Karya Ilmiah

3. Karya Ilmiah

Meskipun fokus perhatian al-Habasyi adalah berdakwah dan mengajarkan ilmu- ilmu agama yang pokok (ilm al-dîn al-darûri) kepada masyarakat, tetapi ia juga tergolong ulama yang produktif melahirkan karya tulis. Karya tulis al-Habasyi pada umumnya berupa buku tentang aqidah dan tahdzîr (peringatan terhadap pemikiran- pemikiran yang menyimpang). Meskipun ia juga menulis buku-buku tentang disiplin ilmu agama yang lain seperti fikih, ilmu al-Qur'an, ilmu hadits, dan ilmu bahasa. Seluruh karya tulis al-Habasyi dicetak di percetakan Dar al-Masyari', Bairut.

Karya tulis al-Habasyi dalam bidang aqidah, antara lain:

1) Al-Sirât al-Mustqîm, kitab setebal satu jilid dengan 128 halaman ini merupakan penjelasan aqidah Ahl al-sunnah mengikuti rumusan Abû al-Hasan al- Asy’âri. Dalam kitab ini, penulis menjelaskan tentang makna dan maksud dua kalimah syahadat, prinsip-prinsip dasar ma'rifat Allah dan ma'rifat al-Rusul, dalil kebolehan tawassul, tabarruk, ziarah kubur, istighasah, dan dilanjutkan dengan pengertian bid'ah dan pembagiannya menjadi bid'ah hasanah dan dalâlah. Demikian pentingnya kitab ini, sehingga penulisnya merasa perlu untuk menulis kitab syarah (penjelasan)-nya, dengan judul al-Syarh al-Qawîm fî Halli Alfâz al-Sirât al-Mustaqîm dalam satu jilid dengan 486 halaman. Kitab tersebut juga ditulis dalam bentuk tanya jawab dengan 233 tanya jawab dengan judul Maqâsid al-Tâlibîn fi Ajwibah matn al- Sirât al-Mustaqîm.

2) Al-Dalîl al-Qawîm 'Alâ al-Sirât al-Mustaqîm, kitab ini terdiri dari satu jilid setebal 231 halaman. Meskipun kitab ini merupakan karya awal al-Habasyi tetapi kitab ini masih berupa tulisan tangan dan belum pernah diterbitkan. Tidak diketahui kenapa kitab tersebut belum diterbitkan, tetapi kemungkinan karena faktor kondisi politik Lebanon yang selalu memanas. Sebab selain berbicara tentang aqidah, penulis juga membahas persoalan-persoalan ekonomi, politik serta sejarah.

3) Izhâr al-'Aqîdah al-Sunniyyah bi Syarh al-'Aqîdah al-Tahâwiyyah, kitab dalam satu jilid dengan tebal 372 halaman. Kitab ini ditulis untuk menjelaskan terhadap matan al-‘Aqidah al-Tahâwiyyah yang ditulis oleh salah seorang ulama salaf al-Imâm Abu Ja’far al-Tahâwi (w.321 H) dalam penjelasan aqidah Ahl al- sunnah . Selain kitab ini, al-Habasyi juga menulis hallu alfaz (penjelasan singkat kalimat) matn Tahawiyah berjudul al-Durrah al-Bahiyyah fî Halli Alfâz al-‘Aqîdah al-Tahâwiyyah . 

4) Al-Matâlib al-Wafiyyah bi Syarh al-'Aqîdah al-Nasafiyyah, kitab dengan satu jilid setebal 176 halaman. Kitab ini merupakan kitab syarh (penjelas) terhadap matn al-‘Aqidah al-Nasafiyyah yang ditulis oleh ‘Umar ibn Ahmad ibn Luqman al-Nasafi al-Hanafi (w.537H), dalam penjelasan aqidah Ahl al-sunnah rumusan Abû al-Hasan al-Asy’ari.

5) Syarh al-Sifat al-Tsalâts 'Asyarata al-Wâjibah li Allâh, sebuah kitab dalam 58 halaman, menjelaskan 13 sifat Allah yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Dalam uraiannya al-Habasyi menjelaskan masing-masing sifat disertai dengan dalil naqli (al- Qur'an dan hadits) dan aqli (rasio).

6) Al-'Aqîdah al-Munjiyah, kitab ini merupakan risalah ringkas tentang aqidah Ahl al-sunnah yang didiktekan dalam satu majelis.

7) Qasîdah fî al-I'tiqâd, kitab ini merupakan sedereten bait syair yang menjelaskan tentang pokok-pokok aqidah Ahl al-sunnah, terdiri dari 60 bait. Sedangkan karya al-Habasyi yang ditulis dalam bentuk tahdzîr (peringatan) terhadap kelompok atau orang yang dianggap menyesatkan umat adalah:

1) Sarîh al-Bayân fî al-Radd 'alâ Man Khâlafa al-Qur'ân, sudah diterbitkan dalam dua jilid, setiap jilid sekitar 300 halaman. Dalam kitab ini, penulis berusaha meluruskan beberapa permasalahan, baik dalam bidang aqidah maupun fikih yang menurutnya lahir dari pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur'an yang tidak tepat, seperti masalah bid'ah, batas aurat perempuan, zakat uang, kebolehan tawassul, tabarruk , ziarah kubur dan lainnya.

2) Al-Maqâlât al-Sunniyyah fî Kasyfi Dalâlât Ibnu Taimiyyah, kitab yang sangat konprehensif dalam menyingkap pemikiran kontroversi Ibn Taimiyah. Kitab yang cukup tebal, dalam 528 halaman. Cetakan terakhir, ke lima, (1423 H/2002 M) dilengkapi kata pengantar dari para ulama terkemuka, seperti Kamâl al-Dîn Ju’ayyit; mufti negara Tunisia, Muhammad Akhtâr Ridâ al-Qâdiri al-Azhari; mufti negara India. Termasuk juga beberapa ulama Indonesia, di antaranya; Habib al-Musâwâ (Surabaya) dan Muhâjirin Amsâr al-Dari (Mudîr P.P al-Nidâ’ al-Islâmi Bekasi); salah seorang murid Yâsîn al-Fâdâni. Bahasan yang diangkat al-Habasyi dalam kitab tersebut merupakan bantahan terhadap pendapat Ibn Taimiyah. Di antaranya, pendapat Ibn Taimiyah bahwa alam itu azali; tidak memiliki permulaan, Allâh memiliki bentuk (jism), sifat kalâm Allâh berupa huruf, suara dan bahasa, bahwa Allâh bergerak, turun dan naik, Allâh memiliki tempat dan arah, bahwa Allâh duduk, bahwa neraka akan punah; hingga adzab dari orang-orang kafir akan terputus, bahwa tawassul dengan para Nabi, para wali dan orang-orang saleh adalah perbuatan haram, bahwa ziarah kemakam Rasulullah adalah perjalanan maksiat, dan beberapa pendapat Ibn Taimiyah lainnya.

3) Al-Tahdzîr al-Syar’i al-Wâjib, kitab dalam 208 halaman ini berisi peringatan al-Habasyi terhadap umat Islam, agar waspada terhadap beberapa orang, kitab dan perkataan yang telah menyebar dalam kalangan umat Islam yang notabene kontradiktif dengan ajaran Islam. Dalam kitab ini terlihat keberanian penulisnya dalam menyampaikan sesuatu yang menurutnya merupakan kebenaran, meskipun dalam masalah-masalah yang tidak populer bagi dirinya.

4) Al-Ghârah al-Imâniyyah fî Radd Mafâsid al-Tahrîriyah, sebuah risalah yang ditulis al-Habasyi sebagai bantahan terhadap gerakan Hizb al-Tahrîr dalam beberapa masalah pokok usûliyyah (‘aqidah) maupun furû’iyyah (fiqh). Gerakan Hizb al-Tahrîr ini dipelopori oleh Taqi al-Dîn al-Nabhâni; seorang berkebangsaan Palestina (lahir 1327 H/1909 M). Isu sentral yang diangkat adalah pendirian khilâfah al-Islâmiyyah.

5) Al-Dalîl al-Syar’i ‘Alâ Itsbât ‘Isyân Man Qâtalahum ‘Ali Min Sahâbiy Aw Tâbi’iy, kitab dalam 136 halaman ini merupakan bantahan terhadap sebagian umat Islam yang menganggap bahwa dalam kasus peperangan antara Ali dan Mu'awiyah (perang Siffin) tidak boleh dikatakan bahwa Mu'awiyah bersalah, dengan alasan ia melakukan ijtihâd. Menurut al-Habasyi, Mu'awiyah dan para pengikutnya telah melakukan dosa besar, karena telah memberontak terhadap pemerintahan yang sah,

berdasarkan hadits tentang 'Ammar bin Yasir. 20 Setelah adanya nas yang sarîh, maka menurutnya tidak diperkenankan lagi adanya ijtihâd dari siapapun termasuk

Mu'awiyah. Dalam bidang fikih, mayoritas karya al-Habasyi berupa buku syarh (penjelas) dan masih berupa tulisan tangan, belum diterbitkan. Sebab fokus al-Habasyi adalah menyebarkan ilmu yang paling dibutuhkan oleh umat Islam dan banyak dilupakan oleh mereka (ilm al-dîn al-darûri) yang terdiri dari pokok-pokok ilmu aqidah dan pokok-pokok ilmu fikih. Buku-buku tersebut antara lain:

1) Mukhtasar 'Abd Allâh al-Harari al-Kâfil bi 'Ilm al-Dîn al-Darûri, kitab standar dalam ilmu pokok-pokok agama yang wajib diketahui (‘ilm al-dîn al-darûri). Kitab ini merupakan kitab ringkasan dari kitab Sullam al-Taufîq Ila Mahabbat Allâh ‘alâ al-Tahqiq; karya ‘Abd Allâh ibn al-Husain ibn Tâhir al-Hadrami, salah seorang ahli fiqih Hadramaut. Penguasaan al-Habasyi terhadap fikih empat madzhab dapat dilihat dalam buku ini, karena kitab tersebut ditulis dalam tiga madzhab; Syâfi’i, Hanafi dan Mâliki. Kitab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu aqidah, fikih yang meliputi ibadah dan mu'amalah dan ma'asi (keterangan tentang dosa-dosa hati dan anggota

20 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, kitâb al-Salâh, bab al-Ta'awun fi bina` al- Masâjid , (al-maktabah al-syamilah, vol.2), juz 1, h.172 20 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Sahîh al-Bukhâri, kitâb al-Salâh, bab al-Ta'awun fi bina` al- Masâjid , (al-maktabah al-syamilah, vol.2), juz 1, h.172

2) Syarh Alfiyah al-Zubad, sebuah kitab penjelasan terhadap sebuah kitab yang dinilai paling bagus dalam madzhab Syafi'I berjudul Alfiyah al-Zubad karya Ahmad ibn Husain ibn Hasan bin Ruslan (w.844 H), terdiri dari seribu bait syair.

3) Syarh Matn Abî Syujâ', sebuah kitab penjelasan terhadap sebuah kitab dalam madzhab Syafi'I berjudul al-Ghâyah wa al-Taqrîb yang terkenal dengan sebutan matn Abu Syuja' karya al-Qadi Shihab al-Din Ahmad ibn al-Husaini Ibn Ahmad Abu Syuja' al-Asfahani (w.593 H), salah seorang ahli fikih bermadzhab Syafi'I.

4) Syarh Mutammimah al-Jurûmiyyah, sebuah kitab penjelasan terhadap sebuah kitab nahwu karya Muhammad bin Muhammad bin Abd al-Rahman Husain yang terkenal dengan al-Hitâb al-Ra'îni al-Mâliki (w.954 H). Kitab mutammimah merupakan penjelasan terhadap kitab nahwu yang sangat terkenal dalam dunia Islam yaitu al-Ajurumiyah.

5) Syarh al-Tanbîh, sebuah kitab penjelasan terhadap kitab al-Tanbih karya Imâm al-Syairâzi al-Syâfi'I (w.476 H).

6) Syarh Minhâj al-Tullâb, sebuah kitab penjelasan terhadap sebuah kitab yang sangat masyhur dalam kalangan madzhab Syafi'I berjudul Minhâj al-Tullâb karangan Zakariyâ al-Ansâri al-Syafi'I (w.952 H).

7) Syarh Kitâb Sullam al-Taufîq ilâ Mahabbah Allâh 'alâ al-Tahqîq, sebuah kitab penjelasan terhadap sebuah kitab karya 'Abd Allâh ibn Tahir ibn Husain Ba 'Alawi seorang ulama bermadzhab Syafi'I berasal dari Hadramaut Yaman. Kitab tersebut berjudul Sullam al-Taufîq Ilâ Mahabbah Allâh 'Alâ al-Tahqîq, memuat tiga pilar keilmuan Islam, aqidah, fikih dan akhlak atau tasawuf. Sebagaimana dijelaskan di atas, kitab ini juga telah diringkas oleh al-Habasyi dalam 3 madzhab (Syafi'I, Hanafi, Maliki).

Adapun kepakaran al-Habasyi dalam bidang hadits dapat dilihat dalam beberapa karya tulisnya, antara lain:

1) Syarh al-Baiqûniyyah fî al-Mustalah, kitab ini belum diterbitkan, masih berupa tulisan tangan. Namun kitab ini telah diajarkan secara lisan kepada para muridnya. Kitab ini adalah penjelasan terhadap kitab berbentuk syair dalam ilmu hadits "matn al-Baiquniyah" karya Umar bin Muhammad al-Baiquni yang menjadi kitab terpenting dalam bidang hadits, terbukti dengan banyaknya syarah (penjelasan) terhadap kitab tersebut dan diajarkan hampir di semua pondok pesantren di Indonesia, serta menjadi buku standar bagi para pemula dalam mempelajari mustalah al-hadits.

2) Al-Ta'aqub al-Hatsîts 'Alâ Man Ta'ana fî Mâ Sahha min al-Hadits, kitab dengan tebal 95 halaman, berisikan bantahan terhadap Nâsir al-Dîn al-Albâni yang megklaim kualitas maudû’ terhadap hadits subhah. Kitab ini cukup komprehensif hingga mendapatkan pujian dari salah seorang muhaddits daratan Maroko (muhaddits al- Diyâr al-Maghribiyah) ; ‘Abd Allâh ibn al-Siddîq al-Ghumâri dalam karyanya Itqan al-Sun’ah Fi Tahqîq Ma’nâ al-Bid’ah. Al-Ghumâri mengatakan: “Kitab ini (al-

Ta'aqub al-Hatsits) 21 merupakan bantahan yang baik dan tepat”. Kitab ini diberi pengantar oleh beberapa ulama, antara lain; Kamâl al-Dîn Ju’ayyit; mufti Tunisia,

juga pengantar ulama Indonesia; Ibrâhim Husain (mantan ketua Majelis Ulama Indonesia) dan Syâfi’i Hadzâmi (mantan ketua Majelis Ulama Indonesia Propinsi DKI Jakarta dan mudir Pondok Pesantren al-‘Asyirah al-Syâfi’iyyah Jakarta). Kitab ini kemudian dibantah oleh al-Albani dan dibantah kembali oleh al-Habasyi dengan sebuah kitab berjudul Nusrah al-Ta'aqub al-Hatsîts 'Alâ Man Ta'ana fî Mâ Sahha min al-Hadits. Kitab kedua ini dengan tebal 131 halaman.

3) Syarh Alfiyah al-Suyûti, sebuah kitab yang menjelaskan kitab mustalah hadits karya Jalal al-Din al-Suyûti (w.991 H), berbetuk syair dengan seribu bait syair.

4) Asânid al-Kutub al-Sittah, sebuah kitab berisikan sanad penulisnya (al-Habasyi) yang berujung pada kitab-kitab hadits yang dikenal dengan al-kutub al-sittah (Sahîh

21 ‘Abd Allâh ibn Muhammad al-Siddîq al-Ghumâri , Itqân al-Sun’ah (Bairut: ‘Âlam al-Kutub, 1406 H-1986 M) h. 46 21 ‘Abd Allâh ibn Muhammad al-Siddîq al-Ghumâri , Itqân al-Sun’ah (Bairut: ‘Âlam al-Kutub, 1406 H-1986 M) h. 46

Dalam bidang maulid Nabi, al-Habasyi menulis sebuah buku berjudul al- Rawâ’ih al-Zâkiyyah fî Maulid Khair al-Bariyyah . Kitab dengan tebal 72 halaman, mengkisahkan tentang sejarah kelahiran dan perjuangan Nabi Muhammad. Kitab ini juga memberi peringatan terhadap umat Islam, terhadap beberapa kitab maulid yang berlebih-lebihan (ghuluw) dalam mensifati Nabi, seperti keyakinan bahwa Nabi tercipta dari cahaya dan bahwa ia adalah makhluk yang pertama kali diciptakan, bahwa Nabi mengetahui segala yang gaib.

Dalam bidang tajwid, al-Habasyi menulis sebuah buku berjudul al-Durr al- Nadîd fî Ahkâm al-Tajwîd, sebuah kitab tuntunan ilmu Tajwîd (qirâ’ah), dalam 55 halaman, menjelaskan tentang hukum-hukum tajwid, sifat-sifat huruf serta makhârij al-hurûf .