2.1.3 Kedudukan dan Status Baitul Mal wa Tamwil BMT
Sama halnya dengan lembaga-lembaga ekonomi lainnya, kedudukan dan status BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki badan hukum. Tiga
landasan pokok pendirian BMT Solehudin, 2004: 49 yakni: 1.
Filosofis Gagasan pendirian BMT didasarkan kepada kepentingan menjabarkan
prinsip-prinsip ekonomi Islam fiqh al-muamalah dalam praktek. Prinsip-prinsip ekonomi Islam sejenis tauhid, keadilan, persamaan,
kebebasan, tolong-menolong, dan toleransi menjadi kerangka filosofis bagi pendirian BMT di Indonesia. Selain itu, azas-azas muamalah seperti
kekeluargaan, gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta kepedulian terhadap golongan ekonomi lemah menjadi
dasar utama bagi kepentingan mendirikan BMT di Indonesia. 2.
Sosiologis Pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan kepada adanya tuntutan
dan dukungan dari umat Islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan syariah. Seperti diketahui, umat Islam merupakan mayoritas
penduduk Indonesia, tetapi belum ada lembaga keuangan berbasis syariah. Pada gilirannya, ide pembentukan BMT semakin mencuat ke
permukaan di awal tahun 1990-an Antonio, 2001: 25. 3.
Yuridis Pendirian BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan
pemerintah berdasarkan UU No. 7 1992 dan PP No. 72 1992 tentang
Universitas Sumatera Utara
Perbankan. Ketika bank-bank syariah banyak didirikan diberbagai wilayah, pada saat bersamaan BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti
kebijakan pemerintah tersebut. BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip
syariah Islam, keimanan, keterpaduan kaffah, kekeluargaan koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan
BMT menjadi organisasi yang sah dan legal. Sebagi lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi
landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat
juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil sosial dan bisnis. Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih
secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari
meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus professional.
2.1.4 Karakteristik Baitul Mal wa Tamwil BMT