Sejarah dan Perkembangan CU Pardomuan Pakkat

22 karet, kelapa sawit, salak, coklat. Jalan raya Pakkat adalah jalan raya provinsi yang menghubungkan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan. Kecamatan Pakkat memiliki wilayah terluas nomor dua di Kabupaten Humbang Hasundutan setelah kecamatan Parlilitan. Luas wilayah kecamatan Pakkat adalah 459,10 km 2 dengan jumlah penduduk 22.203 jiwa dan kepadatan penduduknya 48,36 jiwakm 2 . CU Pardomuan bukan hanya beranggotakan penduduk di kecamatan Pakkat saja. Akan tetapi juga menyebar ke lima kecamatan dari sepuluh kecamatan di Kabupaten Humbahas seperti: Kec. Tarabintang, Kec. Dolok Sanggul, Kec. Onan Gajang, Kec. Lintong Nihuta. CU Pardomuan bahkan juga menyebar ke Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah.

2.1. Sejarah dan Perkembangan CU Pardomuan Pakkat

Sekitar pada tahun 1971, tingkat kehidupan masyarakat Pakkat masih sangat rendah. Sumber mata pencaharian utama penduduk adalah padi dan karet, hasil pertanian yang lainnya adalah kopi, akan tetapi harga dari hasil pertanian ini sangatlah rendah dan tidak seimbang dengan biaya produksinya. Keadaan ini juga dipengarui oleh biaya angkutan yang cukup tinggi. Pada saat itu, hubungan antar desa belum lancar. Demikian juga hubungan antar desa dengan kota kecamatan dan hubungan antar kota kecamatan dengan kecamatan lainnya. Pengangkutan dilakukan masyarakat dengan tenaga manusia sendiri dan sudah lumayan apabila mengunakan sepeda atau kuda. 23 Jarak antara Kecamatan Pakkat dengan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah sekitar 48 Km dan dapat ditempuh dalam jangka waktu antara 8 sampai 10 jam, itupun kalau alat pengangkutan tidak rusak atau pecah ban karena sebagian besar jalan belum diaspal masih tanah yang akan berubah menjadi lumpur saat hujan turun. Akibatnya barang manufaktur dan kebutuhan yang berasal dari luar Pakkat sangat mahal harganya, dan hasil pertanian sebagai komoditi utama masyarakat menjadi sangat rendah harganya. Peminjaman modal dapat diiperoleh masyarakat dari tengkulak, akan tetapi bunga yang ditawarkan sangatlah tinggi yaitu sekitar 8 - 15 per bulan. Keadaan inilah yang membuat Pastor Paroki Pakkat mencari suatu cara untuk menolong masyarakat. Sambil melayani umat, pastor mencoba memberikan penyuluhan tentang pertanian, namun usaha tersebut kurang mendapatkan hasil. Sebab, para petani masih bertani secara tradisional dan juga pada saat hasil panen baik, harga akan turun drastis serta pemasarannya sangat sulit. Pada tahun 1972, muncullah suatu organisasi keuangan yang bernama credit union CU yang dipelopori oleh Keuskupan Agung Medan KAM lewat Panitia Sosial Ekonomi. Pihak KAM menganjurkan agar setiap paroki di KAM, didirikan credit union untuk membantu umat itu sendiri. Dalam memasyarakatkan konsep tersebut, maka dari setiap paroki diundang dua orang untuk mengikuti pelatihan cara mendirikan credit union, yang dipusatkan di Pematang Siantar. Paroki Pakkat mendapat giliran pada gelombang III yang dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 Maret 1972. Utusan dari Paroki Pakkat adalah Pastor Leo Joosten dan K.R. Situmorang. Setelah pelatihan di Pematang Siantar, Pastor 24 Paroki mengundang para pengurus Gereja Katolik, Pengurus Yayasan Perguruan Katolik Pakkat, beserta para kepala sekolah untuk mendirikan credit union. Hasil dari pertemuan itu diputuskan pendirian CU dikalangan guru dan pegawai Perguruan St. Maria Pakkat. Peserta rapat pesimis CU dapat dibentuk untuk kalangan umum. Maka untuk meyakinkan para guru dan pegawai Perguruan St. Maria Pakkat diwajibkan mengikuti pertemuan setiap hari jumat pada jam pelajaran ke-6 dan ke-7. Pada pertemuan itu mereka diberi pengetahuan tentang CU dan manfaat dari CU. Sebagai nara sumber adalah Pastor Leo Joosten dan K.R.Situmorang. Pertemuan dimulai bulan Mei sampai September 1972. Akhirnya tanggal 30 September 1972 disepakati pendirian CU dengan nama Credit Union “Saroha”. Saroha artinya sehati. Koperasi kredit Saroha beranggotakan guru dan pegawai di Yayasan Santa Maria Pakkat. Setelah CU Saroha beroperasi dengan baik, mulailah CU dipromosikan pada masyarakat umum kecamatan Pakkat. Pertama-tama CU diperkenalkan kepada jemaat Katolik di desa Hauagong. Sosialisasi dilakukan setiap sermon sehabis kebaktian. Pada awalnya, umat kurang menerima CU tersebut. Alasan yang diberikan antara lain : “untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup, lalu apa yang mau ditabung? ; ada juga dengan alasan kurang percaya dengan pengurus yang menangani pengumpulan uang”. Hal ini memang bisa dimaklumi karena pada masa-masa tersebut banyak koperasi yang tidak beres, diselewengkan pengurusnya. Maka untuk mengatasi masalah tersebut maka Pastor Leo menjabat sebagai bendahara, sebab masyarakat lebih percaya jika tabungan mereka aman. 25 Mulai bulan Januari 1973, Pastor Leo dibantu dengan K.R.Situmorang untuk terjun ke stasi-stasi untuk mempromosikan pembentukan CU seperti stasi Tukka, stasi Huta Pinang dan stasi yang lain di kecamatan Pakkat dan bahkan ke stasi lain yang bukan di kecamatan Pakkat, antaralain Arbaan di Kecamatan Onanganjang, Sibongkare, Siantar Sibongkare, Sahombu dan Lae Hundulan di kecamatan Tarabintang. Promosi ini tidak dilakukan berdasarkan administrasi pemerintahan yaitu kecamatan Pakkat saja, melainkan berdasarkan ruang lingkup Gereja Katolik yang bernaung dibawah Paroki Pakkat. Program pembentukan CU ini mendapat rekasi yang kurang positif dari masyarakat. Umat Katolik sendiri kurang percaya untuk menyimpan uangnya di CU ini. Sedangkan masyarakat non katolik beranggapan bahwa pendirian CU hanyalah sebagai alat promosi gereja Katolik agar tertarik menjadi umat Katolik. Sehingga anggota yang dapat direkrut pada saat itu adalah pengurus gereja Katolik dan satu atau dua orang jemaatnya. Pada bulan Maret 1974 digagaslah pembentukan CU untuk umat Katolik Paroki Pakkat yang dimatangkan pada sermon bulan April 1974 dan pada tanggal 05 Mei 1974 di adakan rapat di Wisma Katolik Pakkat dengan peserta para pengurus stasi yang pada umumnya sintua-sintua. Dalam rapat tersebut diputuskan CU yang didirikan dikenal dengan nama “Credit Union Pardomuan” dengan jumlah anggota 31 orang yang terdiri dari jemaat gereja dari berbagai desa. Arti dari nama Kopersi Kredit Kopdit Pardomuan Pakkat adalah kredit berasal dari kata “Credere “ artinya kepercayaan. Sedangkan “Pardomuan“ artinya persekutuan. Jadi Kopdit Pardomuan Pakkat adalah koperasi yang menjungjung tinggi kepercayaan. Adanya saling percaya diharapkan dapat 26 berkembang dengan meningkatnya kesejahteraan keluarga para anggotannya. Susunan pengurus pada saat itu sebagai berikut : Ketua : D.K. Sihotang Wakil Ketua : A. Simanjuntak Sekretaris : H.M. Sihotang Bendahara : 1. Pastor Leo Joosten, sekaligus kasir 2. T.V. Purba 3. R.M. Purba Panitia Kredit : Ketua : K. Tamba Sek : M. Sigalingging Angg : I. Tinambunan Badan Pendidik : Ketua : A. Simanjuntak Sek : K.R. Situmorang Angg : P. Nainggolan Badan Pemeriksa : Ketua : J. Banjarnahor Sek : P. Manalu Angg : Y. Simbolon Dalam rapat pertama ini diputuskan: 1. Uang pangkal : Rp.100,- 2. Simpanan Wajib : Rp.200,-bulan. 3. Kantor adalah ruangan depan Wisma Katolik. 4. Kantor dibuka sekali seminggu yaitu pada setiap hari Senin mulai pukul 10.00 WIB. 27 5. Pinjaman anggota dilayani saat buka kantor. 6. Pendidikan anggota dilaksanakan sekali sebulan pada saat sermon pengurus gereja. 7. Rapat pengurus didilakukan sekali sebulan saat sermon di Pakkat. Sehari setelah pembentukan CU pada tanggal 06 Mei 1974 sudah terkumpul Rp.3.400,- dimana 11 orang menyetor simpanan wajibnya dan 12 orang membayar uang pangkal. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan CU ini adalah kurangnya pemahaman akan fungsinya sebagai pengurus dan banyak anggota yang lalai untuk membayar simpanan wajib. Pelaksanaan peminjaman sering dilakukan diluar kantor serta anggota seringkali menitipkan simpananya kepada orang lain yang hendak pergi ke Pakkat sehingga terjadi kesimpang siuran dalam pembukuan. Kendala lain muncul dari alat transportasi yang kurang dimana pada saat itu belum ada alat transportasi ke desa- desa. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka diputuskan penerimaan uang hanya dapat diterima oleh bendahara dan harus disetor di kantor. Jika ada anggota yang menyetor bukan ke bendahara maka pengurus tidak bertanggung jawab. Anggota yang lalai menabung akan dikenakan sanksi pada saat meminjam. Selain itu, unutk menjaring anggota baru, panitia pendidik turun langsung ke lapangan memberikan penjelasan ADART CU pada setiap hari minggu setelah selesai kebaktian. Anggota baru dapat meminjam setelah masuk anggota minimum 6 bulan dan memiliki saham minimum Rp.5.000,-. 28 Setelah pembukuan keuangan lancar dan promosi-promosi yang dilakukan oleh pengurus-pengurus CU bahwa CU bukn hanya milik Katolik tetapi unutk semua masyarakat. Pendidik menjelaskan CU memang didirikan oleh umat katolik, tetapi bukan berarti sepenuhnya milik Katolik. Promosi ini akhirnya membuahkan hasil merekrut anggota baru bukan hanya dari umat Katolik saja melainkan juga non Katolik. Hal ini ditandai dengan bertambahnya anggota dari 34 orang menjadi 57 orang dari semua stasi. Pada tahun 1998, CU menyebar ke kabupaten TAPTENG dan kecamatan lain di HUMBAHAS. xxix Kec. Tarabintang CU Pardomuan Kec. Barus Ling. Pasar Barus Ling. Sijungkang Ling. Bonandolok Ling. Bondar Sihudon Ling. Sihombu Kec. Pakkat Kec. Dolok Sanggul Ling. Sihite Ling. Huta Julu Ling. Dolok Sanggul Kec. Onan Ganjang Ling. Onan Ganjang Ling. Sibuluan Ling. Parbotihan Kec. Lintong Nihuta Ling. Sampetua Desa Tukka Dolok Ling. Tukka II Ling. Tukka I Desa Rura Aeksopang Ling. Aeksopang Ling. Pardomuan Desa Rura Tanjung Ling. Sigalapang Ling. Huta Ambasang Ling. Sibong- kare Desa Siambaton Ling. Siambaton Julu Ling. Siambaton Pahae Desa Parmonangan Ling. Parmo-nangan Desa Lumban Tonga-tonga Ling. Laksa Ling. Sihorbo Desa Pakkat Hauagong Ling. Jl. Sehat Ling. Pasar Ling. Siuor-uor Ling. Sosorgadong Ling. Hauagong Desa Purba Bersatu Ling. Temba Ling. Batu Gajah Desa Purba Baringin Ling. Baringin Desa Pulo Godang Ling. Pulo Godang Desa Sipagabu Ling. Sipagabu Desa Banuarea Ling. Banuarea Desa Sijarango Ling. Sijarango Desa Karya Desa Manalu Ling. Manalu Ling. Sibanbanon Ling. Simbolon LOKASI PENELITIAN Keterangan: Ling. = lingkungan Lingkungan-Lingkungan CU Pardomuan 29 30

2.2. Keorganisasian