d Mendatangkan, mengakibatkan menyebabkan; e Menarik atau melibatkan dalam urusan, perkara, dsb
menyangkut-nyangkut.
28
2.6 Komponen Makna
Dalam studi Antropologi, para antropolog berusaha melakukan satu analisis komponen kata-kata yang menyatakan nisbah keluarga. Wallace dan Atkins 1960
mendiskripsikan tiga komponen semantik tentang nisbah keluarga Amerika Serikat: seks, generasi, dan garis hubungan.
29
Komponen makna atau komponen semantik semantic feature, semantic property, atau semantic marker mengajarkan bahwa setiap unsur leksikal terdiri dari satu
atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur tersebut. Untuk menganalisis komponen makna, analisis kata yang memiliki sesuatu ciri
diberi tanda plus + dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus -. Konsep analisis ini lazim disebut analisis biner yang oleh para ahli kemudian diterapkan juga
untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: [+INSAN], [+DEWASA],
[+JANTAN], dan [+KAWIN]; dan ibu mengandung komponen makna; [+ INSAN], [+DEWASA], [-JANTAN], dan [+KAWIN].
Dalam hal pembeda makna, Pateda melihat bahwa perbedaan makna diakibatkan dari perubahan bentuk yang terbatas pada derivasi leksemnya, karena itu tiap makna
memiliki makna dasar. Pembeda makna akan terjadi karena perbedaan bentuk dan perubahan bentuk.
Perbedaan bentuk mengakibatkan perbedaan makna dan perubahan bentuk mengakibatkan hubungan makna. Contohnya, kata melihat dan melompat kedua kata ini
28
Stephen Ullman, Penghantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 202-204
29
J.D. Parera, Teori Semantik, h.158
memperlihatkan tidak ada hubungan makna. Untuk dapat menganalisis komponen makna seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata.
Misalnya kata melompat dan melompat-lompat mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika kata
melompat dibandingkan dengan kata melihat, terdapat kenyataan bahwa kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan makna.
Komponen pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan,
kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna kata.
30
30
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 261
BAB III BIOGRAFI MAHMUD YUNUS
3.1 Riwayat Hidup Mahmud Yunus
Mahmud Yunus dilahirkan di Sungayang Batu sangkar, Sumatra Barat. Pada hari sabtu 10 Februari 1899 10 Ramadhan 1316. Ayahnya bernama Yunus
bin Incek dan ibunya bernama Hafsah binti Muhammad Thahir. Buyutnya dari pihak ibu adalah seorang ulama besar di Sungayang Batu Sangkar bernama
Muhammad Ali gelar Angku Kolok. H. harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan: Jakarta, 1992 hal 592
Sejak usia tujuh tahun Mahmud Yunus Mulai mengenal dan mandalami Al-
qur‟an dan bahasa Arab secara sungguh-sungguh dari kakeknya Muhammad Thahir. Pada masa itu tingkat sekolah dasar baru mencapai kelas tiga dan
Mahmud Yunus sempat menempuh pendidikan sekolah dasar ini sampai kelas tiga tersebut. Dengan bekal ilmu pengetahuan Agama yang diperoleh oleh kakeknya,
Mahmud yunus meneruskan ke Madrasah diniyah yang dipimpin oleh Syekh H M. Thaib Umar. Berkat ketekunan dan keuletan belajar, dalam waktu hanya empat
tahun ia dapat mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada orang lain. Khususnya kepada santri yang belajar di Surau Tersebut. Ia sanggup mengajarkan kitab-kitab
mutakhir seperti Mahalli, Alfiah Ibn Malik, dan Jamal-jawami, ketika gurunya Syekh H M. Thaib Umar tersebut berhenti mengajar karena saki, ia ditunjuk
sebagai gantinya.