BAB II PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN FAKTOR-FAKTOR
PENYEBABNYA
A. Pengertian Perselisihan Hubungan Industrial
Perselisihan hubungan industrial merupakan istilah baru yang diperkenalkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial UU PPHI. Undang-Undang sebelumnya, yaitu Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan serta
Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan menggunakan istilah Perselisihan Perburuhan. Terdapat perbedaan
pengertian menurut ketiga undang-undang tersebut, yaitu : Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 memberikan pengertian
perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perserikatan majikan dengan perserikatan buruh atau sejumlah buruh berhubung dengan tidak
adanya persesuaian paham antara hubungan kerja dan atau keadaan perburuhan.
43
Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 disebutkan perselisihan perburuhan adalah pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan
43
Pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Universitas Sumatera Utara
serikat buruh berhubung dengan tidak adanya persesuaian paham, mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan.
44
Dari kedua rumusan tersebut menurut Zaeni Asyadie sebenarnya yang perlu mendapat perhatian adalah para pihak yang berselisih, menurut undang-undang
darurat, dari pihak buruh yang boleh menjadi pihak dalam perselisihan disamping organisasi buruh adalah juga sejumlah buruh yakni beberapa orang buruh tanpa ikatan
organisasi. Jadi beberapa orang buruh secara bersama-sama dapat menuntut majikan di depan persidangan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.
45
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957, dari pihak buruh yang dapat menuntut
dalam penyelesaian hanyalah organisasi buruh saja, hal ini tidak lain maksudnya adalah untuk merangsang para buruh untuk bergabung dalam satu organisasi,
sedangkan persamaan dari kedua undang-undang tersebut menurut Imam Soepomo, adalah baik Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951 maupun Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1957 sama-sama tidak memperbolehkan seorang buruh buruh perorangan menjadi penuntut dalam perselisihan.
46
Bagi perselisihan perburuhan perseorangan yaitu tentang pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha di
atur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dan Peraturan Menaker No.Per-04MEN1986 tentang
44
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
45
Zainal Asikin, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Jakarta : Rajawai Pers, 1993, hlm. 165.
46
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan Bidang Aneka Putusan P4, Jakarta : Pradya Paramita, 1978, hlm.9-10.
Universitas Sumatera Utara
Tata Cara Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian.
Setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 UU PPHI munculah istilah Perselisihan Hubungan Industrial sebagai pengganti istilah
Perselisihan Perburuhan. Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tersebut yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaburuh karena adanya
perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh dalam satu
perusahaan.
47
Nampak dalam UU PPHI ini, pihak yang berselisih adalah pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh. UU
PPHI memperkenankan buruhpekerja perseorangan untuk menjadi pihak dalam perselisihan, hal mana tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang Darurat Nomor 16
Tahun 1951 maupun Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957. Hal lain yang menjadi tambahan adalah adanya perselisihan antara serikat pekerjaserikat buruh dalam satu
perusahaan, yang lahir untuk mengantisipasi terjadinya perselisihan yang terjadi antar serikat pekerjaserikat buruh tingkat perusahaan yang timbul karena lahirnya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Buruh Serikat Pekerja.
47
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Universitas Sumatera Utara
Uwiyono dalam tulisannya mengajukan pertanyaan sehubungan dengan pengertian perselisihan hubungan industrial ini, yaitu apakah perselisihan antar
serikat pekerjaserikat buruh dapat mengakibatkan perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dengan pekerjaserikat pekerja? Para pihak yang berselisih dalam
rumusan Pasal 1 ayat 1 tersebut di atas membingungkan sebab di satu pihak hanya pengusahagabungan pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja yang menjadi
pihak dalam perselisihan hubungan industrial, di lain pihak perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh, yang pada pihaknya adalah serikat pekerja dengan serikat
pekerja, dikatagorisasikan sebagai salah satu perselisihan yang menimbulkan perselisihan hubungan industrial.
48
B. Sejarah Perselisihan Hubungan Industrial