Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perselisihan antara pekerja dengan pengusaha terjadi disebabkan oleh bebarapa faktor, yakni faktor yang berasal dari internal dan faktor yang berasal dari eksternal. Faktor yang berasal dari internal antara lain karena tidak dilaksanakan hak dan kewajiban masing-masing pihak, tidak adanya keterbukaan dari manajemen perusahaan, sedang faktor yang berasal dari eksternal seperti akibat adanya kebijakan pemerintah, kenaikan harga kebutuhan. Perselisihan juga dapat didahului oleh suatu pelanggaran hukum dan bisa juga terjadi tanpa didahului oleh suatu pelanggaran. Perselisihan yang didahului oleh pelanggaran hukum antara lain berupa perlakuan pengusaha yang diskriminatif, pekerja melakukan tindakan yang tidak disiplin seperti malas, mengganggu pekerja lain, mencuri. Adapun perselisihan yang tidak didahului suatu pelanggaran dapat terjadi karena faktor perbedaan penafsiran terhadap Perjanjian Kerja Bersama atau peraturan perundang-undangan atau tidak tercapainya kesepahaman tentang syarat-syarat kerja. 2. Mekanisme penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha di luar pengadilan adalah terlebih dahulu dapat dilakukan dengan cara bipartit yakni penyelesaiannya dengan musyawarah untuk mufakat. Apabila penyelesaian Universitas Sumatera Utara secara bipartit tidak menemui kesepakatan maka para pihak yang berselisih dapat memilih penyelesaian secara konsiliasi dan arbitrase, kalau konsiliasi dan arbitrase tidak dipilih maka otomatis penyelesaian perselisihan akan dilakukan dengan mediasi di Dinas Tenaga Kerja. Adapun kekuatan mengikat dari penyelesaian perselisihan di luar Pengadilan Hubungan Industrial tergantung jenis penyelesaian perselisihan tersebut, untuk penyelesaian secara bipartit, mediasi dan konsiliasi maka hasil perundingannya bukanlah sesuatu yang harus dihasilkan tetapi apabila terjadi kesepakatan maka kesepakatan tersebut harus didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial sehingga menjadi mengikat bagi kedua belah pihak dan apabila terjadi pelanggaran dari salah satu pihak maka pihak yang dirugikan dapat meminta dilakukan eksekusi. Berbeda dengan penyelesaian secara biparit, mediasi dan konsiliasi, maka pada penyelesaian arbitrase keputusannya bersifat final dan tetap serta mengikat kedua belah pihak. 3. Di dalam pelaksanaannya proses penyelesaian perselisihan antara pekerja dengan pengusaha melalui lembaga di luar pengadilan tidak dapat berjalan efektif, hanya penyelesaian secara biparit dan mediasi yang sudah berjalan sedangkan penyelesaian secara konsiliasi dan arbitrase tidak berjalan. Hal ini dikarenakan dua cara penyelesaian ini tidak begitu di kenal, penyelesaian konsiliasi dan arbitrase tidak dapat menyelesaikan seluruh jenis perselisihan, penyelesaian arbitrase harus membayar, susahnya tercapai kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja untuk memilih penyelesaian secara konsiliasi dan arbitrase serta tidak jelasnya rekam jejak dari konsiliastor dan arbiter. Begitupun sudah berjalan, Universitas Sumatera Utara penyelesaian secara bipartit dan mediasi juga masih banyak masalah. Permasalahan dalam proses bipartit antara lain sulitnya mengajak pengusaha untuk melakukan perundingan, pengusaha sering menunda-nunda atau tidak bersedia melakukan perundingan dengan alasan bermacam-macam, apabila terjadi perundinganpun wakil yang diutus perusahaan biasanya orang yang tidak berwenang untuk mengambil keputusan. Masalah lain adalah pengusaha seringkali tidak bersedia menandatangani berita acara perundingan dan sengaja tidak mau menyelesaikan perselisihan dengan pekerja. Permasalahan dalam proses mediasi adalah seringnya penyelesaian yang berlarut-larut, hal ini dikarenakan pengusaha yang tidak datang sehingga harus di panggil berkali-kali, mediator juga terkadang kurang ahli dalam meyelesaikan perselisihan dan faktor kurangnya tenaga mediator juga menjadi kendala.

B. Saran

Dokumen yang terkait

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

Implementasi Kebijakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung

0 2 1

PENGARUH UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

0 0 13

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UU NOMOR 2 TAHUN 2004

0 0 13

MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI KLAS IA SAMARINDA

0 0 23

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN - Penyelesaian Perselisihan Ketenagakerjaan Melalui Mediasi Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Perkara Pemutusan Hubungan Kerja di PT. Elfrida Plastik Industri

0 0 19

ANALISIS HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Analisis hukum penyelesaian sengketa ketenagakerjaan di kota Pangkalpinang berdasarkan undang-undang nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 24

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SEMARANG TENTANG PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (STUDI KASUS TENTANG PUTUSAN PERKARA NOMOR 27/PDT.S

0 0 12