1. 6 Jenis-Jenis Baja Struktural yang Umum Digunakan 1. 7 Hubungan Antara Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja

1.5.3  Modulus Elastisitas : E = 200.000 MPa Sifat-Sifat Mekanis Lainnya Sifat-sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut:  Modulus Geser : G = 80.000 MPa  Angka Poisson : μ = 0,3  Koefisien Pemuaian : α = 12 x 10 -6 C

II. 1. 6 Jenis-Jenis Baja Struktural yang Umum Digunakan

Fungsi struktur merupakan faktor utama dalam menentukan konfigurasi struktur. Berdasarkan konfigurasi struktur dan beban rencana, setiap elemen atau komponen dipilih untuk menyanggah dan menyalurkan beban pada keseluruhan struktur dengan baik. Adapun jenis-jenis baja struktural yang umum digunakan adalah profil baja giling rolled steel shapes dan profil baja yang dibentuk dalam keadaan dingin cold formed steel shapes . 1.6.1 Profil Baja Giling Rolled Steel Shapes Baja struktural dapat dibuat dalam berbagai ukuran dan bentuk tanpa merubah sifat-sifat fisisnya. Profil baja giling dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik. Profil baja giling ini mengandung tegangan residu residual stress yaitu tegangan yang timbul sebagai akibat proses pendinginan baja. Jadi, sebelum batang dibebani sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik. Bentuk tipikal dari profil baja giling dapat ditunjukkan pada gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara b Profil Z a Kanal C c Kanal ganda berbentuk I d Profil Siku e Penampang topi Gambar 2.1 Profil baja giling 1.6.2 Selain profil baja giling, ada juga penampang baja yang dibentuk dari baja lembaran tipis yang dinamakan profil baja yang dibentuk dalam keadaan dingin cold formed steel shapes. Profil semacam ini dibentuk dari pelat- pelat yang sudah jadi menjadi profil baja dalam temperatur atmosfir dalam keadaan dingin. Bentuk tipikal profil baja yang dibentuk dalam keadaan dingin dapat ditunjukkan pada gambar 3.2. Profil Baja yang Dibentuk Dalam Keadaan Dingin Gambar 2.2 Profil yang dibentuk dalam keadaan dingin e Profil T d Profil siku a Profil sayap lebar b Balok standar Amerika c Profil kanal f HSS bulat g HSS Persegi h Penampang bulat dan segiempat i Pelat Universitas Sumatera Utara F

II. 1. 7 Hubungan Antara Tegangan dan Regangan pada Konstruksi Baja

Dalam peraturan AISC 2005, perhitungan rumus kekuatan nominal R N menggunakan tegangan leleh fy maupun tegangan ultimate fu, pemilihan tegangan baik itu fu maupun fy didasarkan atas kemampuan struktur mempertahankan stabilitasnya setelah beban maximum diberikan. Oleh sebab itu sebaiknya terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang pengertian tegangan ultimate dan tegangan luluh berdasarkan grafik hubungan tegangan-regangan sebagai berikut: Gambar 2.3 Grafik hubungan tegangan-regangan Grafik diatas menunjukkan hasil pengukuran hubungan tegangan- regangan dalam percobaan tarik baja. Tipikal grafik seperti diatas hanya dapat dijumpai pada percobaan tarik baja lunak mild. Benda uji baja diberikan beban tarik sehingga tegangan baja meningkat dari titik O sampai ke titik A. Ordinat titik A disebut tegangan proposional f p . Hubungan tegangan-regangan dari titik awal sampai ke titik A masih linear. Daerah antara titik O dan A disebut juga daerah elastis yang artinya jika suatu bahan baja mengalami tegangan tidak melewati titik A dan Universitas Sumatera Utara apabila beban dilepaskan, maka baja masih dapat kembali ke bentuk atau panjang semula. Ketika beban diperbesar sehingga tegangan baja sampai ke titik B, maka hubungan tegangan-regangan tidak linear lagi. Titik B merupakan titik leleh fy dari baja yang ditandai dengan tegangan yang relatif tidak naik dan regangan yang meningkat. Daerah antara titik A ke C merupakan daerah plastis, dimana jika suatu batang baja mengalami tegangan sampai melewati titik A masuk ke daerah A-C dan beban dilepaskan, maka baja tidak akan kembali ke panjang semula. Dengan demikian terdapat regangan residu yang disebabkan karena inelastis dari bahan tersebut. Apabila beban diperbesar lagi maka yang terjadi adalah regangan akan terus meningkat tanpa disertai tegangan sampai ke titik C, yang disebut titik pengerasan regangan. Pada titik C, terdapat kenaikan tegangan yang disebabkan karena regangan bahan sudah hampir mencapai maximum. Bahan masih mampu menahan tegangan tambahan sampai ke titik D yang disebut tegangan ultimate fu. Daerah antara titik C ke D merupakan daerah strain hardening yang ditandai dengan peningkatan tegangan dan regangan setelah melewati batas plastis. Jika beban ditambah sampai tegangan baja melewati tegangan ultimate, maka baja akan mengalami kegagalan putus leleh yang ditandai dengan penurunan tegangan dan regangan yang terus bertambah sampai benda uji putus. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Grafik hubungan tegangan-regangan yang telah dinormalisasi Grafik gambar 2.3 dapat dinormalisasi menjadi seperti pada gambar 2.4. Tegangan leleh berada pada titik A dan daerah antara titik O dan titik A adalah daerah elastis sedangkan daerah antara titik A dan B adalah daerah plastis.

II. 1. 8 Metode ASD Allowable Stress Design