2. 2 Komponen Struktur Tarik 2. 3 Luas Penampang Efektif Effective Area 3 SAMBUNGAN BAJA 3. 1 Klasifikasi Sambungan

Dan Ø = 0,75 N n = A e f u Keterangan: A g adalah luas penampang bruto, mm 2 A e adalah luas penampang efektif, mm 2 f y adalah tegangan leleh, MPa kgcm 2 f u adalah tegangan tarik putus, MPa kgcm 2

II. 2. 2 Komponen Struktur Tarik

Batang tarik dapat terbuat dari profil bulat 0 , pelat , siku , dobel siku , siku bintang , kanal tunggaldobel [ ][ , dan lain-lain. Tahanan nominal komponen struktur tarik dapat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: d Leleh penampang pada daerah yang jauh dari hubungan las. e Fraktur pada penampang efektif neto pada lubang-lubang baut di hubungan las. f Keruntuhan blok geser Shear Block pada lubang-lubang baut di hubungan las. Adapun kriteria kelangsingan komponen struktur tarik, λ = Lr, dibatasi sebesar 240 untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder. Ketentuan tersebut berlaku untuk struktur bulat. Universitas Sumatera Utara

II. 2. 3 Luas Penampang Efektif Effective Area

Luas penampang efektif komponen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan sebagai berikut: A e = AU Keterangan : A adalah luas penampang, mm2 U adalah faktor reduksi dikenal juga dengan nama Shear Lag Factor Dimana : x adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, mm l adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut yang terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik, mm. II. 3 SAMBUNGAN BAJA II. 3. 1 Klasifikasi Sambungan 3.1.1 Pada sambungan kaku, sambungan dianggap memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang disambung. Deformasi titik kumpul harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap distribusi gaya maupun terhadap deformasi keseluruhan struktur. Sambungan Kaku Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Sambungan kaku 3.1.2 Sambungan semi kaku tidak memiliki kekakuan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara komponen-komponen struktur yang disambung, namun harus dianggap memiliki kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang dapat diukur terhadap perubahan sudut-sudut tersebut. Perhitungan kekakuan, penyebaran gaya, dan deformasinya harus menggunakan analisis mekanika yang hasilnya didukung oleh percobaan eksperimental. Sambungan Semi Kaku Gambar 2.6 Sambungan semi kaku Universitas Sumatera Utara 3.1.3 Sambungan sendi dianggap tidak ada momen pada kedua ujung yang disambung. Sambungan sendi harus dapat berubah bentuk agar memberikan rotasi yang diperlukan pada sambungan. Sambungan tidak boleh mengakibatkan momen lentur terhadap komponen struktur yang disambung. Detail sambungan harus mempunyai kemampuan rotasi yang cukup. Sambungan harus bisa memikul gaya reaksi yang bekerja pada eksentrisitas yang sesuai dengan detail sambungannya. Sambungan Sendi Gambar 2.7 Sambungan sendi II. 3. 2 Jenis alat penyambung 3.2.1 Baut Bolt Baut merupakan elemen penyambung yang paling vital untuk diperhitungkan, hal ini dikarenakan baut merupakan alat sambung yang paling sering dan umum digunakan. Ada dua jenis utama baut kekuatan mutu tinggi yang ditunjukkan oleh ASTM sebagai A325 dan A490. Universitas Sumatera Utara Sifat bahan dari baut ini diringkas dalam tabel 2.2. Baut jenis ini memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur segi enam yang setengah halus semi finished, bagian berulirnya lebih pendek dari baut non struktural dan dapat dipotong atau digiling rolled. Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi 558 sampai 634 Mpa yang tergantung pada diameternya. Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan alloy dengan kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi 793 sampai 896 Mpa yang tergantung juga pada diameternya. Baut A490 terkadang digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar antara 1 ½ sampai 3 inchi dan juga untuk baut angkur serta batang bulat berulir. Tabel 2.2 Sifat-sifat baja Identifikasi ANSI ASTM Diameter Inchi mm Beban leleh 1 Beban leleh 1 Kekuatan Tarik Minimum Metode Pengukuran Panjang 2 Metode Kekuatan Leleh 3 Ksi MPa Ksi MPa Ksi MPa A307 4 , baja karbon rendah Mutu A dan B ¼ sd 4 6,35 – 10,4 - - 60 A325 5 , baja berkekuatan tinggi Tipe 1, 2 dan 3 Tipe 1, 2 dan 3 ½ sd 1 12,7 – 25,40 1 18 sd 1 ½ 28,6 – 38,1 85 585 74 510 92 635 81 560 120 825 105 725 Universitas Sumatera Utara A449 6 , baja berkekuatan tinggi catatan: pemakaiannya dibatasi oleh AISC hanya untuk baut yang lebih besar dari 1 ½ inchi sea untuk batang berulir dan baut angkur ¼ sd 1 6,35 – 25,4 1 18 sd 1 ½ 28,6 – 38,1 1 ¾ sd 3 6,35 – 76,2 85 585 74 510 55 380 92 635 81 560 58 400 120 825 105 725 90 620 A449 6 , baja paduan yang diberi perlakuan panas ½ sd 1 ½ 12,7 – 38,1 120 825 130 895 150 1035 Sumber: Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid I, Edisi ke-3, Penerbit Erlangga. 1996 1 Beban leleh prof load dan beban tarik sesungguhnya yang diperoleh dengan mengalikan harga tegangan tertentu dan luas tegangan tarik As; As = 0,7584 [D – 0,9743n] 2 , dengan As = luas tegangan dalam inchi 2 , D = diameter baut nominal dalam inchi dan n = jumlah ulir per inchi. 2 Perpanjangan 0,5 akibat beban. 3 Nilai pada regangan tetap 0,2 . 4 ANSIASTM A307 – 78 5 ANSIASTM A325 – 78a 6 ANSIASTM A449 – 78a 7 ANSIASTM A490 – 78 Baut kekuatan tinggi dikencangkan tightened untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit klem clamping force pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gaya gesekan friksi pada potongan yang disambung. Sambungan dengan baut kekuatan Universitas Sumatera Utara tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser friction type, bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan. Selain baut kekuatan tinggi, juga ada jenis baut lain yang digunakan sebagai alat penyambung. Adapun jenis baut yang dimaksud antara lain: a Baut hitam Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307 dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah, karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan platform, jalan haluan catwalk, gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga digunakan sebagai alat penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuataa tinggi, paku keeling atau las. Baut hitam yang tidak dihaluskan kadang-kadang disebut baut biasa, baut mesin atau baut kasar, serta kepala dan murnya dapat berbentuk bujur sangkar. b Baut sekrup turned bolt Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari bahan berbentuk segi enam dengan toleransi yang lebih kecil sekitar 150 inchi bila dibandingkan baut biasa. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan lubang yang dibor. Kadang-kadang baut ini bermanfaat dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat. Pada saat ini baut Universitas Sumatera Utara sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut dengan kekuatan mutu tinggi lebih baik dan lebih murah. c Baut bersisip ribbed bolt Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa dan berkepala bundar dengan tonjolan sirip-sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai alternatif dari paku keling. Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari lubang tempat baut tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling lubang sehingga diperoleh cengkeraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada sambungan tumpu bearing dan pada sambungan yang mengalami tegangan berganti bolak- balik. Variasi moderen dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergigi interference-body bolt yang terbuat dari baja baut A325, sebagai pengganti sirip longitudinal. Baut ini memiliki gerigi keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar, baut ini kadang-kadang disebut bersirip terputus interrupted-rib. Baut kekuatan tinggi A325 dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke dalam lubang yang melalui sejumlah pelat, namun baut ini dapat digunakan bila hendak memperoleh baut yang bercengkeraman erat pada lubangnya. Selain itu pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang seperti pada umumnya dilakukan pada baut A325 biada yang polos. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian oleh Hertwig dan Petermann menyatakan bila jumlah baut dalam satu baris maksimum 5 lima buah baut, maka perencanaan sambungan dengan asumsi setiap baut dapat menerima beban sama besar dapat diterima. Namun, jika dalam satu baris dipakai lebih dari 6 enam buah baut maka baut yang paling akhir, memikul 65 beban yang diterima sambungan. Dari penyelidikan di laboratorium terhadap baut mutu tinggi diperoleh grafik hubungan tegangan baut terhadap perpanjangan batang baut, dapat dilihat pada gambar 2.17 di bawah ini. Baut yang digunakan adalah baut A325. Gambar 2. 8 Grafik Hubungan Tegangan vs Perpanjangan pengaruh panjang ulir di dalam elemen pelat Universitas Sumatera Utara Gambar 2. 9 Grafik Hubungan Tegangan vs Perpanjangan pengaruh putaran kunci Gambar 2. 10 Hubungan Tegangan vs Perpanjangan A490 bolt A325 bolt Harga proof load beban tarik awal N dapat dihitung dengan persamaan: N = 0.75 x σ e x A e Dimana : A e = luas efektif baut, yakni luas pada bagian yang berulir σ e = tegangan leleh baut Universitas Sumatera Utara Adapun definisi harga proof load pada baut mutu tinggi adalah tegangan yang diberikan pada baut mutu tinggi pada waktu pemasangan baut. Untuk mendapatkan perencanaan yang efektif, hendaklah dipakai baut dengan kekuatan tarik minimum tensile strength 8000 kgcm 2 dan faktor geser minimum 0,35 bila baut mutu tinggi pada pemasangan mengalami over strained, maka baut tersebut harus diganti dengan baut mutu tinggi yang baru. Untuk baut mutu tinggi tipe geser, kekuatan sebuah baut terhadap geser dihitung dengan persamaan: N g = F Φ x n x N Kekuatan sebuah baut terhadap gaya aksial tarik dihitung dengan persamaan : Untuk beban statis : N t = 0,6 x N Untuk beban bolak-balik : N t = 0,5 x N Kekuatan terhadap kombinasi pembebanan tarik dan geser, maka : N g = F Φ x n x N – 1,7 T Dimana : F = faktor geser permukaan Φ = faktor keamanan = 1,4 N = pembebanan tarik awal proof load n = jumlah bidang geser T = gaya aksial tarik yang bekerja Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Harga faktor geser permukaan Keadaan permukaan F Bersih Digalvanis Dicat Berkarat, dengan karat lepas dihilangkan Disemprotkan pasir 0,35 0,16 – 0,26 0,07 – 0,10 0,45 – 0,70 0,40 – 0,70 Sumber: Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia PPBBI 1983 Untuk baut mutu tinggi tipe tumpu, tegangan-tegangan yang diizinkan dalam menghitung kekuatan baut adalah: • Tegangan geser yang diizinkan : • Tegangan tarik yang diizinkan : • Tegangan tumpu yang diizinkan : Untuk S 1 ≥ 2d, σ tu = 1,5 σ Untuk 1,5d ≤ S 1 ≤ 2d, σ tu = 1,2 σ Untuk persamaan tegangan geser dan tegangan tarik menggunakan tegangan dasar bahan baut dan untuk persamaan tegangan tumpu menggunakan tegangan dasar yang terkecil antara bahan baut dengan bahan batang yang akan disambung. Pada waktu pemasangan baut, ring harus dipasang pada bagian bawah kepala baut dan bagian bawah mur. τ = 0,7 σ τ = 0,6 σ Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Energi pembangkit panas dapat dibedakan menurut sumbernya: listrik, kimiawi, optis, mekanis dan bahan semi konduktor. Panas digunakan untuk mencairkan logam dasar dan bahan pengisi agar terjadi aliran bahan terjadi peleburan. Selain itu panas dipakai untuk menaikkan daktailitas ductility sehingga aliran plastis dapat terjadi meskipun jika bahan tidak mencair. Lebih jauh lagi pemanasan dapat membantu menghilangkan kotoran pada bahan. Las Proses pengelasan yang paling umum terutama untuk mengelas baja struktural memakai energi listrik sebagai sumber panas, yang paling banyak digunakan adalah busur listrik nyala. Busur nyala adalah pancaran arus listrik yang relatif besar antara elektroda dan bahan dasar yang dialirkan melalui kolom gas ion hasil pemanasan, kolom gas ini disebut plasma. Pada pengelasan busur nyala, peleburan terjadi akibat aliran bahan yang melintasi busur dengan tanpa diberi tekanan. Beberapa proses pengelasan dipakai khusus untuk logam dengan ketebalan tertentu. Pembahasan dalam bagian ini ditekankan pada proses yang digunakan dalam pengelasan baja karbon dan baja paduan rendah untuk gedung dan jembatan. Pengelasan busur nyala merupakan kategori proses yang terutama dibahas, untuk profil baja ringan light gage pengelasan yang digunakan adalah tahanan listrik. Universitas Sumatera Utara Kebanyakan baja konstruksi dalam spesifikasi ASTM dapat dilas tanpa prosedur khusus atau perlakuan khusus. Kemampuan dilas weldability dari baja adalah ukuran kemudahan menghasilkan sambungan struktural yang teguh tanpa retak. Beberapa baja struktural lebih sesuai dilas daripada yang lain. Prosedur pengelasan sebaiknya didasarkan pada kimiawi baja, bukan pada kandungan paduan maksimum yang ditetapkan. Karena kebanyakan hasil pabrik berada dibawah dalam batas ini, sedangkan baja yang berkekuatan lebih tinggi dapat melampaui analisa ideal yang ditunjukkan dalam tabel 2.4. Tabel 2.4 Analisa kimia ideal dari baja karbon untuk kemampuan dilas yang baik Unsur Batas Nominal Persen yang memerlukan perlakuan khusus Karbon Mangan Silicon Sulfur fosfor 0,06 – 0,25 0,35 – 0,80 0,10 maks 0,035 maks 0,030 maks 0,350 1,400 0,300 0,050 0,040 Dalam pekerjaan konstruksi, ada empat tipe pengelasan yakni: Groove, fillet, slot dan plug seperti terlihat dalam Gambar 2.18 di bawah ini. Masing-masing tipe las memiliki kelebihannya sendiri yang menentukan rentang penggunaannya. Secara kasar keempat tipe terrsebut mewakili persentase konstruksi las berikut ini: las groove las tumpul 15 , fillet las sudut 80 , sisanya terbagi-bagi untuk slot, plug dan las-las khusus lainnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. 11 Tipe-tipe las a. Las Groove Kegunaan umum las groove adalah untuk menghubungkan batang- batang struktur yang dipasangkan pada bidang yang sama. Karena las groove biasanya dimaksudkan untuk mentransmisikan beban penuh batang-batang yang dihubungkannya, las tersebut harus memiliki kekuatan yang sama dengan batang-batang yang digabungkan. Las groove seperti ini disebut sebagai las groove dengan penetrasi sambungan yang lengkap. Bila sambungan didesain sedemikian rupa sehingga las groove tidak sepenuhnya menjangkau ketebalan bagian-bagian yang digabungkan, las demikian disebut sebagai las groove dengan penetrasi sambungan sebagian. Untuk ini berlaku persyaratan-persyaratan desain yang khusus. Ada banyak variasi las groove dan masing-masing diklasifikasikan menurut bentuknya yang khusus. Kebanyakan las groove membutuhkan a. Las Fillet b. Las Groove c. Las Plug Ujung-ujung harus berbentuk setengah lingkaran atau memiliki sudut-sudut yang dibundarkan dengan jari-jari tidak kurang dari ketebalan bagian pelat yang berisi slot d. Las Slot Universitas Sumatera Utara persiapan pinggiran yang khusus dan diberi nama menurut persiapannya. Gambar 2. 12 menunjukkan beberapa tipe las groove dan menunjukkan persiapan groove yang dibutuhkan. Pemilihan las groove yang tepat tergantung pada proses pengelasan yang digunakan, biaya persiapan pinggiran dan biaya pembuatan las. las groove dapat juga digunakan pada sambungan T gambar 2. 13. Gambar 2. 12 Tipe-tipe las Groove Gambar 2. 13 Penggunaan las Groove pada sambungan T b. Las Fillet las sudut fillet weld merupakan jenis las yang paling banyak digunakan, hal ini dikarenakan las jenis ini adalah jenis las yang hemat, mudah dipabrikasi dan adaptibilitasnya baik. Dalam gambar 2.14 diperlihatkan beberapa kegunaan las fillet. Pada umumnya jenis las ini kurang membutuhkan presisi pada pengepasannya karena masing-masing bagian itu cukup ditumpang-tindihkan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan las groove membutuhkan pengepasan yang teliti dengan celah alur bukaan tertentu bukaan akar di antara bagian-bagiannya. Las fillet secara khusus berguna bagi pengelasan di lapangan. Pengepasan kembali batang-batang ataupun pada sambungan-sambungan yang dipabrikasi dengan toleransi yang masih dapat diterima namun mungkin tidak dipasang pas seperti yang dikehendaki. Lagipula pinggiran bagian- bagian yang disambungkan jarang membutuhkan persiapan khusus seperti pemotongan miring atau pengirisan tegak, karena kondisi pinggiran hasil pemotongan dengan api atau pengirisan pun sudah memadai. Gambar 2.14 kegunaan tipikal las fillet c. Las Slot dan Plug las slot dan plug dapat digunakan secara eksklusif hanya dalam sambungan seperti gambar 2.15 atau dalam kombinasi dengan las fillet seperti gambar 2.14. Kegunaan utama las slot dan plug adalah untuk mentransmisikan geser pada sembungan impit bila ukuran sambungan tersebut tidak cukup untuk las fillet atau las pinggir lainnya. Las slot dan plug berguna untuk mencegah agar bagian-bagian yang saling tumpang tindih tidak mengalami tekuk. Sambungan T Konsol Pelat pemikul Balok Penampang Built Up Konsol balok Pelat Dasar Kolom Universitas Sumatera Utara Gambar 2.15 Las slot dan las plug dengan kombinasi las fillet Untuk mendapatkan sambungan las yang memuaskan, diperlukan kombinasi dari banyak keterampilan individu yang dimulai dengan desain sebenarnya dari las tersebut dan diakhiri dengan operasi pengelasan. Panjang las netto tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8a sampai 10a dan tidak boleh lebih dari 40a a= tebal las. Dapat ditulis dengan 40 mm 8- 10a ≤ Ln ≤ 40a. Panjang netto las dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Ln = Lbruto – 3a. Dimana a = tebal las Gambar 2.16 Tebal las Untuk tebal las sudut tidak boleh kurang dari ½ t √2, dimana t adalah tebal terkecil pelat yang dilas. Ujung-ujungnya dilengkungkan menurut Universitas Sumatera Utara Apabila gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut α dengan bidang retak las seperti gambar 2.17, tegangan miring yang diizinkan adalah: σ α = c.σ c = 1 √ sin 2 α + 3. cos 2 α dimana: σ = tegangan dasar baja Gambar 2.16 Gaya P yang membentuk sudut α terhadap bidang retak las Tegangan miring yang terjadi dihitung dengan: σ a = P A dan tidak boleh lebih besar daripada tegangan miring yang diizinkan, dimana, P = gaya yang ditahan oleh las A = luas bidang retak las Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan: σ 1 = √ α 2 + 3. τ 2 atau σ 1 = σ a c dimana, σ = tegangan normal pada bidang retak las τ = tegangan geser pada bidang retak las Tegangan idiil yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan dasar yang ada. Dalam buku Peraturan Perencanaan Bangunan baja Indonesia PPBBI harga c untuk beberapa sudut α telah ditabelkan guna mempermudah perhitungan las. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 Harga c untuk beberapa α α c α c 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0.58 0.58 0.58 0.59 0.60 0.61 0.63 0.65 0.68 0.71 50 55 60 65 70 75 80 85 90 0.74 0.78 0.82 0.86 0.90 0.94 0.97 0.99 1 Untuk beberapa macam sambungan las, gaya P yang dapat dipikul oleh sambungan las tersebut adalah seperti gambar 2.17 dibawah ini Universitas Sumatera Utara Gambar 2.16 Gaya P izin yang dapat dipikul beberapa jenis sambungan las II. 3. 3 Perencanaan Sambungan Baja sebagai bahan bangunan, diproduksi di pabrik-pabrik peleburan dalam bentuk, ukuran dan panjang tertentu sesuai dengan standar yang ditentukan. Tidak mungkin membangun suatu konstruksi baja secara monolit dipabrikasidicetak, akan tetapi dibangun dari elemen-elemen yang disambung satu-persatu di lapangan. Sifat dari sambungan ini sangat tergantung pada jenis dan konstruksi sambungan. Bervariasi mulai dari yang berkelakuan sebagai sendi sampai dengan kaku sempurna. Pada struktur batang istilah kekakuan stfiffness digunakan untuk faktor EI. Universitas Sumatera Utara Suatu struktur bangunan dapat bersifat sendi, kaku rigid, semi kaku semi rigid. Tidak ada ukuran pasti yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat dari sambungan yang dimaksud. Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari beban terfaktor yang dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Gaya dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan gaya- gaya yang bekerja pada sambungan. 2. Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan deformasi sambungan. 3. Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul gaya- gaya yang bekerja padanya.

II. 4 PERKEMBANGAN METODE ANALISA SAMBUNGAN BAJA