MEKANISME DAN KEKUATAN MENGIKAT PENYELESAIAN

BAB III MEKANISME DAN KEKUATAN MENGIKAT PENYELESAIAN

PERSELISIHAN ANTARA PEKERJA DENGAN PENGUSAHA DI LUAR PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL A. Model Penyelesaian Perselisihan Antara Pekerja Dengan Pengusaha di Luar Pengadilan Hubungan Industrial Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Sebelum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial UUPHI berlaku, penyelesaian perselisihan hubungan industrial dapat dilakukan melalui pengadilan Adjudication atau di luar pengadilan Non-Adjudication. Pasal 116 g Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indoneie RO Stbl Nomor 23 Tahun 1847 menyebutkan bahwa ”Penagihan mengenai perjanjian kerja dan perjanjian perburuhan dengan tidak melihat jumlah uang itu, tidak melihat golongan warga negara dari pihak yang bersangkuatan, pada tingkat pertama diadili oleh Pengadilan Negeri Hakim Residentie”. Kemudian Pasal 2a RO menyebutkan bahwa : ”Suatu pekerjaan, baik sebagian maupun seluruhnya dilaksanakan di Indonesia, maka Hakim Indonesia berhak untuk mengadilinya”. Jenis perselisihan yang dapat diselesaikan melalui pengadilan ialah jenis perselisihan hak dan bersifat individual maupun kolektif. Tata cara atau prosedur penuntutan di Pengadilan Negeri mengenai masalah perburuhan ini tunduk kepada Hukum Acara Perdata yang berlaku di Indonesia yaitu Universitas Sumatera Utara melalui proses gugat menggugat. Putusan Pengadilan Negeri terhadap masalah perburuhan ini berupa sanksi perdata. Tetap dengan mengindahkan ketentuan di atas, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 memberikan wewenang kepada Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan P4 untuk menyelesaikannya, dengan demikian mengenai perselisihan hak ini, dalam bidang perburuhan ada dua instansi atau badan yang berwenang menyelesaikannya yaitu Pengadilan Negeri dan P4. Terhadap kedua badan tersebut dibedakan sebagai berikut : 1. Pihak yang dapat menuntut di depan P4 hanya majikan dan organisasi buruh saja, sedangkan buruh secara perorangan mengajukan tuntutannya ke Pengadilan Negeri. 2. Sanksi putusan Pengadilan Negeri hanya semata-mata sanksi perdata, sedangkan putusan P4 selain dikenai pidana kurungan dapat juga dikenai hukuman denda. 87 3. Upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan Pengadilan Negeri adalah banding, kasasi dan peninjauan kembali sedangkan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan P4 adalah mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, karena putusan P4 dikatagorikan sebagai keputusan tata usaha negara, dan jika masih ada pihak yang tidak puas terhadap putusan Pengadilan TUN maka dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. 87 Zainal Asikin, Op.Cit, hlm.166-167. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, penyelesaian non-pengadilan dapat dilakukan melalui negosiasi para pihak yang berselisih bipartit atau dengan melibatkan pihak ketiga tripartit. Penyelesaian secara tripartit ini dapat menggunakan DewanJuru Pemisah yaitu melalu Arbitrase atau melalui Pegawai Perantara yaitu melalui mediasi atau konsiliasi atau penyelesaian di Panitian Penyelesaian Perselisihan Perburuhan P4 Daerah atau Pusat. Sekarang menurut UU PPHI, penyelesaian perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu bipartit, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. Cara ini sebenarnya sudah dikenal dalam undang-undang sebelumnya. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu mengenai mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial di luar pengadilan tersebut.

1. Bipartit

Upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit ini harus dilakukan terlebih dahulu oleh pekerjaburuh dan pemberi kerja pengusaha terhadap semua jenis perselisihan hubungan industrial. 88 Dari perundingan bipartit ini diharapkan akan tercapai kesepakatan penyelesaian tanpa campur tangan pihak ketiga. Hal ini dapat dimengerti karena sebetulnya yang paling mengetahui duduk permasalahan dan berperan dalam perselisihan yang terjadi adalah pekerjaburuh dan pengusaha. 88 Peranan lembaga kerja sama bipartit tingkat perusahaan harus lebih diperkuat dalam menangani persoalan internal. Penyelesaian di tingkat perusahaan dinilai lebih baik ketimbang melibatkan pihak ketiga yang belum tentu memahami keinginan kedua belah pihak. Hubungan Industrial, Bipartit Internal Harus Lebih Diperkuat, dalam http:kompas.co.idreadxml2009020321332352hubungan.industrial.bipartit.internal.harus.lebih.di perkuat , Diakses tanggal 20 Mei 2009. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

Implementasi Kebijakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

0 2 1

PENGARUH UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

0 0 13

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UU NOMOR 2 TAHUN 2004

0 0 13

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA

0 0 23

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN - Penyelesaian Perselisihan Ketenagakerjaan Melalui Mediasi Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Perkara Pemutusan Hubungan Kerja di PT. Elfrida Plastik Industri

0 0 19

ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Analisis hukum penyelesaian sengketa ketenagakerjaan di kota Pangkalpinang berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 24

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SEMARANG TENTANG PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (STUDI KASUS TENTANG PUTUSAN PERKARA NOMOR 27/PDT.S

0 0 12