Disahkannya UU PPHI ini pada tanggal 16 Desember 2003 menyebabkan segala bentuk penyelesaian perselisihan perburuhan akan mengikuti ketentuan yang
berlaku menurut undang-undang ini. Pada ketentuan penutup UU PPHI ini dijelaskan undang-undang ini baru akan berlaku setahun setelah setelah diundangkan dan
dengan berlakunya undang-undang tersebut maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta dinyatakan tidak berlaku lagi serta semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 dan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1964 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam UU PPHI.
C. Jenis-Jenis Perselisihan Hubungan Industrial
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial membagi perselisihan hubungan industrial menjadi beberapa
jenis yaitu : a.
Perselisihan hak b.
Perselisihan kepentingan c.
Perselisihan pemutusan hubungan kerja d.
Perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
a. Perselisihan Hak
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 menjelaskan perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat
adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan perundang- undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
58
Perselisihan hak dapat juga disebut perselisihan hukum yang diakibatkan tidak ditaatinya kesepakatan yang telah diperjanjikan termasuk didalamnya
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, pihak yang satu menafsirkan lain terhadap kesepakatan tersebut.
59
b. Perselisihan Kepentingan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 3 menyebutkan pengertian perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian mengenai pembuatan, danatau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan,
58
Abdul Khakim berpendapat perselisihan hak rechtsgeschillen ialah perselisihan yang timbul karena salah satu pihak tidak memenuhi isi perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian
perburuhan atau ketentuan perundangan ketenagakerjaan, contoh pengusaha tidak membayar gaji sesuai perjanjian Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 90.
59
Iman Soepomo mengatakan perselisihan hak ini terjadi karena tidak adanya persesuaian paham mengenai pelaksanaan hubungan kerja Jakarta : Djambatan, 1983, hlm 97. Sedangkan
H.P.Rajagukguk berpendapat jika perselisihan hak adalah perselisihan hukum, yakni perselisihan kolektif atau perselisihan perorangan antara majikan atau serikat majikan dengan serikat buruh atau
buruh perorangan mengenai pelaksanaan atau penafsiran perjanjian perburuhan atau perjanjian kerja.
Universitas Sumatera Utara
atau perjanjian kerja bersama.
60
Jadi perselisihan jenis ini timbul karena perbedaan paham dari para pihak dalam pembuatan atau perubahan syarat-syarat kerja.
Perselisihan kepentingan berbeda dengan perselisihan hak, dalam perselisihan hak, objek sengketanya adalah tidak dipenuhinya hak yang telah ditetapkan karena
adanya perbedaan dalam implementsi atau penafsiran ketentuan peraturan perundang- undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang
melandasi hak yang disengketakan. Jadi hendaknya harus berhati-hati dalam membuat perjanjian kerja, peraturan perusahaan serta kesepakatan kerja bersama agar
tidak menimbulkan penafsiran lain sedangkan perselisihan kepentingan objek sengketanya karena tidak adanya kesesuaian pahampendapat mengenai pembuatan,
danatau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
Perselisihan pemutusan hubungan kerja menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 4 adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
61
60
Abdul Khakim menyatakan perselisihan kepentingan belangengeschillen adalah perselisihan yang terjadi akibat dari adanya perubahan syarat-syarat perburuhan atau yang timbul
karena tidak ada persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja dan atau keadaan perburuhan, contoh pekerja menuntut kenaikan tunjangan makan Bandung : Citra Aditya Bakti , 2003, hlm.91.
61
PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerjaburuh dan pengusaha Pasal 1 Angka 25 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini dibandingkan jenis perselisihan lain, perselisihan jenis inilah yang paling banyak terjadi, walaupun dalam perundang-undangan sudah cukup jelas
diterangkan tentang pemutusan hubungan kerja ini tetapi masih saja masing-masing pihak berbeda pendapat tentang pemutusan hubungan kerja.
Di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah dijelaskan mengenai tata cara PHK. Menurut undang-undang ini PHK tidak
boleh dilakukan terhadap pekerja dengan alasan :
62
a. Pekerjaburuh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 dua belas bulan secara terus menerus. b.
Pekerjaburuh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. c.
Pekerjaburuh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya. d.
Pekerjaburuh menikah e.
Pekerjaburuh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau menyusui bayinya.
f. Pekerjaburuh mempunyai pertalian darah danatau ikatan perkawinan dengan
pekerjaburuh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
g. Pekerjaburuh mendirikan, menjadi anggota danatau pengurus serikat
pekerjaserikat buruh, pekerjaburuh melakukan kegiatan serikat pekerjaserikat
62
Pasal 153 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang di atur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama. h.
Pekerjaburuh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan.
i. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan. j.
Pekerjaburuh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan. Akibatnya jika terjadi pemutusan hubungan kerja dengan alasan di atas maka
PHK tersebut menjadi batal demi hukum dan pengusaha harus mempekerjakan kembali pekerjanya.
Adapun alasan yang diperbolehkan menjadi dasar pemutusan hubungan kerja adalah :
63
a. karena pekerja melakukan kesalahan berat
64
b. karena pekerja di tahan pihak yang berwajib
c. karena telah diberikan surat peringatan ketiga
d. karena perubahan status perusahaan
63
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 183.
64
Pasal ini telah dibatalkan oleh putusan Putusan Mahkamah Konstitusi MK bernomor
012PUU-12003 .
Universitas Sumatera Utara
e. karena perusahaan tutup
f. karena perusahaan pailit
g. karena pekerja meninggal dunia
h. karena pekerja pensiun
i. karena pekerja mangkir
j. karena pengusaha melakukan perbuatan yang tidak patut.
k. karena kemauan diri sendiri
l. karena sakit berkepanjangan atau sakit akibat kecelakaan kerja
Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam kaitannya dengan kasus PHK yang diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan
tidak berfungsi sebagai lembaga pemberi izin PHK sebagaimana halnya dengan P4DP4P, tetapi menilai apakah PHK yang dilakukan oleh para pihak telah sesuai
dengan hukum atau tidak, termasuk hal-hak yang diperoleh sebagai akibat dari PHK tersebut.
65
Selain kewenangan PHK yang datang dari pengusaha, pekerjaburuh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan perbuatan sebagai berikut :
66
65
Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di Luar Pengadilan, Jakarta : Rajawali Pers, 2004, hlm. 50.
66
Lihat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
i. Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerjaburuh.
ii. Menbujuk danatau menyuruh pekerjaburuh untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. iii.
Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama tiga tiga bulan berturut-turut atau lebih.
iv. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada pekerjaburuh.
v. Memerintahkan pekerjaburuh untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan. vi.
Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, kesusilaan pekerjaburuh sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicantumkan dalam
perjanjian kerja.
e. Perselisihan Antar-Serikat PekerjaSerikat Buruh dalam Satu Perusahaan
Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 menyebutkan Perselisihan Antar-Serikat PekerjaSerikat Buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerjaserikat buruh dengan serikat pekerjaserikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan,
pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat-pekerjaan. Saat ini sudah diterbitkan undang-undang khusus serikat pekerjaserikat buruh
yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh. Di dalam undang-undang ini memberikan kemudahan kepada buruh untuk
membentuk serikat pekerjaserikat buruh di tingkat perusahaan. Hanya dengan
Universitas Sumatera Utara
minimum 10 orang pekerja dalam suatu perusahaan sudah dapat di bentuk serikat pekerjaserikat buruh. Di dalam undang-undang ini juga dijelaskan siapapun tidak
dapat memaksakan kehendak dalam pembentukan atau tidak melakukan pembentukan serikat pekerjaserikat buruh.
Pengelompokan jenis-jenis perselisihan tersebut kembali di kritik oleh Uwiyono, menurutnya pengelompokan jenis perselisihan dalam UU PPHI ini tidak
benar. Hal ini disebabkan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja tidak dalam satu tataran dengan perselisihan hak atau hukum dan
perselisihan kepentingan. Pengkatagorian jenis perselisihan hakhukum dan perselisihan kepentingan didasarkan faktor penyebabnya yaitu adanya
ketidaksepahaman tentang pelaksanaan aturan hukum, perbedaan perlakuan, dan perbedaan penafsiran suatu ketentuan hukum untuk perselisihan hak, dan
ketidaksepahaman tentang perubahan syarat-syaratkondisi kerja untuk perselisihan kepentingan. Perselisihan PHK, perselisihan upah lembur, perselisihan jaminan
sosial, perselisihan kesehatan dan keselamatan kerja adalah contoh-contoh dari perselisihan hakhukum, sedangkan perselisihan antar serikat pekerjaburuh dilihat
dari subjek yang berselisih selanjutnya perselisihan yang terjadi antar serikat buruhpekerja jika dilihat dari faktor pekerjanya adalah ketidaksepahaman tentang
perbedaan pelaksanaan suatu aturan hukum atau perbedaan penafsiran suatu aturan hukum yang masuk dalam katagori perselisihan hak atau perselisihan hukum.
67
67
Aloysius Uwiyono, Op.Cit
Universitas Sumatera Utara
D. Perselisihan Dalam Hubungan Industrial Pancasila