TKR ini diikuti oleh pembentukan lasykar-lasykar rakyat yang dilakukan oleh partai-partai politik seperti dari PNI, Pesindo, Hizbullah, Barisan Harimau Liar BHL dan lain
sebagainya. Mereka membentuk ini agar mereka dapat melawan penjajah yang tidak menginginkan realisasi proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tersebut.
3.3 Perbedaan Sikap antara Masyarakat dengan Kesultanan terhadap Proklamasi
Pada mulanya berita proklamasi kemerdekaan di Sumatera Timur disambut oleh seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai perasaan. Ada yang menyambut dengan
perasaan senang dan ada juga yang menyambut dengan perasaan tidak senang bahkan ada pula yang tidak mau tahu dengan berita tersebut. Sikap yang berbeda-beda tersebut wajar
terjadi karena berita kemerdekaan masih merupakan berita yang belum pasti. Demikian juga halnya dengan sikap msyarakat Kesultanan Kota Pinang terhadap berita proklamasi
tersebut. Hal ini tergantung kepada individu dan kepentingan masing-masing terhadap berita proklamasi. Kelompok masyarakat yang menyambut gembira berita proklamasi
tersebut pada umumnya adalah masyarakat yang sudah tahu dan mengerti tujuan dan makna dari kemerdekaan tersebut yaitu suatu pemerintahan yang terlepas dari belenggu
penjajahan. Bagi masyarakat yang tidak mengerti perkembangan situasi dan tidak menegerti tujuan dari proklamasi serta tidak mau tahu dengan persoalan yang terjadi,
mereka bersikap tidak perduli. Bahkan tidak jarang diantara mereka menjadi gelisah dengan berita proklamasi tersebut karena situasi yang sedang dan akan dihadapi yaitu kehidupan
yang serba melarat, dimana ada dua kekuatan politik yaitu antara memihak kepada Belanda atau memihak kepada berita proklamasi. Keadaan yang beragam ini membuat mereka tidak
24
wawancara dengan Marwan Sir pada tanggal 10 Juli 2009
Universitas Sumatera Utara
mau ikut campur dengan urusan-urusan tentang proklamasi dan mereka lebih senang menunggu apa yang akan terjadi.
Situasi yang demikian terjadi karena kurangnya komunikasi antara pemimpin yang berada di pusat dengan rakyat yang ada di daerah. Bahkan banyak diantara mereka kurang
yakin dengan berita itu sehingga sulit untuk menghimpun kekuatan untuk mengusir penjajah yang akan datang.
Disamping sikap-sikap masyarakat yang demikian, pihak Kesultanan, kaum feodal dan bangsawan yang telah menikmati kemewahan pada masa pemerintahan Belanda
menunjukkan sikap yang kurang menyenangi berita proklamasi tersebut.. Kaum feodal ini menginginkan agar Belanda kembali berkuasa di Sumatera Timur dengan harapan mereka
akan mendapat posisi semula dalam pemerintahan dan juga statusnya dalam masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan kaum feodal tidak menginginkan terwujudnya proklamasi.
Bahkan mereka menganggap bahwa tidak mungkin rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Kesultanan Kota Pinang khususnya dapat melawan Belanda karena Belanda memiliki
peralatan perang yang jauh lebih modern bila dibandingkan dengan peralatan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia. Perwujudan proklamasi yang akan dilaksanakan rakyat menurut
kaum feodal adalah hal yang tidak masuk akal, sehingga kaum feodal banyak memihak Belanda.
Adanya sikap kelompok-kelompok yang bertentangan di Sumatera Timur ini sangat menyulitkan bagi para pemimpin untuk mewujudkan proklamasi tersebut. Disamping itu
dengan adanya perbedaan kelompok masyarakat ini sangat berbahaya dalam perwujudan proklamasi karena dengan mudah dapat dimanfaatkan oleh kaum penjajah. Sedangkan
untuk melawan kaum penjajah tersebut perlu pula persatuan yang kokoh.
Universitas Sumatera Utara
Setelah rakyat mengerti tentang tujuan dan makna dari proklamasi maka rakyat menyadari kekeliruan mereka terhadap berita tersebut. Hal ini menyebabkan mereka
menginginkan terwujudnya kemerdekaan tersebut. Sikap yang demikian bukan saja dimiliki oleh rakyat biasa tetapi juga banyak dari golongan bangsawan dan kaum feodal. Oleh
karena itu banyak di antara kaum feodal yang turut membela kemerdekaan. Kelompok- kelompok yang ingin merealisasikan proklamasi menyatu dalam satu tujuan yaitu
kemerdekaan. Mereka ingin mewujudkan proklamasi sedini mungkin. Oleh sebab itu banyak kelompok-kelompok perjuangan yang terbentuk dan akhirnya nanti bersatu dalam
bentuk lasykar-lasykar. Kelompok-kelompok perlawanan ini ada yang dikelola oleh pemerintah, partai dan kelompok perlawanan daerah. Kelompok perlawanan yang dikelola
oleh partai nantinya bergabung dengan kelompok perlawanan rakyat di daerah yang disebut dengan lasykar. Adapun lasykar-lasykar yang terkenal pada saat itu antara lain Pesindo,
Hizbullah, PNI, PKI dan lain sebagainya. Semua lasykar memiliki tujuan yang sama yaitu merealisasikan kemerdekaan, namun memiliki perbedaan ide atau gagasan tentang
kemerdekaan tersebut sehingga tidak jarang terjadi perpecahan dalam satu partai. Disamping itu banyak pula yang terjadi di luar perhitungan dalam rangka mewujudkan
kemerdekaan itu. Salah satunya adalah terjadinya revolusi sosial di berbagai daerah di Indonesia umumnya dan di Kesultanan Kota Pinang khususnya.
Demikianlah sikap para pejuang terhadap berita proklamasi yang penuh dengan semangat dan emosional yang berlainan dengan sikap bangsawan yang ingin
mempertahankan statusnya seperti pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Mereka ini pada prinsipnya adalah kelompok masyarakat yang kebingungan. Mereka tidak yakin
dengan kemampuan para pejuang bersama rakyat untuk merealisasikan kemerdekaan.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga kelihatan mereka cenderung untuk memihak kepada Belanda. Tetapi karena melihat perkembangan yang demikian cepat di dalam masyarakat yang menunjukkan sikap
antipati terhadap penjajahan maka kaum feodal ini menjadi serba salah. Sikap kaum feodal dan bangsawan ini dipengaruhi oleh dua kekuatan besar yaitu kemerdekaan atau menerima
kembali pemerintahan Belanda. Dari keadaan yang demikian membuat mereka menjadi tidak stabil. Di satu pihak mereka harus menerima Belanda dan di lain pihak mereka harus
menerima saran-saran dari republik, sehingga kaum feodal tidak turut aktif untuk merealisasikan proklamasi.
Mengingat kedudukan kaum feodal yang masih kuat dimana mereka masih memiliki daerah, rakyat, pemerintahan dan modal yang kuat maka kelompok ini merupkan
kekuatan ketiga di samping kekuatan Belanda yang akan datang dan kekuatan pemerintahan Indonesia yang akan direalisasikan.
Perbedaan pandangan, sikap dan tingkah laku antara para pejuang dengan kaum feodal terhadap proklamsi tersebut dirasakan oleh para pejuang merupakan penghalang bagi
terwujudnya proklamasi kemerdekaan. Bahkan sebagian kelompok para pejuang yang tergabung dalam lasykar-lasykar merasakan bahwa kaum feodal merupakan musuh bagi
cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Anggapan para pejuang yang dimotori oleh lasykar-lasykar ini beralasan karena demikian hebatnya harapan rakyat untuk
merealisasikan proklamasi kemerdekaan. Untuk dapat merealisasikan proklamasi di Sumatera Timur memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang banyak, baik dari segi
materialnya maupun dari segi kehidupan spiritualnya. Oleh karena itu apa saja yang dianggap sebagai penghambat kemerdekaan perlu terlebih dahulu disingkirkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV REVOLUSI SOSIAL DI KESULTANAN KOTA PINANG
4.1 Revolusi Sosial