Kelahiran Dan Rihlah Ilmiah

1. Kelahiran Dan Rihlah Ilmiah

Nama lengkapnya adalah Abû 'Abd al-Rahmân 'Abd Allâh Ibn Yûsuf Ibn ‘Abd

2 3 4 Allâh Ibn Jâmi' al-Harari 5 al-Habasyi al-Syaibi al-'Abdari. Ia dilahirkan di kota Harar Somalia, pada tahun 1328 H. bertepatan dengan tahun 1910 M.

1 Secara panjang lebar biografi al-Habasyi bisa di baca di www. Al Habashi.info, http://ar.wikipedia.org, www.ahlussunnah.org, www. madeena.org 2 Al-Harari dinisbatkan kepada daerah bernama Harar; terletak di daerah pedalaman Afrika.

Sebelah timur berbatasan dengan negara Somalia, sebelah barat dengan Habasyah, sebelah selatan dengan Kenya dan sebelah timur laut dengan Negara Jibouti. Setelah dijajah, Somalia terbagi menjadi lima bagian. Daerah Somalia barat, yang di kenal dengan Harar masuk ke wilayah Habasyah. Kota Harar di wilayah Habasyah ini merupakan salah satu pusat perdagangan. Disamping dikenal dengan kota ulama yang memiliki peran penting dalam penyebaran dakwah Islam bagi daerah Habasyah secara keseluruhan. Harar tumbuh menjadi sebuah kota di sekitar abad tujuh masehi. Ketika tampuk kekuasaan dipegang oleh Nûr al-Dîn ibn Mujâhid, disekitar tahun 1550 M. Kota ini dikenal dengan sebutan al-Madinah al-Mahrûsah. Harar, terbagi kepada lima daerah, saat itu dibangun dengan tembok pagar yang mengelilinginya dengan lima pintu masuk. Nama nama pintu tersebut; Bâb Zaila’; pintu yang mengarah ke kiblat, Bâb al-Rahmah, Bâb al-Salâm, Bâb al-Hâkim dan Bâb al-Qasr . Lihat Majalah Manâr al-Hudâ, Edisi 12 Rabî’ al-Awwal 1414/1993, cet. Jam’iyah al-Masyârî’ al-Khairiyah al-Islâmiyah, Bairût, Libanon. h. 46-47 3

Dinisbatkan kepada Habasyah. Sekarang dikenal dengan Etopia, negara yang paling pertama dimasuki dakwah Islam sebelum negara-negara lainnya di seluruh daratan benua Afrika. Bahkan Islam telah masuk ke daerah Habasyah ini sebelum masuk kota Madinah; yang notabene jazirah arab sendiri. Yaitu dimulai saat hijrahnya beberapa sahabat Rasulullah ke negara tersebut. Seperti Mush’ab ibn ‘Umair, Ibn Ummi Maktûm, Ja’far ibn Abî Tâlib dan lainnya. Al-Najâsyi, raja Habasyah saat itu masuk Islam, lewat surat yang ditulis Rasulullah yang dibawa oleh para sahabat yang hijrah tersebut.

Seperti kebiasaan para ulama salaf, al-Habasyi menganggap bahwa metode talaqqi (belajar secara langsung pada para ulama) adalah satu-satunya cara yang terbaik untuk mendapatkan ilmu agama, sehingga meski dengan bersusah payah ia mengadakan perjalanan yang tidak sebentar demi tujuan tersebut. Petualangan al- Habasyi dalam menuntut ilmu, dimulai dengan bimbingan sang ayah, darinya ia

mempelajari kitab al-Muqaddimah al-Hadramiah dan Mukhtasar al-Saghîr 6  Pada umur 7 tahun, al-Habasyi sudah dapat menghafal al-Qur'ân dengan bacaan tartîl dan

baik. Setelah itu, ia memperdalam berbagai disiplin ilmu agama dengan

Dakwah Islam ketika datang ke wilayah H abasyah ini, yang pertama kali dimasuki adalah daerah Harar. Maka tidak mengherankan bila wilayah Harar di kemudian hari menjadi pusat dakwah Islam dan pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam itu sendiri. Majalah Manâr al-Hudâ, Edisi. 11 Rabî’ al- Awwal 1414/1993, h. 20. Lihat pula: Abû al-Fidâ’ ‘Isma’îl Ibn Katsir, al- Sîrah al-Nabawiyyah, tahqîq Musthafâ ‘Abd al-Wâhid (Bairût: Dâr al-Fikr, 1410 H-1990 M) juz 2, h.41-43

4 Al-Syaibi dinisbatkan kepada Banî Syaibah; ialah keturunan 'Abd al-Dâr, salah satu kabilah Quraisy. ‘Abd al-Dâr memiliki dua anak; ‘Utsmân dan ‘Abd Manâf. Dari ‘Utsmân inilah Bani Syaibah

turun temurun. Mereka adalah para pemegang kunci pintu ka'bah. Ayah ‘Abd al-Dâr; Qushay, membeli kunci-kunci ka'bah dari Abî Ghibsyan Al-Khuza'i, kemudian memberikan kunci-kunci tersebut kepada ‘Abd al-Dâr. Di kemudian hari kunci tersebut berada di tangan sahabat ‘Utsmân ibn Talhah ibn Abî Talhah ibn ‘Abd al-‘Uzza ibn ‘Utsmân ibn ‘Abd al-Dâr. Dari tangan sahabat ini, ketika Fath Makkah , Rasulullah mengambil kunci-kunci tersebut, lalu memberikan kembali dengan amanat kepada keturunan-keturunannya untuk memegang kunci-kunci ka'bah tersebut hingga kiamat. Lihat Kamâl al-Hût, Jâmi’ al-Durar al-Bahiyyah Li Ansâb al-Qurasyiyyîn Fi al-Bilâd al-Syâmiyyah (Bairût: Dâr Masyârî’: 1424 H/2004 M) cet. 1, h. 32

5 Banî 'Abd al-Dâr adalah anak dari Qusay; Ibn Kilab, kakek Rasulullah yang keempat. Banî ‘Abd al-Dâr termasuk salah satu suku Quraisy. Quraisy sendiri adalah satu kabilah besar yang berasal

dari keturunan Kinânah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyâs ibn Mudlar ibn Nizâr ibn Ma’ad ibn ‘Adnân. Quraisy ini adalah Fihr ibn Mâlik ibn al-Nadr ibn Kinânah. Menurut satu pendapat para ahli nasab, kepada Fihr inilah seluruh suku Quraisy dinisbatkan. Pendapat kedua mengatakan, bahwa suku Quraisy dinisbatkan kepada al-Nadr ibn Kinanah. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa yang berasal dari keturunan Fihr disebut dengan “Quraisyi”, dan yang berasal dari keturunan al-Nadr disebut dengan “Kinâni”. Para ulama nasab menyatakan bahwa Quraisy memiliki delapan suku keturunan. Kedelapan keturunan tersebut adalah (1) Banî ‘Abd Manâf ibn Qusai ibn Kilâb ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Luay ibn Ghâlib ibn Fihr ibn Mâlik ibn al-Nadr (2) Banî ‘Abd al-Dâr ibn Qusay (3) Banî Taim ibn Murrah (4) Banî Makhzûm ibn Yaqzhah ibn Murrah (5) Banî ‘Adi ibn Ka’ab (6) Banî Jumah ibn ‘Amr ibn Husaish ibn Ka’ab (7) Banî Sahm ibn ‘Amr ibn Hushaish ibn Ka’ab (8) Banî Zuhrah ibn Kilâb. Lihat: Kamâl al-Hût, Jâmi’ al-Durar al-Bahiyyah Li Ansâb al-Qurasyiyyîn Fi al-Bilâd al-Syâmiyyah. Cet. I, h. 31-33 6

Al-Muqaddimah al-Hadramiyyah dikenal juga dengan al-Mukhtasar al-Kabîr. Kedua kitab ini; al-Mukhtasar al-Kabîr dan al-Mukhtasar al-Saghîr karya ‘Abdullâh ibn ‘Abd al-Rahmân Bâ Fadal al- Hadrami al-Syâfi’i. Di antara syarahnya; karya Syihâb al-Dîn ibn Hajar al-Haitami al-Makki berjudul Is’âf al-Abrâr yang diberi hâsyiah oleh Sulaimân al-Kurdi al-Madani dengan judul al-Mawâhib al- Madaniyyah ‘Alâ Syarh al-Muqaddimah al-Hadramiyyah . Lihat: Hâjî Khalîfah, Kasyf al-Zhunûn 'an Usama al-Kutub, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t), juz 4, h. 362 Al-Muqaddimah al-Hadramiyyah dikenal juga dengan al-Mukhtasar al-Kabîr. Kedua kitab ini; al-Mukhtasar al-Kabîr dan al-Mukhtasar al-Saghîr karya ‘Abdullâh ibn ‘Abd al-Rahmân Bâ Fadal al- Hadrami al-Syâfi’i. Di antara syarahnya; karya Syihâb al-Dîn ibn Hajar al-Haitami al-Makki berjudul Is’âf al-Abrâr yang diberi hâsyiah oleh Sulaimân al-Kurdi al-Madani dengan judul al-Mawâhib al- Madaniyyah ‘Alâ Syarh al-Muqaddimah al-Hadramiyyah . Lihat: Hâjî Khalîfah, Kasyf al-Zhunûn 'an Usama al-Kutub, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t), juz 4, h. 362

Kutub al-Sittah 7 , baik matan maupun sanad-sanad-nya. Berkat prestasinya ini, dalam usianya yang kurang dari 18 tahun, al-Habasyi sudah mendapat ijâzah (izin) untuk

memberikan fatwa dan meriwayatkan hadits. 8 Para ulama Habasyah yang tercatat pernah menjadi guru al-Habasyi adalah Abû

Bakr Muhammad Sirâj al-Jabarti; mufti Habasyah, 'Abd al-Rahmân ‘Abd Allâh al- Habasyi, Muhammad al-Bâqir ibn Muhammad ibn ‘Abd al-Kabîr al-Kittâni al-Idrîsi al-Hasani. 9 Dari mereka, ia belajar dan mendapatkan ijâzah hadits dan mustalah-nya.

Sedangkan fiqh madzhab Syâfi'i dan usûl-nya serta perbedaan pendapat (khilâfiyât) yang ada dalam mazhab tersebut, ia pelajari dari ulama Habasyah lainnya, yaitu

Muhammad 10 'Abd al-Salâm al-Harari, Muhammad 'Umar Jâmi' al-Harari, Muhammad Rasyâd al-Habasyi, Ibrâhîm Abû al-Ghauts al-Harari, Yûnus al-Habasyi,

dan Abû Bakr Muhammad Sirâj al-Jabarti. 11 Di antara kitab-kitab induk yang ia

7 Al-Kutub al-Sittah adalah kitab-kitab hadits yang ditulis oleh enam orang imam terkemuka dalam bidang hadits. Enam kitab tersebut adalah karya al-Bukhâri, Muslim, Abu Dâwud, al-Tirmidzi,

al-Nasâ’i dan Ibn Mâjah. Para ulama menganggap enam kitab ini sebagai kitab-kitab standar dalam hadits. Posisi ke enam, menurut mayoritas ahli hadits adalah Ibn Mâjah, hanya saja menurut al-‘Alâ’i seharusnya al-Dârimi. Ulama al- Mutaqaddimûn menghitung kitab standar hanya lima. Yang pertama kali memasukan Ibn Mâjah dengan Sunan-nya dalam jajaran kitab-kitab standar adalah Abû al-Fadl Muhammad ibn Tâhir ibn ‘Ali ibn Ahmad al-Maqdisi. Di kalangan ulama hadits dikenal pula al-Kutub al-Sab’ah ; ialah enam orang di atas dengan ditambah satu orang pada posisi ke tujuh. Hanya saja posisi ke tujuh ini diperselisihkan, satu pendapat; Ahmad ibn Hanbal dengan Musnad-nya (pendapat ini dipilih Ibn Hajar al-‘Asqalâni), pendapat lain mengatakan; Mâlik ibn Anas dengan Muwata’-nya. Lihat: Diyâ’ al-Akram al-‘Umari, Buhûts Fi Târikh al-Sunnah al-Musyarrafah (al-Madinah al- Munawwarah: Maktabah al-‘Ulûm Wa al-Hikam, 1984 M) cet 4, h. 124

8 www.al Habashi.info 9 Dari Muhammad Bâqir ini, al-Habasyi mengambil sanad ‘ali dalam riwayat kitab Muwata’

karya Imam Mâlik, yang berasal dari jalur Yahyâ ibn Yahyâ al-Laitsi al- Andalusi. Muhammad Bâqir mengambil riwayat dari kakeknya; ‘Abd al-Kabîr dan Habîb al-Rahmân al-Hindi, yang keduanya mengambil riwayat dari ‘Abd al-Ghani al-Dahlawi. Lihat: al-Habasyi, Asânîd al-Kutub al-Sittah fi al- Hadits al-Syarif, (Bairut: Dar al-Masyari', 2001 M),h. 25-28

‘Abd al-Salâm adalah di antara guru besar al-Habasyi. Ia adalah salah seorang sufi besar yang dikenal dengan kewaliannya di wilayah Habasyah. Perjalanan ilmiyah al-Habasyi secara garis besar dipengaruhi bimbingannya. Dalam banyak majelis maw’izah dan nasihat, sering kali al-Habasyi menyampaikan atau mengutip pernyataan-pernyataan ‘Abd al-Salâm. www. Al Habashi.info

11 Muhammad Sirâj ibn Muhammad Sa’îd al-Aniyy al-Jabarti; adalah mufti negara Habasyah pada masanya. Salah seorang guru terbesar al-Habasyi dalam disiplin hadits dan ilmu-ilmunya. Lewat

gurunya ini al-Habasyi memiliki sanad ‘aly, di antaranya dalam sanad Sunan al-Tirmidzi, dimana al- gurunya ini al-Habasyi memiliki sanad ‘aly, di antaranya dalam sanad Sunan al-Tirmidzi, dimana al-

Hanbali, ia pelajari dari Muhammad al-‘Arabi al-Fâsî, 12 dan ‘Abd al-Rahmân ‘Abd Allâh al-Habasyi. 13

Ulama Habasyah lainnya yang juga menjadi gurunya adalah Ahmad al-Basîr, dan Ahmad Ibn Muhammad al-Habasyi serta Syarîf al-Habasyi. Dari dua ulama yang pertama, secara khusus al-Habasyi mempelajari bahasa Arab serta gramatikanya. Sedangkan dari ulama ketiga, ia belajar ilmu al-Qur'an dan tafsîr. Sementara ilmu Qira `at, ia peroleh dari Ahmad ibn ‘Abd al-Mutalib al-Jabarti al-Habasyi (Imam dan pimpinan Masyâyîkh Masjid al-Harâm pada masa sultan ‘Abd al-Hamîd II), dan dari ulama Damaskus, Siria Dâwûd al-Jabarti, dan al-Muqri' Mahmûd Fâyiz al-Dir'atâni. Sehingga al-Habasyi dapat menguasai empat belas macam qirâ'at.

Selanjutnya al-Habasyi melakukan rihlah ilmiah ke sejumlah kota, antara lain Makkah, Madinah, Bait al-Maqdis, Damaskus, Bairût, Himsh, Hamah, Halab dan kota-kota lainnya. Di Mekkah, al-Habasyi berkenalan dengan para ulamanya, seperti

'Alawi ibn ‘Abbâs al-Mâliki, 14 Amîn al-Kutbi dan Muhammad Yâsîn ibn ‘Îsâ al- Fâdâni. 15 Ia juga menghadiri majlis Muhammad al-'Arabi al-Tabbân, serta bertemu

Jabarti mengambil sanad secara ‘aly pula dari ‘Umar ibn Abî Bakr Ba Junaid al-Hadrami, seorang pengajar terkemuka di al-Masjid al-Harâm pada masanya. Lewat jalur al-Jabarti ini pula, al-Habasyi mendapat sanad ‘aly dalam seluruh karya al-Tirmidzi, seperti Kitab al-Syamâ’il al-Muhammadiyyah, Kitab al-‘Ilal dan lainnya.

12 Muhammad al-‘Arabi al-Fâsî adalah salah seorang ahli fiqih (faqîh) terkemuka dalam empat  www. Al Habashi.info madzhab. Ia adalah di antara sedikit ulama yang menguasai khilâfiyah dalam masalah furu’ empat

madzhab. www. Al Habashi.info 13 Dari ‘Abd al-Rahmân ‘Abd Allâh ini al-Habasyi mengambil riwayat Sunan al-Nasâ’i dengan

sanad yang ‘aly, di mana ‘Abd al-Rahmân mengambilnya dari Habib Allâh al-Syanqîti al-Mâliki, seorang pengajar terkemuka di al-Masjid al-Harâm yang kemudian hingga akhir hayatnya menetap di Cairo. Dengan jalur sanad ini pula al-Habasyi meriwayatkan seluruh karya al-Nasâ’i, seperti Kitab ‘Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Kitâb Khashâ’ish ‘Ali, Kitâb Musnad Mâlik, Kitâb al- Tafsîr dan lainnya. www. Al Habashi.info 14

‘Alawi ibn ‘Abbâs al-Mâliki adalah ayah dari al-Sayyid Muhammad (Ibn ‘Alawi). ‘Alawi pada masanya adalah salah seorang ulama besar di wilayah Hijâz. Ia termasuk ulama yang produktif, menghasilkan cukup banyak karya. www. Al Habashi.info

15 Muhammad Yâsîn ibn ‘Îsa al-Fâdâni al-Makki, adalah seorang ahl al-Hadîts Wa al- Isnâd di Dâr al-‘Ulum Mekah. Murid-muridnya tersebar di seluruh pelosok nusantara, juga negara-negara

tetangga, di samping mereka yang tersebar di wilayah timur tengah. Yasin berasal dari keturunan

'Abd al-Ghafûr al-Afghâni al-Naqsyabandi, seorang mursyid tarikat al- Naqsyabandiyyah terkemuka, berasal dari Afganistân dan menetap di Mekah. Darinya, al-Habasyi mengambil ijazah tarîkat al-Naqsyabandiyyah.

Di Madinah, ia belajar hadits dan mendapatkan ijâzah dari Muhammad Ibn ‘Ali al-Shiddîqi al-Bakri al-Hindi al-Hanafi. 16 Selama di sana ia sering berkunjung ke

perpustakaan 'Ârif Hikmat 17 dan perpustakaan al-Mahmûdiyah untuk mempelajari dan meneliti beberapa kitab yang masih berupa tulisan tangan (manuskrip) dari

sumber aslinya. Selama satu tahun berada di Madinah ia juga bertemu dengan Ibrâhim al- Khatny. 18

Selanjutnya al-Habasyi mengadakan perjalanan ke Bait al-Maqdis pada sekitar akhir tahun 1940 M. Dari sana ia menuju Damaskus dan mendapat sambutan yang

hangat dari penduduknya. 19 Sambutan baik yang mereka berikan kepada al-Habasyi, adalah karena manhaj dan ajaran al-Habasyi sama dengan manhaj dan ajaran ulama

mereka yang baru saja wafat, yaitu Badr al-Dîn al-Hasani (seorang muhaddits kenamaan di daratan Syâm). Dari Damaskus, al-Habasyi melanjutkan rihlah ilmiyah nya ke kota Bairût, Himsh, Hamah, Halab dan kota-kota lainnya. Sebelum kemudian menetap di masjid Jami' al-Qatat di daerah al-Qimariyah, Siria. Dari sini nama al- Habasyi mulai dikenal, banyak para ulama Syâm dan pelajar yang datang

Padang Sumatra Indonesia, menetap di Mekah, dan menjadi salah seorang ulama besar yang berpengaruh dalam dunia Islam. Ia adalah seorang yang cukup produktif dalam menulis. Di antara karya-karyanya al-Maslak al-Jaliy Fî Asânid al-Syaikh Muhammad ‘Aly (sebuah kitab rangkaian sanad atau tsabat beliau), al-Fawâ’id al- Janiyyah Fî Furu’ al-Fiqh al-Syâfi’i dan lainnya. www. Al Habashi.info

16 Muhammad ibn ‘Ali A’zam Husain al-Shiddîqi al-Bakri al-Khairabadi al- Madani al-Hanafi adalah seorang muhadits terkemuka pada masanya yang menetap di Madinah. Ia berasal dari

Khairabad India. Al-Habasyi mendapatkan sanad ‘aly darinya dalam riwayat Sâhih al-Bukhâri juga kitab hadits lainnya. Lewat sanad darinya al-Habasyi meriwayatkan seluruh karya al-Bukhâri, seperti al-Adab al-Mufrad, Khalqu Af’âl al- ‘Ibâd, al-Târîkh al-Kabîr, al-Târîkh al-Saghîr dan al-Qirâ’ah Khlaf al-Imâm.

17 Perpustakaan Arif Hikmat adalh sebuah perpustakaan umum. Nama perpustakaan ini dinisbatkan kepada pemiliknya, salah seorang ulama besar di masanya; yaitu al-‘Allâmah ‘Ârif Hikmat

Bek, wafat 1257 H. Lihat: Hâjî Khalîfah, Kasyf al-Zhanûn, juz 6, h.342 18 Al-Muhaddits Ibrâhîm al-Khatny adalah salah seorang ulama hadits terkemuka di Madinah. Ia

dalah murid dari al-Muhaddits ‘Abd al-Qâdir Syalabi. www. Al Habashi.info 19 www. Al Habashi.info dalah murid dari al-Muhaddits ‘Abd al-Qâdir Syalabi. www. Al Habashi.info 19 www. Al Habashi.info

Dalam bidang tasawuf, al-Habasyi mendapatkan ijâzah tarîqat al-Rifâ'iyyah dari ‘Abd al-Rahmân al-Sabsabi al-Hamawi (seorang ulama besar dan berpengaruh dalam tarikat al-Rifâ’iyyah. Ia berasal dari Hamah Siria), dan Tâhir al-Kayâli al- Himsi. Sementara ijâzah tarîqat al-Qâdiriyyah, ia peroleh dari Ahmad al-'Arbaini (seorang sufi dan ulama berpengaruh dalam tarikat al-Qâdiriyyah) dan Tayyib al- Dimasqi salah seorang mursyid tariqat al-Qâdiriyyah di wilayah Damasqus Siria.