2.3 Koperasi Syariah
Koperasi syariah adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerja sama dengan penuh
kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan dengan berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah sehingga sesuai
dengan syariat Islam. Sama halnya dengan BMT, koperasi syariah juga dalam perkembangannya memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi
untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam. Sebagaimana lembaga ekonomi lainnya, koperasi adalah salah satu bentuk
persekutuan yang melakukan kegiatan muamalah di bidang ekonomi. Dalam koperasi juga berlaku kaidah fiqh yang menyatakan bahwa pada asalnya segala
bentuk muamalah itu hukumnya boleh mubah sampai ada dalil yang mengharamkannya. Jadi koperasi boleh melakukan kegiatan apa saja di bidang
ekonomi sepanjang bukan kegiatan yang dilarang oleh syariah, seperti memproduksi dan memperdagangkan barang-barang terlarang, transaksi-
transaksi yang bersifat ribawi, spekulatif maysir, dan manipulatif gharar, atau memperoleh keuntungan secara tidak sah menurut syariah, seperti
perzinaan, penipuan, dan sebagainya Zainul Arifin, 2004: 45. Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan
rakyat kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan, kekeluargaan, dan kesejahteraan bersama. Dalam Islam, koperasi tergolong
Universitas Sumatera Utara
sebagai syirkahsyarikah. Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Maka tak
heran jika jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah telah ada sejak abad III Hijriyah di Timur tengah dan Asia Tengah. Bahkan, secara teoritis telah
dikemukakan oleh filosuf Islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mabsuth, sebagaimana ditulis oleh M. Nejatullah Siddiqi dalam Patnership and Profit
Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, diantaranya dengan Sai bin
Syarik di Madinah. Sebagian besar konsep dasar koperasi sudah sejalan dengan syariah Ani
Widyastuti, 2009. Tinggal sedikit penajaman dan modifikasi pada beberapa aspek, sehingga koperasi memiliki jiwa syariah secara sempurna. Penyesuaian
itu, misalnya, berupa landasan koperasi syariah yang harus sesuai Alquran dan Sunnah dengan dijiwai semangat saling menolong ta’aawun dan saling
menguatkan takaaful. Koperasi syariah semestinya menegakkan prinsip- prinsip Islam seperti:
1. Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat dimiliki siapa pun secara mutlak
2. Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih bersesuaian dengan syariah Islam
3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi 4. Menjunjung tinggi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan
pemusatan sumber daya ekonomi pada segelintir orang.
Universitas Sumatera Utara
Kalau dilihat dari keberadaan simpanan pokok, wajib, dan suka rela, pada dasarnya koperasi syariah dapat didirikan atas dasar prinsip syirkah
mufawadhah dan syirkatul inan. Syirkah mufawadhah adalah perkongsian antara dua orang atau lebih, dengan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
simpanan pokok dan wajib yang sama. Sedangkan simpanan suka rela tergantung pada masing-masing anggota. Bentuk lain adalah syirkatul inan,
yaitu perkongsian dua orang atau lebih dengan kontribusi dana dari masing- masing anggota kongsi bervariasi. Dana itu dikembangkan bersama-sama dan
pembagian keuntungannya berdasarkan kesepakatan bersama. BMT dan koperasi syariah adalah salah satu lembaga keuangan syaria h
mikro yang memiliki payung hukum yang sama. Selain itu, kedua lembaga tersebut juga memiliki peran dan fungsi yang sama dalam sistem keuangan
dan perekonomian dan membantu dalam perekonomian masyarakat. Perbedaan BMT dan koperasi syariah adalah dalam penghimpunan dananya BMT
mengambil dana dari masyarakat melalui dana tabungan. Sedangkan dalam koperasi syariah penghimpunan dana hanya diperbolehkan melalui sistem
perkoperasian yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal penyaluran pembiayaan, BMT dapat menyalurkan pembiayaan kepada siapa saja yang
termasuk ke dalam nasabahnya. Sedangkan koperasi syariah, hanya boleh menyalurkan pembiayaan kepada sesama anggota koperasi. Sejauh ini produk-
produk yang terdapat dalam BMT tidak jauh berbeda dengan yang telah ada di perbankan syariah, hanya saja masih berskala mikro.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat nasabah melakukan Qardhul Hasan di BMT
Waashil Medan yang beralamatkan di Jl. Gatot Subroto Km 4,5 Kelurahan Sei Sikambing Medan Sunggal.
3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: 1.
Data primer, di peroleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para nasabah Qardhul Hasan BMT Waashil Medan melalui daftar
pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan. 2.
Data sekunder, data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.3 Penentuan Populasi dan Sampel
Dalam penetapan sampel dikemukakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang maka sampel dapat diambil antara 10-15, 20-25” Arikunto, 1994:104,
karena besarnya populasi dalam penelitian ini diatas 300 yaitu 359 nasabah maka sampel yang akan diambil untuk dijadikan sebagai responden dalam
Universitas Sumatera Utara