3. karena manusia pandai berandai-andai, akibatnya adanya metafora, misal, mata
„alat untuk melihat‟, karena kesamaan makna maka muncul makna „sesuatu yang menjadi pusat, yang di tengah-tengah
atau yang mempunyai mata. d. Faktor pengaruh bahasa Asing misal, kata butir digunakan untuk
mengganti kata unsur atau dari bahasa Inggris item, dan butir bermakna „barang yang kecil-kecil‟ seperti beras dan intan.
18
Sedangkan Mansoer Pateda terajadinya polisemi sependapat dengan Fatimah Djaja Sudarma. Akan tetapi, Mansoer Pateda menambahkan dua fakror
lagi, yaitu; 1 pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata. Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai
ide dan perasaan yang terkandung di dalam hatinya, 2 faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun
perubahan makna. Stephen Ullman dalam bukunya yang berjudul „Pengantar Semantik’ mengemukakan bahwa polisemi merupakan unsur fundamental tutur
manusia yang dapat muncul dengan berbagai cara, Ada lima sumber polisemi yaitu; 1 pergeseran penggunaan, 2 spesialisasi dalam lingkungan sosial, 3
bahasa figurative kiasan, 4 homonym-homonim yang diinterprestasikan kembali, 4 pengaruh asing
2.3.3 Pengertian Homonimi
18
Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Pengantar Kearah Ilmu Makna, Bandung: Refika Aditama, 1999, hal 45-46.
Homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda. Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya
berbeda disebut homoigraf , sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon.
19
J. D. Parera mengemukakan homonimiadalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya dan atau sama ejaan atau tulisannya.
Dengan demikian, bentuk homonimi dapat dibedakan berdasarkan lafalnya dan berdasarkan tulisannya.
20
2.3.4 Sebab-Sebab Terjadinya Homonimi
Dibandingkan dengan polisemi, homonimi tidak begitu sering terjadi dan tidak begitu kompleks, walaupun efeknya mungkin lebih serius dan bahkan lebih
dramatis. Ada tiga cara homonimi terjadi, dan cara yang ketiga sangat penting sekali.
1 Konfergensi Fonetis Timbulnya homonimi yang paling umum adalah lewat konvergensi
fonetis. Karena pengaruh bunyi maka dua atau tiga kata yang semula berbeda bentuk, lalu menjadi sama bunyinya dalam bahasa lisan atau kadang-kadang
sampai ke tulisannya. Dalam bahasa Indonesia kata sah sering diucapakan syah, sehingga menimbulkan homonimi: syah „raja‟, syah „sudah menurut hukum; tidak
batal, sah‟. Ini berarti bahwa homonimi tidak akan muncul, kalau orang tidak
19
Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007, hal. 116
20
J. D. Parera, Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, 2004, hal. 81
menucapkan sah menjadi syah yang menyebabkan menyatunya dua bunyi menjadi satu
2 Divergensi Makna Perkembangan makna yang „menyebar‟ divergen juga bisa menimbulkan
homonimi. Jika dua buah makna atau lebih polisemi dari sebuah kata berkembang kearah yang berbeda, maka di sana tidak akan jelas lagi hubungan
antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak, dan polisemi berubah menjadi homonimi.
3 Pengaruh Asing Banyaknya kata asing yang masuk ke dalam suatu bahasa sangat mungkin
menimbulkan homonimi dalam bahasa inggis dan bahasa-bahasa lain. Dalam bahasa Indonesia sebuah kata asli kadang-
kadang „didampingi‟ oleh masuknya kata asing yang sebunyi, sehingga lahir homonimi, misalkan kata bang
„kakak‟ menjadi homonimi dari kata Belanda bank.
21
2.4 Perbedaan polisemi dan homonimi