Sistem Perekonomian Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Pinang

Sebelum kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia, di Labuhan Batu terdapat beberapa kerajaan yang besar maupun kerajaan-kerajaan yang kecil. Kerajaan yang tergolong besar terdiri dari Kerajaan Bilah, Kerajaan Panai dan Kesultanan Kota Pinang. Kerajaan-kerajaan kecilnya tergabung dalam beberapa konfederasi, berdasarkan konfederasi tersebut kerajaan-kerajaan kecil dapat dikelompokkan ke dalam kekuasaan kerajaan Na IX-X, kerajaan Natolu dan kerajaan Nalapan.

2.2 Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Pinang

2.2.1 Sistem Perekonomian

Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kota Pinang dipengaruhi oleh keadaan alam yang masih berhutan dan banyak dilalui oleh sungai. Sistem mata pencaharian masyarakat Kota Pinang pada dasarnya adalah bertani dengan hasil padi, karet, kopi dan kopra. Selain bertani, masyarakat juga mengumpulkan hasil hutan seperti rotan, damar dan pinang. Rakyat juga menangkap ikan dari sungai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari tanpa menjual belikannya. Pada masa sebelum kedatangan Belanda ke wilayah Kota Pinang, Kesultanan Kota Pinang telah menjalin hubungan dagang dengan beberapa kerajaan di daerah Labuhan Batu dan juga dengan kerajaan-kerajaan lain yang ada di Selat Malaka dengan menggunakan Sungai Barumun sebagai jalur lalu lintas. Sungai ini adalah salah satu sungai besar di Kota Pinang yang dapat dilalui oleh kapal-kapal besar. Dengan digunakannya sungai ini sebagai sarana transportasi dalam perdagangan maka sungai ini dimanfaatkan oleh orang-orang 7 Wawancara dengan bapak T.Chairul Azham di Kota Pinang pada tanggal 23 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara yang ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak dari hasil perdagangannya dengan cara perdagangan yang illegal yang pada saat itu dikenal dengan sebutan smokel. Pada masa pertumbuhannya hingga sebelum masuknya pengaruh Belanda di Kesultanan Kota Pinang, rakyatnya aman, tertib dan teratur. Sultan masih memperhatikan rakyatnya, misalnya dengan memberikan bantuan kepada rakyat berupa pemberian kupon kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Kupon tersebut digunakan untuk penjualan karet dari kebun karet rakyat. Pada saat itu hasil produksi karet di pasaran internasional melimpah sehingga karet mengalami penurunan harga yang drastis sehingga Sultan membuat kebijakan berupa pembagian kupon kepada setiap pemilik karet agar penjualan karet terkontrol dan harga karet tetap stabil sehingga rakyat tidak dirugikan karena harga karet yang murah. Setiap satu kupon diberikan ketentuan untuk menjual karet dengan porsi atau ukuran tertentu yang telah ditentukan oleh Sultan. Sehingga mereka hanya dapat menjual karet sesuai dengan kupon yang mereka miliki. 8 Sistem Sosial Budaya Sistem sosial budaya Kesultanan Kota Pinang sama halnya dengan sistem masyarakat Melayu di Sumatera Timur dan pada dasarnya sudah diwarnai oleh nilai-nilai agama Islam. Letak Kesultanan Kota Pinang sangat strategis yaitu sebagai tempat persinggahan para pedagang yang berasal dari pedalaman menuju pusat-pusat perdagangan yang terdapat di Malaka dan pulau Pinang. Peranan ini menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari berbagai suku bangsa seperti Minang Kabau, Batak, Jawa dan lain sebagainya. Mereka Universitas Sumatera Utara dapat mengadaptasikan diri dengan alam lingkungannya dengan perkataan lain masyarakat pendatang ini me-Melayu-kan dirinya dan mengikuti adat resam Melayu. Hal ini menyebabkan bertambah ramainya penduduk Kesultanan Kota Pinang. Oleh sebab itu masyarakat Kesultanan Kota Pinang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kata lain masyarakat Kota Pinang adalah masyarakat yang heterogen. Percampuran masyarakat antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli wilayah Kota Pinang tersebut mengakibatkan adanya perbedaan kedudukan masyarakat ditinjau dari sifat keasliannya. Hal ini menimbulkan adanya golongan-golongan seperti golongan bangsawan dan golongan rakyat jelata. Golongan bangsawan adalah golongan yang terdekat dengan kaula kesultanan baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Adapun golongan bangsawan ini masih terbagi lagi gelar-gelar yang mereka peroleh, antara lain : - Sultan yaitu SultanRaja - Tengku yaitu anak Raja - Datuk yaitu penguasa-penguasa daerah - O.K yaitu orang-orang kaya dalam arti seseorang yang memiliki kekayaan harta benda atau kekayaan pikiran - Wan yaitu seorang putra dari rakyat biasa yang menikahi putri seorang Sultan, keturunannya juga memakai gelar Wan. Semua gelar yang berasal dari pihak bangsawan sebagai identitas kaum feodal atau bangsawan tersebut diteruskan secara turun-temurun. Mereka hanya boleh bergaul dengan golongannya masing-masing sehingga jelas kelihatan status seseorang dalam kehidupan 8 Wawancara dengan bapak Musir Nasution di Kota Pinang pada tanggal 17 Juli 2009. Universitas Sumatera Utara masyarakat. Pergaulan antar golongan tidak bebas terlebih-lebih dalam hal adat dan perkawinan. Rakyat jelata tidak boleh bergaul dengan golongan bangsawan secara bebas sehingga terdapat suatu jurang pemisah antara golongan bangsawan dengan golongan rakyat biasa. Masyarakat pendatang biasanya adalah rakyat biasa. Dalam perkembangannya dalam kurun waktu yang relatif singkat atau lama maka suatu saat masyarakat pendatang ini dapat menjadi golongan bangsawan karena kemampuan yang dimilikinya baik ditinjau dari segi lahiriah maupun batiniah. Misalnya seorang pendatang menjadi orang kaya atau pintar maka suatu saat nanti ia akan menjadi golongan bangsawan. Rakyat biasa juga menjadi bangsawan dengan jalan menikahi putri Sultan. Aktivitas di dalam Kesultanan hanya dipegang oleh kaum bangsawan saja, demikian juga dalam sistem peradilan, kaula kesultanan jauh lebih dimuliakan. Rakyat jelata hanya sebagai penunggu tanah, bukan yang memiliki hak atas tanah. Seluruh tanah Kesultanan adalah hak Kesultanan. Peranan Sultan dalam kehidupan masyarakat sangat penting sehingga rakyat terikat dengan berbagai peraturan yang dibuat oleh Sultan. Misalnya semasa kekuasaan Kesultanan, masyarakat biasa dilarang menggunakan pakaian berwarna kuning karena warna tersebut merupakan warna khas bagi keluarga bangsawan atau keluarga istana. Apabila ternyata ada rakyat yang mengenakan pakaian berwrna kuning maka orang tersebut akan mendapat tegoran dari Sultan. Selain penggunaan warna dalam berpakaian, rakyat juga dibebani dengan peraturan lain yakni dalam membangun rumah. Sultan memberikan ketentuan yang sangat ketat kepada rakyat dalam membangun rumah yaitu rumah harus berbentuk rumah panggung dan tangganya tidak boleh terbuat dari semen. Disamping beberapa campur tangan Sultan dalam kehidupan rakyat, Sultan Universitas Sumatera Utara juga memperhatikan keinginan-kenginan rakyatnya. Misalnya dalam merayakan hari-hari besar agama, Sultan mengadakan pesta dan memberikan hiburan kepada rakyatnya dengan mengadakan berbagai jenis kegiatan seperti menari dan pertunjukan pencak silat dan ronggeng. Selain itu, Sultan memiliki kebiasaan mengundang setiap rakyatnya yang memiliki keahlian dalam mengadakan humor untuk menghibur kalangan istana. Hal ini juga merupakan salah satu cara Sultan dalam memberikan bantuan kepada rakyatnya. Apabila orang yang diundang tersebut berhasil menghibur orang-orang di istana dengan humor yang dibuatnya maka ia akan mendapatkan hadiah dari Sultan berupa bekal hidup sehari-hari. 9 9 Wawancara dengan bapak T.Chairul Azham di Kota Pinang pada tanggal 23 Juni 2009.

2.3 Sistem Pemerintahan Kesultanan Kota Pinang