24
kendaraan pribadi ke angkutan umum. Supaya penduduk kota mau beralih moda, perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan bus kota.
2.3.8 Prioritas Bus Di Persimpangan Dengan Lampu Lalu Lintas
Pemberian prioritas bus di persimpangan berlampu lalu lintas dimaksudkan untuk mengurangi waktu tundaan di persimpangan akibat lampu
merah Walsb, 1998. Sering kali bus berhenti cukup lama disuatu persimpangan akibat terkena lampu merah lebih dari satu siklus. Kemudian diusulkan satu cara
untuk mengurangi waktu tundaan di persimpangan yaitu dengan memberikan prioritas pada bus berupa lajur khusus pada persimpangan. Lajur khusus ini
diusulkan berada ditempat terdepan antrian pada persimpangan dan dibatasi marka supaya tidak ada kendaraan lain yang mempergunakannya. Dengan demikian bus
akan selalu berada di tempat terdepan antrian dan bisa langsung berangkat begitu lampu hijau menyala. Hal ini akan mengurangi waktu perjalanan bus karena pada
persimpangan bus hanya akan mengalami paling tidak satu kali antrian. Lajur khusus bus pada persimpangan ini didesain sedemikian rupa supaya tidak
mengganggu pemakai jalan yang akan berbelok ke kiri akan tetapi tetap memudahkan bus untuk melakukan manuver ketika akan menempatinya.
2.3.9 Penempatan Halte
Halte adalah tempat berhentinya bus kota untuk menaikkan dan atau menurunkan penumpang. Ada dua macam halte yaitu :
1. Halte resmi adalah tempat berhenti bus yang mempunyai bangunan halte dan sudah ditetapkan sebagai halte oleh bus.
Universitas Sumatera Utara
25
2. Halte tidak resmi adalah tempat berhenti bus yang tidak mempunyai bangunan halte dan tidak ditetapkan sebagai halte oleh bus.
Bus seharusnya berhenti pada halte-halte resmi saja dan tidak menaikkan dan atau menurunkan penumpang pada sembarang tempat, akan tetapi praktek
yang terjadi di lapangan tidaklah semudah teori yang seharusnya diterapkan. Terkadang para penumpang tidak mau menunggu bus pada halte resma yang telah
tersedia karena jarak yang cukup jauh. Mereka lebih memilih untuk menunggu bus di sembarang tempat yang mudah mereka capai. Kondisi ini menyebabkan
bus akhirnya berhenti pada sembarang tempat meskipun bukan pada halte resmi.
Ketidaktertiban penumpang dan supir ini akhirnya membuahkan dampak negatif bagi pengguna jasa bus sendiri dan juga pengguna jalan lain. Dengan
begitu banyaknya halte yang disinggahi otomatis akan menambah waktu perjalanan bus. Di samping itu akibat bus berhenti pada sembarang tempat,
pengguna jalan lain akan terganggu perjalanannya karena sering kali bus berhenti mendadak dan pada tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Penentuan halte resmi telah diatur dan ditetapkan oleh Departemen Perhubungan dengan jarak antar halte sejauh 300-500 meter di pusat kota dan
500-1000 meter di pinggiran kota. Apabila dilakukan penertiban halte di mana bus berhenti untuk menaikkan dan atau menurunkan penumpang pada tempat-tempat
tertentu, dalam hal ini pada halte resmi saja, maka total waktu perjalanan dan kemacetan akibat ketidaktertiban bus yang berhenti di sembarang tempat untuk
menaikkan dan atau menurunkan penumpang akan berkurang.
Universitas Sumatera Utara
26
Lokasi tempat perhentian angkutan umum akan mempengaruhi efesiensi pengangkutan kecepatan keandalan pelayanan yang sedang beroperasi serta
kenyamanan penumpang yang beroreantasi pada jangkauan pelayanan dan kecepatan perjalanan travel speed yang akan ditempuh. Perencanaan tempat
perhentian angkutan umum menurut Vuchic 1981 menyangkut tiga aspek yaitu 1. Spasi atau jarak rata-rata antara pemberhentian angkutan umum sebesar 400
meter hingga 600 meter namun masih dimungkinkan 300 meter. Penggunaan spasi kurang dari 300 meter pada jalur-jalur bus reguler akan mengakibatkan
penurunan kualitas pelayanan dan berpengaruh negatif terhadap kelancaran lalulintas. Institute of Transportation Engineering 1976 memberikan stándar
spasial tempat perhentian bus seperti terlihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Standar spasi tempat perhentian bus
Spasi m Non CBD
Tipe Bus CBD
Lama Baru Lokal
Limited stop Express
120-240 120-240
120-300 150-240
360-900 1.200-9.000
300-450 600-1.500
1-30 mil
Sumber: Munawar A 2005
2. Lokasi, menurut Vuchic 1981, lokasi tempat berhenti angkutan umum di jalan raya diklasifikasikan menjadi tiga macam,yaitu:
a. Near side NS, pada persimpangan jalan sebelum memotong jalan simpang cross street.
b. Far side FS, pada persimpangan jalan setelah melewati jalan simpang cross street.
Universitas Sumatera Utara
27
c. Mid block MB, pada tempat yang cukup jauh dari persimpangan atau pada ruas jalan tertentu.
Berdasarkan tipe area, lokasi pemberhentian angkutan umum dibedakan oleh Confederation of British Road Passenger Transpotart 1981
menjadi: daerah pemukiman, daerah industri, pusat kegiatan bisnis, fasilitas pendidikan dan kesehatan, kegiatan hiburan. Kriteria penenpatan halte
angkutan umum untuk masing-masing lokasi berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah yang bersangkutan. Secara umum lokasi pemberhentian
angkutan umum harus memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah: koordinasi lampu pengatur lalu lintas, akses bagi
penumpang,kondisi lalu lintas dan pejalan kaki,geometri pemberhentian bus kota juga gerakan membelok bus kota.
3. Rancangan, ada beberapa bentuk tempat pemberhentian bus kota a. Kerb side, merupakan tempat pemberhentian bus kota dengan
memanfaatkan trotoar yang ada disisi jalan sebagai tempat turun naik penumpang dan dilengkapi rambu berhenti bus kota. Bus hanya diijinkan
berhenti sebentar sebab akan mengganggu arus lalu lintas b. Lay-bys, merupakan lahan atau trotoar yang cukup lebar sehingga dibuat
suatu lekukan yang memungkinkan bus berhenti didalam lekukan tersebut untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Disini memungkinkan bus
berhenti lebih lama. c. Bus shelter, bentuknya sama dengan kerb side dan lay-bys tetapi tempat
Universitas Sumatera Utara
28
penumpang yang menunggu bus mendapat fasilitas tempat tunggu beratap dan memungkinkan terhindar dari sinar matahari dan hujan.
2.4 Jalan Arteri