Persepsi Pelayanan Penumpang Evaluasi Pelayanan Angkutan Umum Bus Damri Pada Ruas Jalan Arteri Kota Medan

31 Tabel 2.4 Standar Kinerja Pelayanan Angkutan Umum No Kinerja Pelayanan Standar 1 2 3 4 Frekuensi Headway Loadfactor Waktu perjalanan Peakhour Offpeakhour Rata-rata Rata-rata Maksimum 70 60 – 90 menit 12 kenderaanjam 6 kenderaanjam 9 kenderaanjam 5 – 10 menit 10 – 20 menit Sumber: Dephubdat, 1996 dan Abubakar 1996

2.6 Persepsi Pelayanan Penumpang

Tantangan yang dihadapi dalam pengoperasian angkutan publik saat ini adalah upaya untuk mempertahankan penumpang yang sudah ada dan menarik penumpang yang baru. Hal tersebut berarti operator angkutan umum harus mempertahankan kualitas pelayanan yang dimilikinya Joewono dan Kubota, 2007. Pengukuran kualitas pelayanan tidak dapat dipisahkan dari pengukuran kepusan pengguna. Salah satu aspek yang diukur dalam pengukuran tingkat kepuasan pengguna adalah kesenjangan yang terjadi antara harapan tingkat kualitas pelayanan dan persepsi pengguna terhadap pelayanan yang diterima dari suatu operator Handayani, dalam Rachmatia, 2009 Para pengguna memilih angkutan publik berdasarkan persepsi yang dimilikinya terhadap angkutan publik dan alternatif pilihan angkutan publik yang Universitas Sumatera Utara 32 tersedia Joewono dan Kubota, 2007. Persepsi tersebut dibangun berdasarkan pengalaman pada saat menggunakan angkutan publik. Pengalaman menggunakan angkutan publik selain berpengaruh terhadap persepsi pengguna dapat juga berpengaruh terhadap tingkat pengharapan dari pengguna Zeithaml et al, 1990 Status pelayanan dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif, sehingga pengguna akan mengalami pengalaman positif dan negatif. Pada umumnya pengguna mengekspresikan pengalaman negatifnya sebagi sebuah pengaduan TRB dalam Rachmatia, 2009. Pengaduan tersebut seharusnya tidak hanya dilihat sebagai refleksi negatif dari status pelayanan, melainkan sebagai sebuah indikator untuk meningkatkan pelayanan dari angkutan umum tersebut Silkunas, 1993 Pelayanan angkutan publik yang buruk juga dapat dilihat dari Amina, 2007 a. Tingkat pelayanan yang rendah yang meliputi waktu tunggu yang tinggi, lamanya waktu perjalanan, ketidakyamanan dan keamanan di dalam angkutan umum b. Tingkat aksesibilitas yang rendah, ini dapat dilihat dari masih banyaknya bagian dari kawasan perkotaan yang belum dilayani oleh angkutan umum dan rasio antara panjang jalan diperkotaan rara-rata masih dibawah 70 . Rasio tersebut bahkan ada yang di bawah 15 , terutama di Kota metropolitan, kota sedang atau menengah Universitas Sumatera Utara 33 c. Biaya tinggi, ini terjadi akibat rendahnya aksesibilitas dan kurang baiknya jaringan pelayanan angkutan umum yang mengakibatkan masyarakat harus melakukan beberapakali pindah angkutan dari titik asal sampai tujuan, Belum adanya keterpaduan sistem ticket dan kurangnya keterpautan moda.

2.7 Atribut Pelayanan Sistem Transportasi