4 PERKEMBANGAN METODE ANALISA SAMBUNGAN BAJA

Suatu struktur bangunan dapat bersifat sendi, kaku rigid, semi kaku semi rigid. Tidak ada ukuran pasti yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat dari sambungan yang dimaksud. Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya- gaya yang bekerja pada sambungan. 2. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi sambungan. 3. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya- gaya yang bekerja padanya.

II. 4 PERKEMBANGAN METODE ANALISA SAMBUNGAN BAJA

Bangunan konstruksi yang menggunakan baja telah ada sejak dulu kala, akan tetapi perkembangan sistem struktur jenis ini selalu bertambah dan berubah seiring dengan semakin tingginya ilmu pengetahuan dan rumitnya pekerjaan konstruksi dalam hal desain dan faktor-faktor penentu keandalan sebuah bangunan. Penggunaan sistem rangka yang ringan merupakan jawaban yang paling tepat, karena yang digunakan adalah rangka yang terbuat dari besi baja dan kemudian baja memungkinkan bangunan menjadi lebih tinggi serta bukaan yang lebih basar dan banyak. Universitas Sumatera Utara Perbaikan metode rancangan baja memungkinkan bangunan tumbuh terus keatas. Akan tetapi dengan bertambahnya tinggi bangunan, gaya angin dan gaya gempa menjadi pertimbangan rancangan yang penting. Struktur baja seringkali disambung dengan alat penyambung baja standar seperti las dan baut. Sambungan pada komponen baja memiliki pengaruh yang sangat besar dalam keandalan kinerja komponen. Sambungan juga dapat melemahkan kinerja komponen dan perhitungan dari pengaruh tersebut dinamakan efisiensi sambungan joint efficiency. Efek dari efisiensi sambungan ini dipengaruhi oleh: - Daktailitas material. - Jarak antara alat penyambung penyambung las atau baut. - Konsentrasi tegangan pada lubang. - Prosedur fabrikasi. - Kelambanan sesar Shear Lag. Semua faktor diatas member kontribusi untuk mengurangi keefektifan sambungan namun kelambanan sesar Shear Lag adalah faktor yang paling penting dan berpengaruh. Banyak fenomena menarik yang terjadi dengan adanya pengaruh faktor reduksi atau faktor kelambanan sesar Shear Lag factor yang disimbolkan U pada sambungan komponen struktur baja. Baik peraturan AISC 2005 maupun peraturan SNI 03-1729-2002 yang digunakan di Indonesia mengenai penggunaan faktor reduksi ini tidak terdapat banyak penjelasan dan di dalam ketentuan langsung diberikan nilai-nilai asumsi yang bisa digunakan Universitas Sumatera Utara dalam perhitungan. Seperti pada SNI 03-1729-2002 poin 10.2 , 10.2.3 dan 10.2.4 tertulis bahwa: untuk gaya tarik yang disalurkan oleh baut Untuk kasus gaya tarik yang disalurkan oleh las l ≥ 2w U = 1,0 2w ≥ l ≥ 1,5w U = 0,87 1,5w ≥ l ≥ w U = 0,75 Keterangan : l adalah panjang pengelasan, mm. w adalah lebar pelat jarak antar sumbu pengelasan, mm. Nilai-nilai U tersebut tidak disertai penjelasan yang rinci mengenai dasar perhitungan yang digunakan untuk menentukan mengapa besaran tersebut yang digunakan dan hal ini dipertegas pada poin 10.2.5 mengenai komponen struktur yang mengalami gaya tarik aksial tertulis “ Nilai U dapat diambil lebih besar bila dapat dibuktikan melalui pengujian atau ketentuan lain yang dapat diterima “. Hal ini menandakan bahwa masih terdapat banyak kemungkinan kajian yang dapat dilakukan untuk menentukan angka atau nilai faktor reduksi U yang lebih konservatif dan dapat diperhitungkan kemungkinan nilai yang lebih kecil dari ketentuan ataupun lebih besar. Hal inilah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam tugas akhir ini. Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBAHASAN MASALAH