42 Desa Tukka terbentuk selitar pada tahun ± 1200. Dulunya Desa Tukka
termasuk wilayah Barus, yang sekarang ini dikenal dengan wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.Barus dibagi menjadi dua wilayah yaitu Barus Hulu dan Barus
Jae. Desa Tukka termasuk pada wilayah Barus Hulu. Sekitar pada tahun ± 1800, terjadi pemekaran wilayah yang menjadikan Desa Tukka masuk menjadi wilayah
Tapanuli Utara yaitu pada wilayah Kecamatan Pakkat. Seiring dengan adanya pemekaran ini, Desa Tukka berganti nama dari Barus Hulu menjadi Desa Tukka.
Tukka berasal dari kata tuk dan ka. Tuk artinya sampai akhirnya, sedangkan ka berasal dari singkatan bungka atau buka. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan pengertian dari Tukka adalah akhirnya terbuka suatu desa. Wilayah Tukka terdiri dari dua desa yaitu Desa Tukka Julu Gereja dan
Desa Toruan. Pada tahun 1987, kedua desa tersebut bergabung menjadi suatu desa yaitu Desa Tukka Dolok. Namun, tahun 2006 Desa Tukka Dolok mengalami
pemekaran. Hal ini terjadi karena luas wilayah yang menyebabkan Desa Tukka Dolok terbagi dua yaitu Desa Tukka Dolok dan Desa Ambobi Paranginan Desa
Ampar. Desa Tukka dibentuk pertama kali oleh marga Pardosi yang berasal dari daerah Dairi. Kemudian, datang marga pendatang yaitu marga Sihaloho, marga
Marpaung dan marga Pane.
2.8. Pola Pemukiman
Penduduk Desa Tukka merupakan masyarakat homogen yaitu masyarakat Batak Toba. Pola pemukiman penduduk didasarkan pada marga, yaitu marga
pardosi bermukim di dusun Sitahal–tahal dan dusun Sarumarnaek, marga
43 Sihaloho bermukim di Dusun Huta Ginjang, dan marga Marpaung bermukim di
dusun Huta Torop. Walaupun masyarakat bermukim berdasarkan marga akan tetapi di setiap dusun terdapat marga– marga pendatang.
Jika dilihat dari bentuk rumah, pola pemukiman dapat dikategorikan menjadi empat kategori yaitu tipe rumah sederhana, tipe rumah yang terbuat dari
papan, tipe rumah setengah permanen, tipe rumah permanen. Rumah- rumah dibangun dengan mengahadap ke jalan ataupun gang. Tipe rumah sederhana
terbuat dari tiang kayu dengan dinding yang terbuat dari bambu dengan memakai atap rumbia atau seng dan berlantai bahan semen.
Tipe rumah yang terbuat dari papan adalah dinding dari rumah terbuat dari papan yang bagus dengan lantai yang telah disemen serta beratap bahan seng.
Tipe rumah setengah permanen terbuat dari sepertiga dinding bangunan rumah terdiri dari bahan batu bata dan semen sedangkan dua pertiga terbuat dari papan.
Tipe rumah ini sama halnya dengan rumah yang terbuat dari papan yaitu berlantai semen dan beratap seng. Tipe rumah permanen ditandai dengan seluruh dinding
rumah terbuat dari bahan batu bata dan semen dan beratap seng, serta lantainya dapat terbuat dari semen atau keramik. Jarak antara rumah sekitar 0, 1-5 meter.
2.9. Kependudukan
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala desa, penduduk Desa Tukka Dolok berjumlah 1297 orang yang terdiri dari 335 KK. Jumlah penduduk
yang menjadi anggota CU pardomuan adalah 379 orang.
44
2.9.1. Penduduk Bersarkan Umur
Dalam mengembangkan kemajuan daerah, distribusi penduduk sering digunakan menjadi pedoman seperti dalam melaksanakan kebijakan pemerintah
dalam pendidikan, penyediaan lapangan pekerjaan serta kebijakan PNPM Mandiri yang dikembangkan pemerintah saat ini.
Tabel 5 Penduduk Berdasarkan Umur
No Umur
Jumlah orang
1 0 – 10 Tahun
207 15,96
2 11 – 20 Tahun
356 27,45
3 21 – 30 Tahun
140 10,79
4 31 – 40 Tahun
216 16,65
5 41 – 50 Tahun
167 12,88
6 51 – 60 Tahun
128 9,6
7 60 Tahun ke atas
86 6,63
Jumlah 1297
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tukka Dolok, 2010
Pengelompokkan penduduk berdasarkan umur pada tabel di atas dapat diketahui bahwa, penduduk di Desa Tukka Dolok pada umumnya adalah usia
produktif.
45
2.9.2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Tukka Dolok berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2010 adalah jenis kelamin perempuan 657 orang sedangkan jumlah jenis
kelamin laki- laki 640 orang. Sehingga dapat dibuat kesimpulan bahwa di daerah ini penduduk paling banyak adalah penduduk berjenis kelamin perempuan. Akan
tetapi jumlahnya tidaklah berbeda jauh, perbedaan tersebut hanya berselisih 17 orang. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis kelamin
Jumlah orang
1 Laki – laki
640 49,34
2 Perempuan
657 50, 66
Total 1297
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tukka Dolok, 2010
2.9.3. Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk Desa Tukka Dolok, menganut agama yang berbeda – beda yaitu : agama Kristen Protestan, agama Kristen Katolik dan agama Islam. Agama
Kristen Protestan di desa ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu Huria Kristen batak Protestan HKBP, GPDI dan Advent. Agar lebih jelasnya lagi
dapat dilihat tabel di bawah ini.
46
Tabel 7 Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah KK Jumlah orang
1 Kristen Protestan :
• HKBP
• GPDI
• Advent
269 15
13 928
75 62
71,55 5,8
4,78 2
Katolik 35
217 16,7
3 Islam
3 15
1,2
Total 335
1297 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tukka Dolok, 2010
Tabel di atas menjelaskan bahwa setengah penduduk Desa Tukka Dolok menganut agama protestan khususnya HKBP. Kehidupan umat beragama di desa
ini sangatlah rukun dan memiliki toleransi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan berbagai upacara dalam masyarakat. Misalnya, jika masyrakat yang
beragama kristen protestan melakukan upacara perkawinin atau pernikahan, maka bagi umat muslim disediakan makanan dan minuman serta tempat yang berbeda
dengan masyarakat lainnya. Kegiatan keagamaan yang terlihat dalam masyarakat adalah partamiangan
yang dilakukan sekali seminggu pada hari sabtu malam oleh umat kristen prostestan dan katolik. Kegiatan ini biasa dilakukan di rumah penduduk secara
bergantian. Sedangkan agama muslim melakukan kegiatan keagamaan seperti wirit atau pengajian dilakukan bersama umat muslim yang ada di pusat
kecamatan. Hal ini disebabkan jumlah mereka yang sangat kecil. Penduduk yang
47 beragama muslim merupakan orang pendatang atau orang yang pindah tugas ke
desa tersebut.
2.9.4. Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Mata pencaharian di desa ini pada umumnya adalah bertani. Hal ini terjadi karena wilayah pertanian yang masih luas. Mayoritas penduduk adalah petani padi
yang kemudian merangkap menjadi petani karet. Dalam hal pekerjaan, did desa ini terlihat pembagian kerja antara laki – laki dengan perempauan. Biasanya, laki-
laki yang akan turun tangan menangani pohon karet mereka sedangakan perempuan akan bekerja disawah atau diladang.
Tabel 8 Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian
Jumlah orang
1 Petani Padi
364 54,74
2 Petani Karet
243 36,54
3 PNS
23 3,46
4 Pensiunan
20 3,01
5 Lain–lain
15 2,25
Total 665
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tukka Dolok, 2010
Jenis mata pencaharaian sebagai wiraswata misalnya : berdagang, menjahit, biasanya dilakukan masyarakat sebagai pekerjaan sampingan saja.
Pertanian di desa ini sebagian besar adalah milik sendiri. Namun, ada juga sistem
48 kontrak yang biasanya pembayarannya dilakukan sesuai hasil panen itu sendiri.
Artinya, pemilik pertanian itu tidak menentukan harga. Petani karet biasanya menjual hasil karetnya pada waktu pajak yaitu pada hari senin. Pajak di desa ini
dilakukan sekali seminggu. Penduduk yang bekerja sebagi PNS, juga ikut bertani padi yang dilakukan setelah pulang kerja.
2.9.5. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di desa ini telah mengikuti kebijakan pemerintah wajib belajar sembilan tahun. Hampir seluruh masyarakat Desa Tukka Dolok
telah mengecap pendidikan. Tingkat pendidikan di desa ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah orang
1 Sedang SD
228 20,03
2 Tamat SD
48 4,22
3 Tidak Tamat SD
31 2,72
4 Sedang SLTP
117 10,35
5 Tamat SLTP
226 19,86
6 Sedang SLTA
85 7,47
7 Tamat SLTA
315 27,68
8 Tamat D-2
10 0,87
9 Sedang D-3
13 1,14
49 10
Tamat D-3 25
2,20 11
Sedang S-1 36
3,16 12
Tamat S-1 4
0,35
Total 1138
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tukka Dolok, 2010
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Atas SLTA. Tingkat pendidikan
tidak tamat atau tamat SD pada umumnya adalah penduduk yang telah lanjut usia. Ini terjadi karena pada masa mereka pendidikan itu masih kurang dan juga
disebabkan oleh kurangnya biaya. Serta adanya sistem patrilineal yang mengutamakan laki-laki membuat perempuan hanya mengecap pendidikan
sebentar saja bahkan tidak pernah. Tamatan D-2 adalah penduduk pada tahun 1990-an, di mana penduduk
yang tamatan D-2 dilakukan untuk bekerja sebgai guru. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang tamat SLTA masih banyak penduduk tidak melanjut ke perguruan
tinggi. Kebanyakan penduduk tamatan SLTA akan merantau dibandingkan melanjutkan ke perguruan tinggi. Faktor penyebabnya adalah kurangnya biaya
serta adanya anggapan bahwa dengan merantau akan lebih cepat untuk mencari uang. Tabel di atas juga menjelaskan bahwa lulusan S-1 yang sangat sedikit
dikarenakan lapangan pekerjaan yang kurang di daerah tersebut. Sehingga tamatan S-1 akan merantau ke daerah lain untuk mendapatkan pekerjaan yang
sesuai dengan tingkat pendidikannya.
50
2.10. Sarana dan Prasarana 2.10.1. Sarana Pendidikan