitas Sumatera Utara ini sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI 2005. Selain melanggar kedua Pasal Pasal 9 dan Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI 2005 di atas, dari sisi perlindungan konsumen pun bank telah melanggar Pasal 18 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang pada pokoknya menyatakan pelaku usaha dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada setiap dokumen danatau perjanjian yang menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya. Ancaman hukuman bagi pelanggaran Pasal 18 UUPK adalah pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Perbuatan curang yang dilakukan bank dalam kartu kredit seperti menetapkan klausul mengenai perhitungan bunga dan biaya-biaya lain yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan bank tanpa diperlukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu. Penetapan klausul tersebut jelas-jelas bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Pengguna Data Pribadi Nasabah. Dalam Pasal 6 PBI No. 76PBI2005, Bank Indonesia menetapkan bah bank wajib memberitahukan kepada nasabah setiap perubahan, penambahan, dan atau pengurangan pada karakteristik Produk Bank. Pemberitahuan tersebut wajib disampaikan kepada setiap Nasabah yang sedang memanfaatkan Produk Bank paling Universitas Sumatera Utara lambat 7 tujuh hari kerja sebelum berlakunya perubahan, penambahan dan atau pengurangan pada karakteristik Produk Bank tersebut. Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 akan dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa teguran tertulis yang kelak dapat diperhitungkan dengan komponen penilaian tingkat kesehatan bank. Suatu perbuatan dikatakan telah menjadi suatu perbuatan melawan hukum apabila perbuatan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum atau perundang- undangan yang berlaku. Namun perbuatan tersebut harus memenuhi beberapa unsur atau kriteria tertentu agar dapat dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum. Perbuatan melanggar hukum dalam perlindungan konsumen memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Apakah dalam peristiwa itu ada pelanggaran terhadap hak-hak konsumen? atau 2. Apakah dalam peristiwa itu produsen telah bertindak bertentangan dengan kewajibannya menurut undang-undang ? atau 3. Apakah produsen telah melakukan pelanggaran terhadap norma-norma kesusilaan? atau 4. Apakah produsen telah melakukan perbuatan yang tidak patut dalam berproduksi danatau mengedarkan produknya atau sebaliknya telah lalai mengambil langkah-langkah yang patut guna menjaga keselamatan konsumen? 87 Bank dalam menerbitkan kartu kredit, seperti kualifikasi di atas, maka layak dan patut dikatakan bahwa sesungguhnya kartu kredit merupakan produk perbankan yang cacat hukum, dan bank penerbit tersebut jelas-jelas telah melakukan perbuatan 87 Janius Sidabalok., Op. cit, hal. 113-114. Universitas Sumatera Utara melawan hukum. Oleh karena itu, bank penerbit kartu kredit yang menimbulkan kerugian kepada pihak konsumen pengguna kartu kredit tersebut, maka bank penerbit sebagai lembaga jasa-jasa keuangan harus bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian yang ditimbulkannya terhadap konsumen pengguna kartu kredit. Sementara itu, Bank Indonesia dalam menjalankan fungsinya seharusnya melakukan pengawasan terhadap kebijakan bank-bank yang melakukan jenis usaha penerbitan kartu kredit, yang sekali lagi ditegaskan, cenderung mengabaikan hak-hak nasabah. Universitas Sumatera Utara

BAB IV TANGGUNG JAWAB BANK PENERBIT TERHADAP PERISTIWA

PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI KONSUMEN

A. Prinsip Pertanggungjawaban Bank Penerbit Kartu Kredit Atas Peristiwa

Yang Merugikan Konsumen Penyelesaian sengketa antara bank penerbit dengan konsumen kartu kredit dapat ditempuh melalui penerapan prinsip peratnggungjawaban dari bank apabila bank yang melakukan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Penyelesaian sengketa kosumen baik dari peristiwa wanprestasi maupun melalui pristiwa perbuatan melawan hukum belum dapat melindungi kepentingan konsumen dengan seadil- adilnya. ”Posisi konsumen pengguna kartu kredit masih sangat lemah, terutama berkaitan dengan keberhasilan gugatan ganti kerugian yang mensyaratkan adanya pembuktian dan atau pembuktian lawan yang diajukan oleh produsen sebagai pelaku usaha yakni bank penerbit.” 88 Akibat lemahnya kedudukan konsumen penggugat dalam hal membuktikan kesalahan ataupun negligence-nya bank tergugat karena tidak mempunyai pengetahuan dan sarana yang memuaskan untuk itu. Dengan demikian dalam perkembangannya sistem pertanggungjawaban yang diterapkan di pengadilan- pengadilan di Indonesia khususnya delik-delik khusus akan mengarah kepada pertanggungjawaban karena kesalahan menjadi pertanggungjawaban tanpa kesalahan. 88 Ibid., hal. 115. Universitas Sumatera Utara