orang-orang Belanda. Sistem pemerintahan yang dibentuk oleh Belanda ini dijalankan hingga tahun 1942 sampai masuknya Jepang ke Indonesia umumnya dan Kota Pinang
khususnya. Setelah kedatangan Jepang ke Kota Pinang maka terjadi sedikit perubahan pada pemerintahan dimana Jepang melibatkan golongan bangsawan dalam pemerintahan yakni
golongan bangsawan ditempatkan di tingkat bawah dan untuk tingkat atas dipegang oleh orang Jepang sendiri. Namun sistem pemerintahan yang dijalankan masih sistem
pemerintahan yang dibentuk oleh Belanda. Jepang tidak memberikan banyak perhatiannya pada pemerintahan pada masa penjajahannya di Indonesia karena pada saat itu Jepang lebih
mengutamakan kekuatan militernya untuk melawan Sekutu. Sistem pemerintahan yang demikian terus berlangsung sampai tahun 1946 hingga terjadinya revolusi sosial yang
mengakibatkan berakhirnya kekuasaan Kesultanan Kota Pinang. Dengan demikian, sejalan dengan terjadinya revolusi sosial maka terjadilah perubahan sistem pemerintahan dari
sistem pemerintahan monarki yang berbentuk kerajaan menjadi sistem pemerintahan demokrasi yang berbentuk republik.
2.4 Masa Penjajahan Belanda
Kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1596 pada awalnya bertujuan untuk berdagang sambil mencari rempah-rempah. Namun lambat laun Belanda mulai berniat
untuk menguasai wilayah Indonesia karena Indonesia penuh dengan kekayaan alam. Berbagai cara dilakukan oleh bangsa Belanda untuk menguasai daerah Indonesia, hingga
akhirnya mereka berhasil meskipun pada awalnya mereka mendapat perlawanan dari penguasa pribumi. Bangsa Belanda berhasil menguasai penguasa pribumi dengan politik de
vide et impera demi kepentingan kolonial nya.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1824, Belanda dan Inggris menandatangani perjanjian yang disebut dengan Traktat London. Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk menghindari pertikaian
antara Inggris dengan Belanda mengenai daerah jajahan mereka di sekitar Selat Malaka. Inti dari perjanjian ini adalah pertukaran daerah jajahan antara belanda dengan Inggris,
yaitu Inggris menyerahkan Bengkulen pada Belanda dan Belanda Menyerahkan Melaka pada Inggris dan Singapura tidak dituntut lagi. Kemudian mereka berjanji tidak akan
meluaskan daerah jajahannya ke daerah yang bukan haknya sesuai dengan isi perjanjian tersebut yakni Inggris tidak akan mengganggu Sumatera dan Belanda tidak akan
mengganggu Semenanjung Melayu. Keduanya juga berjanji tidak akan melanggar kedaulatan Aceh. Tetapi walaupun perjanjian tersebut sudah ada, namun karena
pertimbangan keuntungan ekonomi, maka masing – masing pihak masih terus meluaskan daerahnya secara diam – diam. Seperti Inggris masih selalu mengincar Sumatera demikian
juga Belanda belum melepaskan tekanannya di Perak dan Selangor.
11
Untuk dapat menguasai daerah Sumatera Timur maka Belanda harus dapat menguasai kerajaan Siak, karena menurut Sultan Siak seluruh Sumatera Timur adalah
daerah jajahannya. Pada tahun1857, ketika Wilson seorang petualang Inggris ingin menguasai kerajaan Siak maka Sultan Siak minta bantuan kepada Belanda yang berpusat di
Batavia. Ketika belanda dapat menguasai petualang Inggris tersebut maka Belanda sudah mulai meminta imbalan jasa dengan mengikat perjanjian dengannya pada tanggal 1
Februari 1858. perjanjian itu disebut juga dengan Traktat Siak yang berisikan kesediaan Sultan Siak untuk tunduk di bawah kekuasaan Belanda. Dengan tekanan Belanda, Siak
mengakui bagian dari Hindia Belanda dan tunduk di Bawah Kedaulatan Agung Belanda.
11
Ibid., Hlm. 61.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perjanjian itu juga dinyatakan bahwa jajahan dan daerah taklukan Siak seperti kerajaan Melayu Sumatera Timur dimasukkan di bawah lindungan pemerintah Hindia
Belanda. Selain itu Siak memohon pula bantuan Belanda untuk mempertahankan daerahnya dari serangan musuh Siak. Atas alasan inilah maka Belanda ekspedisi nya untuk
mengakhiri kemerdekaan kerajaan – kerajaan di Sumatera Timur.
12
Disamping mempengaruhi para penguasa lokal, pemerintah kolonial Belanda juga mengadakan semacam intimidasi dengan mendatangkan kapal perang Reiner Classon yang
Setelah Belanda menandatangani Traktat London pada tahun 1824, Belanda sudah berhak meluaskan kekuasaannya di Sumatera Timur kecuali Aceh, namun perluasan
wilayah itu tidak dapat dilaksanakan karena Belanda belum mendapat alasan yang kuat untuk mengakhiri kemerdekaan raja-raja di Sumatera Timur. Disamping itu masih banyak
faktor yang menghambat perluasan jajahannya ke Sumatera Timur seperti takut akan terulang lagi pengalaman pahit yang dihadapi ketika perang Diponegoro. Sedangkan pada
waktu itu Belanda masih perang dengan Paderi. Untuk merealisasikan amanah dari Sultan Siak ini maka pada tahun 1862 datanglah
ekspedisi Belanda yang pertama ke Sumatera Timur yang dipimpin oleh Residen Riau Elisa Netscher. Dalam kunjungan Netscher tersebut, satu persatu kerajaan di Sumatera Timur
membuat suatu perjanjian dengan Belanda secara paksa yaitu dengan mempropagandakan Kerajaan Siak. Setelah Netscher memperoleh tandatangan dari Kerajaan Panai dan Bilah
maka ia melanjutkan perjalanannya menuju Asahan, Deli, Serdang dan Langkat. Tujuan dari perjanjian yang telah ditandatangani oleh Sultan ini adalah pengakuan raja-raja di
Sumatera Timur terhadap kekuasaan Belanda atas daerahnya.
12
Ibid., Hlm. 63.
Universitas Sumatera Utara
dipimpin oleh Residen Netscher yang mendarat di Pantai Sumatera. Adapun maksud didatangkannya kapal tersebut adalah agar penguasa di Sumatera menjadi takut. Ancaman
dan gertakan ini pada mulanya mendapat jawaban protes dari penguasa daerah di Sumatera Timur akan tetapi pada akhirnya penguasa-penguasa daerah tersebut seperti Sultan Asahan,
Sultan Serdang, dan Sultan Langkat akhirnya tunduk kepada pemerintah kolonial Belanda. Melalui Convernemen Belsuit No. 2. 1867 tanggal 30 November 1867, Belanda
membentuk Afdeling yang terdiri dari : 1.
Onder Afdeling Batu Bara ibukotanya Labuhan Ruku 2.
Onder Afdeling Asahan ibukotanya Tanjung Balai 3.
Onder Afdeling Labuhan Batu ibukotanya Labuhan Batu Pembentukan afdeling ini merupakan suatu taktik dari Belanda untuk dapat
mengikat kerjasama dengan berbagai kerajaan tradisional yang berada dalam lingkungan afdeling dengan cara penandatanganan Korte Verklaaring dan Lange Verklaaring.
Kesultanan Kota Pinang dan Kesultanan Kualuh menandatangani Lange Verklaaring sehingga kedua Kesultanan ini menjadi perantara Belanda untuk mengutip pajak dari
onderdeming-onderdeming atau perkebunan-perkebunan di wilayah tersebut. Sebelum mengadakan perjanjian dengan raja-raja yang mempunyai daerah taklukan
yang luas, Belanda terlebih dahulu menanamkan kesan psikologis dan menunjukkan keunggulan tempur dengan peralatan militer dan memperkenalkan hukum yang berlaku di
Eropa. Sehingga para raja mendapat kesan bahwa Belanda bisa dijadikan sebagai pelindung terhadap raja-raja kecil di sekeliling raja yang luas daerah taklukannya tadi. Dengan
demikian mereka harus tunduk kepada pemerintah Belanda di Nederland yang diwakili oleh Gubernur Jenderal di Batavia.
Universitas Sumatera Utara
Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Batavia menguasai seluruh Nusantara mulai dari Sabang sampai Merauke. Gubernur Jenderal dibantu oleh para residen yang
bertempat tinggal di daerah-daerah. Residen dibantu oleh para asisten residen yang semuanya adalah orang-orang Belanda.
Wilayah Labuhan Batu sebagai bagian dari daerah Sumatera timur sangat menarik bagi kolonialisme baik ditinjau dari segi militer maupun dari segi ekonomi. Kawasan ini
letaknya sangat strategis dekat dengan Semenanjung Malaka dan ramai dilintasi melalui selat Malaka. Disamping itu juga, Labuhan Batu memiliki tanah yang subur sehingga
menghasilkan kekayaan alam yang melimpah. Hasil bumi Labuhan Batu sebelum Belanda memasuki daerah ini antara lain rotan, damar, pinang, kopra, kopi dan hasil laut. Potensi
alam inilah yang telah mendorong kedatangan pengusaha Belanda menanamkan modalnya di daerah ini dan sekaligus menguasainya.
13
Setelah Belanda berhasil menguasai Asahan dan Batu Bara maka daerah lainnya pun di Labuhan Batu mengalami ancaman penaklukan Belanda. Kedatangan Belanda di
daerah Labuhan Batu telah membawa dampak yang negatif, karena kedatangan Belanda tersebut telah memperuncing perselisihan yang ada di antara raja-raja yang lemah dengan
raja-raja yang kuat. Hal ini pulalah yang menyebabkan Kesultanan Kota Pinang jatuh ke dalam kekuasaan penjajah Belanda. Hubungan keluarga antara Kesultanan Kota Pinang
dengan Kesultanan Panai telah terjalin ketika raja Panai Sultan Mangedar Alam menikahi adik perempuan Sultan Bungsu, Sultan Kota Pinang. Dengan adanya hubungan keluarga
tersebut maka Sultan Panai sebagai keluarga ingin menyadarkan Sultan Kota Pinang bahwa
13
Pemda Tk.II Labuhan Batu, Sejarah Pembangunan dalam Negeri Kabupaten Labuhan Batu: 1990. Hlm. 18
Universitas Sumatera Utara
musuh yang sesungguhnya adalah Belanda. Namun Sultan Kota Pinang tetap pada pendiriannya yaitu pro kepada Belanda dengan ambisi pribadi sebagai feudal yang
berkepentingan langsung atas semua sumber ekonomi termasuk hasil-hasil pemerasan tenaga rakyat dan perdagangan budak yang tanpa disadari oleh Sultan Kota Pinang bahwa
ia telah dimanfaatkan oleh Belanda untuk kepentingan kolonial Belanda di Kota Pinang. Oleh sebab itu maka timbullah perselisihan antara Sultan Kota Pinang dengan Sultan Panai
yang mengakibatkan tewasnya Sultan Bungsu. Ini menimbulkan dendam Tengku Mustafa, Sultan Kota Pinang yang menggantikan ayahnya. Ia juga meneruskan politik ayahnya yaitu
sikap pro Belanda. Oleh karena Sultan Mustafa merasa belum cukup kuat dengan tentaranya sendiri menaklukkan sultan Mangedar Alam dari Panai, maka Sultan Mustafa
meminta bantuan Belanda untuk mengalahkan Sultan Panai. Dengan bantuan Belanda maka Sultan Mustafa dapat mengusir Sultan Mangedar Alam dari tempat kedudukannya hingga
terpaksa lari ke Asahan. Lalu Belanda mendirikan pos militer nya di Panai. Dengan dukungan yang didapatkan oleh Sultan Mustafa dari Belanda maka ia
berkesempatan memperteguh posisinya dan melebarkan daerahnya. Tidak lama setelah Belanda mengosongkan pos militernya di Panai, maka Sultan Mangedar Alam, Sultan
Panai, kembali ke istananya dengan tujuan agar dapat mengambil kembali wilayahnya yang sudah dikuasai oleh Sultan Kota Pinang. Setelah Sultan Mustafa mengetahui hal tersebut,
maka Sultan Mustafa kembali menyerang Sultan Mangedar Alam dan berhasil memukul mundur Sultan Mangedar Alam hingga lari kembali ke Asahan untuk yang kedua kalinya.
Melihat situasi yang demikian, permusuhan dan perebutan wilayah yang dilakukan oleh Sultan Mustafa dengan Sultan Mangedar Alam , maka Sultan Asahan bertindak
sebagai juru damai antara Sultan Mustafa dan Sultan Mangedar Alam tersebut sehingga
Universitas Sumatera Utara
mencapai jalan tengah. Sultan Kota Pinang mendapatkan wilayah yang didudukinya dan sebagai juru damai Asahan mendapatkan upah yaitu sebagian wilayah Panai.
Setelah Belanda dapat menaklukkan keempat kesultanan yang ada di Labuhan Batu yakni Kesultanan Kualuh, Kesultanan Panai, Kesultanan Bilah dan Kesultanan Kota
Pinang, maka Belanda kemudian membuat berbagai perjanjian antara lain Korte Veerklaaring yang menyebabkan Kesultanan Kota Pinang menjadi tunduk kepada Belanda
sebagai bawahan dalam sistem pemerintahan sendiri self bestuur sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani merubah status para sultan dari seorang penguasa menjadi seorang
jajahan. Sehingga Sultan menjadi perantara bagi Belanda dalam mengeksploitasi kekayaan alam termasuk yang dimiliki rakyat Kota Pinang. Misalnya rakyat Kota Pinang yang
memiliki kebun karet diberi kupon oleh Sultan dengan ketentuan karet yang dimiliki oleh rakyat tidak boleh dipanen. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk mempermudah
penguasaan dalam perdagangan karet.
14
Sebelum Belanda melakukan perjanjian dengan Siak pada tahun 1858, Kota Pinang sudah lebih dulu melakukan kerja sama dengan Belanda yakni sejak tahun 1838.
15
14
Wawancara dengan Musir Nasution, tanggal 28 Juni 2009
Kota Pinang dan Belanda menjalin hubungan baik dan kerjasama yang saling menguntungkan
antara Sultan dengan Belanda, dimana Sultan memberikan hasil bumi Kota Pinang dan daerah-daerah taklukan Kota Pinang kepada Belanda dan sebaliknya Belanda memberikan
perlindungan pada Kota Pinang dari serangan musuh-musuh Kota Pinang. Sikap pro Sultan kepada Belanda ditunjukkan dengan menaikkan bendera Belanda di depan istananya dan
menggantungkan foto Raja Willem III dengan permaisurinya Emma di tengah-tengah
Universitas Sumatera Utara
dinding istana. Raja Kota Pinang juga telah memperoleh tanda mata berupa tongkat perak yang di hulunya lambang kerajaan Nederland “Je Maintendrai” dan dihadiahi cap mohor
“Alwasiku Billah, Yang Dipertuan Besar Kota Pinang karunia Raja Nederland”. Semua ini menunjukkan bahwa Kota Pinang telah dikuasai oleh Belanda.
16
Menjelang penutupan tahun 1941 tepatnya pada tanggal 8 Desember, bangsa Jepang menampakkan diri di mata dunia. Hal tersebut dikarenakan kemenangan bangsa Jepang
Pada tahun 1887 Sumatera Timur menjadi satu Residensi yang berpusat di Medan dan terbagi atas beberapa afdeling. Salah satu afdeling itu adalah afdeling Labuhan Batu
yang berpusat di Rantau Prapat yang sebelumnya di Labuhan Bilik. Dengan perpindahan pusat afdeling Labuhan Batu maka semakin baik pula birokrasi Belanda di wilayah
Labuhan Batu karena secara tidak langsung Belanda sudah dapat lebih baik mengawasi kerajaan-kerajaan yang di pedalaman. Peranan pemerintah Belanda bukan saja memonopoli
perdagangan tetapi juga sudah menguasai Kesultanan Kota Pinang secara politis. Penguasaan wilayah oleh Sultan Kota Pinang dalam batas yang telah ditentukan
masih mutlak dimana rakyat harus tunduk kepada kesultanan. Tapi kesemuanya ini adalah dibawah pengaruh kekuasaan Belanda. Jika belanda membuat suatu kewajiban terhadap
rakyat harus melalui Sultan Kota Pinang terlebih dahulu sehingga seolah-olah perintah atau peraturan tersebut berasal dari Sultan itu sendiri.
2.5 Masa Penjajahan Jepang