dinding istana. Raja Kota Pinang juga telah memperoleh tanda mata berupa tongkat perak yang di hulunya lambang kerajaan Nederland “Je Maintendrai” dan dihadiahi cap mohor
“Alwasiku Billah, Yang Dipertuan Besar Kota Pinang karunia Raja Nederland”. Semua ini menunjukkan bahwa Kota Pinang telah dikuasai oleh Belanda.
16
Menjelang penutupan tahun 1941 tepatnya pada tanggal 8 Desember, bangsa Jepang menampakkan diri di mata dunia. Hal tersebut dikarenakan kemenangan bangsa Jepang
Pada tahun 1887 Sumatera Timur menjadi satu Residensi yang berpusat di Medan dan terbagi atas beberapa afdeling. Salah satu afdeling itu adalah afdeling Labuhan Batu
yang berpusat di Rantau Prapat yang sebelumnya di Labuhan Bilik. Dengan perpindahan pusat afdeling Labuhan Batu maka semakin baik pula birokrasi Belanda di wilayah
Labuhan Batu karena secara tidak langsung Belanda sudah dapat lebih baik mengawasi kerajaan-kerajaan yang di pedalaman. Peranan pemerintah Belanda bukan saja memonopoli
perdagangan tetapi juga sudah menguasai Kesultanan Kota Pinang secara politis. Penguasaan wilayah oleh Sultan Kota Pinang dalam batas yang telah ditentukan
masih mutlak dimana rakyat harus tunduk kepada kesultanan. Tapi kesemuanya ini adalah dibawah pengaruh kekuasaan Belanda. Jika belanda membuat suatu kewajiban terhadap
rakyat harus melalui Sultan Kota Pinang terlebih dahulu sehingga seolah-olah perintah atau peraturan tersebut berasal dari Sultan itu sendiri.
2.5 Masa Penjajahan Jepang
15
H. Mohd Said, Mengenang Patuan Nan Lobi Melawan Belanda, Harian Waspada Medan, Medan. 1989. Hlm.5
16
Ibid., Hlm. 24.
Universitas Sumatera Utara
dalam perang Pasifik di Pearl Harbour.
17
Jepang memasuki daerah Sumatera Timur pada saat tentara Belanda yang ada di Sumatera Timur terdiri dari KNIL, Stadwacht dan Landswacht berada di bawah pimpinan
Mayor Jenderal RT. Overakker dan Kolonel Gosenson. Colonel Gosenson telah lama melakukan persiapan untuk membangun pertahanan di pegunungan Aceh tengah dengan
maksud sebagai tindakan terakhir untuk melancarkan perlawanan terhadap Jepang oleh Kemenangan Jepang membawa dampak bagi
bangsa Indonesia. Bangsa Jepang mulai memalingkan perhatiannya ke tanah air Indonesia. Hal ini didasarkan karena potensi dan kesuburan tanah di kawasan bangsa Indonesia
yang cukup penting bagi kemajuan industri Jepang. Dapat dianggap bahwa minyak Indonesia menjadi faktor yang menentukan untuk melancarkan perang pada akhir tahun
1941. sesuai dengan kepentingannya pihak Jepang mulai mengadakan serangkaian kampanye untuk menarik simpati dari bangsa Indonesia dengan berbagai semboyan yang
mereka lontarkan seperti : Asia untuk bangsa Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia dan Musnah kan Inggris, Amerika dan Belanda. Untuk
menarik hati rakyat mereka mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih saudara kandung dengan bangsa Jepang.
Sebelum tahun 1941, bangsa Jepang telah dikenal oleh bangsa Indonesia melalui perdagangan. Sementara itu orang Indonesia telah mengenal orang Jepang secara pribadi
dalam bentuk tuan toko. Pada tahun tiga puluhan toko-toko Jepang mulai popular bukan karena harganya saja yang relatif murah, tetapi juga sopan santun pemiliknya. Toko-toko
Jepang menyediakan dan memberikan kesempatan pada orang-orang Indonesia untuk membeli barang-barang yang bermutu bagus.
17
Nip M.S Xarim, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan: Biro Sejarah Prima, 1976. Hlm. 13
Universitas Sumatera Utara
pasukan-pasukan yang berada di bawah komando nya yang berkedudukan di dataran rendah Aceh dan Sumatera Timur. Diperhitungkan bahwa di daerah itu akan berlangsung
suatu perang gerilya yang lama, sehingga berbagai perlengkapan perang telah disediakan seperti perbekalan, amunisi dan obat-obatan. Namun harapan tersebut musnah karena
Jepang telah berhasil menguasai daerah-daerah yang sebelumnya telah dikuasai oleh Belanda di Sumatera.
18
18
Ibid., Hlm. 29.
Untuk menyusup ke tengah-tengah rakyat melancarkan aksi perang gerilya yang sebenarnya, mereka sudah tidak berani karena sikap rakyat yang terang-terangan memusuhi
mereka. Hanya tujuh belas hari sejak pendaratan tentara Jepang di wilayah Sumatera bagian utara, Belanda dapat menghindarkan diri dari buruan Jepang dan sesudah itu mereka pun
terpaksa menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Pada tanggal 13 Maret 1942, pasukan Jepang membagi kekuasaannya ke dalam 3
bagian untuk menguasai daerah-daerah yang ada di wilayah Sumatera Timur. Satu bagian bergerak menuju Medan, satu bagian bergerak menuju Pematang Siantar dan satu bagian
lagi menuju Rantau Prapat yang bergerak ke Labuhan Batu dari Asahan. Tujuan Jepang ke Labuhan Batu adalah untuk menguasai Rantau Prapat karena di
daerah ini berkedudukan controleur Belanda sebagai pusat pemerintahan. Masuknya tentara Jepang di Labuhan Batu tidak mendapat perlawanan sama sekali dari Belanda, begitu juga
dengan penduduk setempat tidak melakukan perlawanan atau reaksi. Hal ini terjadi karena penduduk menganggap bahwa Jepang adalah penyelamat mereka dan karena adanya rasa
benci kepada Belanda.
Universitas Sumatera Utara
Serangan-serangan kilat dan gencar yang dilakukan Jepang berhasil merebut daerah-daerah yang dianggap penting dan berpotensi. Tepat pada tanggal 28 Maret 1942
wakil pemerintahan Belanda Carda Van Starken Bourq Van Houer dan Panglima American – British – Dutch – Australian – Command ABDACOM Jenderal Hein Ter Poorten
berhasil ditangkap dan ditawan di Jepang. Akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Dengan demikian secara otomatis Kota Pinang beralih kekuasaan kepada
kepemimpinan Jepang. Setelah Jepang berkuasa di Kesultanan Kota Pinang terjadi kemerosotan pada
masyarakat terutama di bidang ekonomi. Hal ini disebabkan oleh perang dunia kedua yang sedang terjadi pada saat itu yang mengakibatkan macetnya perdagangan. Perang dunia
kedua ini mengakibatkan Jepang tidak dapat membangun daerah jajahannya karena Jepang menguasai wilayah yang luas. Jajahannya adalah dari sekitar kepulauan Jepang, Jazirah
daratan Asia sampai dengan wilayah Asia Tenggara, sehingga sistem pemerintahan Jepang semerawut karena kekurangan personil untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Oleh
sebab itu, untuk membangun wilayah jajahan dalam waktu singkat tidak mungkin karena Jepang juga termasuk Negara yang terlibat dalam perang dunia kedua. Apalagi menyangkut
masalah ekonomi, hal ini mengakibatkan Jepang lebih menitikberatkan sistem pemerintahannya pada sistem militer. Sistem perekonomian rakyat hampir tidak mendapat
perhatian dari Jepang, bahkan banyak pula tekanan yang harus dipikul oleh rakyat demi tercapainya tujuan Jepang yaitu menguasai seluruh Asia.
Untuk dapat mempertahankan kedudukannya di daerah jajahan Jepang harus membangun pangkalan yang kuat di daerah-daerah yang membutuhkan personil dan modal.
Semua kebutuhan Jepang tersebut dibebankan kepada seluruh rakyat jajahan. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu banyak rakyat Kesultanan Kota Pinang yang dilatih dalam bidang kemiliteran. Biaya untuk membangun sistem pertahanan dan pemerintahan dibebankan kepada rakyat dengan
jalan memperbesar pungutan pajak, distribusi, kerja rodi dan sebagainya. Oleh sebab itu rakyat semakin miskin.
Kehidupan yang seperti ini juga dialami oleh kaum feodal. Sistem dan status yang diberikan oleh Jepang terhadap kaum feudal sangat berbeda dengan yang diberikan oleh
Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda, kemewahan dan keagungan Sultan sangat dihargai, tapi setelah Jepang berkuasa seluruhnya berubah.
Lebih penting dari perubahan ini adalah dalam sebuah upacara-upacara peringatan, perayaan dan hari-hari besar yang terdapat dalam penanggalan Jepang, Sultan dituntut agar
berdiri sejajar dengan para pemimpin politik sambil menyanyikan lagu yang sama mengagung-agungkan Jepang. Yang lebih parahnya lagi adalah Sultan dan kerabat nya
harus mengayunkan cangkul untuk memberi contoh teladan tentang pertanian atau ikut gotong royong secara “sukarela” dalam pembuatan jalan yang diwajibkan kepada mereka
karena keadaan ekonomi yang semakin memburuk.
19
Sikap yang dilahirkan oleh Jepang tersebut membuat kebencian di hati Sultan. Pada saat itu rasa ketidakmampuan di hati Sultan untuk melawan Jepang sudah semakin besar
karena sistem pemerintahan Jepang. Sistem pemerintahan Jepang di Kesultanan Kota Pinang pada hakekatnya hanya melanjutkan system pemerintahan sebelumnya yang telah
dibuat oleh Belanda. Tetapi karena situasi dan kepentingan yang berbeda maka sistem pemerintahan pun berbeda. Pada masa pemerintahan Belanda, sistem pemerintahan dititik
19
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987. Hlm. 180
Universitas Sumatera Utara
beratkan kepada perekonomian. Sedangkan pada masa Jepang sistem pemerintahan dititikberatkan pada bidang pertahanan. Untuk memperkuat pertahanan tersebut maka
Jepang mendidik rakyat Indonesia dalam bidang kemiliteran, sehingga banyak rakyat yang masuk ke dalam angkatan perang Jepang.
Luas wilayah yang dikuasai oleh Jepang menuntut agar sistem pemerintahan lebih efektif. Tetapi karena personil Jepang kurang memadai maka banyak rakyat Indonesia yang
diangkat menjadi pegawai negeri Jepang sebagai penguasa setempat. Seperti jabatan wakil controleur diangkat dari penduduk setempat, yaitu Tengku Hasnah Tengku Besar Kerajaan
Bilah serta mengangkat Tengku Long Anak yang Dipertuan Kota Pinang dan Tengku Darmansyah putra yang Dipertuan Kualuh menjadi pegawai tinggi pemerintahan militer
Jepang. Dengan demikian banyak rakyat Indonesia yang mengerti tentang sistem pemerintahan dan juga sistem pertahanan, seperti Heiho, Kubodan, Seinendan dan
sebagainya. Maka pendudukan Jepang di Labuhan Batu adalah masa yang paling pahit dirasakan
oleh penduduk. Banyak orang tua yang kehilangan anaknya karena dikirim menjadi romusha ke daerah lain. Keadaan ekonomi cukup parah, hampir semua kebutuhan pokok
tidak didapati lagi di pasaran. Sistem pendidikan juga dimanfaatkan oleh Jepang untuk kepentingan militernya.
Kurikulum pendidikan diatur demi kepentingan militer Jepang, setiap hari ada pelajaran baris-berbaris dan setiap pelajaran diawali dengan Seikerei penghormatan kepada Kaisar
Jepang dengan menghadapkan muka ke Tokyo kemudian diikuti dengan Taiso gerak badan.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pemerintahan dan kepemimpinan yang diberikan Jepang sangat berbeda dengan sistem pemerintahan Belanda dimana seluruh jabatan dipegang oleh Belanda
sehingga rakyat tidak tahu tentang bentuk pemerintahan. Pengalaman yang rakyat peroleh pada masa Jepang kemudian dapat dimanfaatkan pada permulaan revolusi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KONDISI KESULTANAN KOTA PINANG SESUDAH PROKLAMASI RI
3.1 Sikap Kesultanan Kota Pinang Terhadap Proklamasi RI