BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini, dunia bisnis sedang menghadapi adanya perubahan yang terus menerus terjadi kurun waktu yang cukup singkat. Perubahan yang terjadi
dalam dunia bisnis turut menjadi pemicu bagi organisasi untuk terus menerus melakukan perubahan secara konstan agar dapat mencapai sebuah kesuksesan
Madsen, Miller John, 2005. Kata “perubahan” sendiri mengandung arti sebagai proses yang mengubah tindakan, reaksi, dan interaksi seseorang untuk
bergerak dari keadaan organisasi saat ini menuju keadaan masa depan yang diinginkan.
Pelaksanaan perubahan dalam organisasi tidak lepas dari adanya faktor- faktor yang berkontribusi terhadap efektivitas pelaksanaan perubahan tersebut.
Salah satu faktor yang dapat berkontribusi terhadap efektivitas tersebut adalah kesiapan individu untuk berubah. Kesiapan individu untuk berubah
direfleksikan ke dalam kepercayaan, sikap, dan intensi anggota organisasi terhadap pelaksanaan perubahan dalam suatu organisasi. Kepercayaan, sikap,
dan intensi tersebut bergantung pada sejauh mana perubahan tersebut diperlukan dan kapasitas organisasi untuk melaksanakan perubahan tersebut
dengan sukses. Kesiapan merupakan tanda kognitif terhadap tingkat laku, baik
menahan resistensi maupun mendukung usaha untuk melaksanakan perubahan Ciliana, 2008.
Kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat kepuasan kerja yang dimiliki. Kepuasan kerja seseorang juga dipengaruhi baik dari dalam maupun
dari luar. Untuk sisi internal, tentu kepuasan kerja seseorang akan menyangkut komitmennya dalam bekerja, baik komitmen profesional maupun komitmen
organisasional. Sedangkan dari sisi eksternal, tentu kepuasan kerja dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka bekerja, baik dari atasan,
bawahan, maupun setingkat Amilin dan Dewi, 2008. Perubahan lingkungan, khususnya lingkungan bisnis dan organisasi saat
ini tidak sekedar berjalan sangat cepat tetapi bersifat tidak pasti. Implikasinya muncul fenomena-fenomena baru seperti globalisasi, dunia tanpa batas atau
hilangnya batas-batas antar negara, antar daerah, bahkan antar individu. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan selalu berubah seperti
saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengantisipasi ke depan yang lebih relevan dengan situasi kompleks seperti sekarang ini.
Sukses suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi itu untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan strategik yang dengan
perubahan yang terjadi akan dapat tumbuh dan berkembang. sebaliknya organisasi yang tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan
mengalami kemunduran, oleh karena itu sangat perlu bagi organisasi untuk memahami perubahan lingkungan strategik karena perubahan tersebut
menuntut adanya perubahan paradigma di dalam mengelola organisasi Ujianto dan Alwi, 2005.
Untuk selalu siap menghadapi perubahan yang selalu terjadi tersebut, Kantor Akuntan Publik KAP sebagai salah satu bisnis di bidang jasa
keuangan dituntut untuk selalu memberikan perhatian yang besar pada upaya- upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Upaya-upaya tersebut
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat struktural ataupun yang bersifat fungsional. Pendidikan dan pelatihan saja tidaklah
cukup, diperlukan adanya pembinaan dan motivasi kerja auditor untuk menumbuhkan komitmen yang kuat dalam rangka meningkatkan prestasinya.
Hal tersebut sangatlah penting mengingat perhatian orang terhadap komitmen dewasa ini semakin besar, terutama disebabkan adanya pemahaman bahwa
kinerja berkaitan erat dengan komitmen Meyer, J.P., Allen, N.J., Smith, C.A., 1993.
Komitmen anggota organisasi menjadi hal penting bagi sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidup organisasi apapun bentuk
organisasinya. Komitmen menunjukkan hasrat karyawan sebuah perusahaan untuk tetap tinggal dan bekerja serta mengabdikan diri bagi perusahaan
Amilin dan Dewi, 2008. Selain itu, pekerjaan sebagai sarana perealisasian diri manusia, maka
manusia harus bekerja dan pekerjaan itu harus menggembirakan, konsekuensinya adalah pekerjaan harus memberikan manusia kepuasan.
Tetapi kenyataannya tidak semua auditor merasakan kepuasan ketika menghadapi pekerjaan. Manusia merasa terasing dengan pekerjaan dan
bereaksi negatif terhadap pekerjaannya. Di sini terlihat bahwa pekerjaan yang didapatkan merupakan keterpaksaan yang mesti diterimanya karena tidak ada
alternatif lain. Jika ini terjadi maka auditor akan bekerja semaunya, tingkat mangkir kerja yang tinggi, tidak produktif dan pada puncaknya terjadi
perpidahan kerja. Terlibatnya individu dalam organisasi dengan bekerja secara baik untuk
mencapai tujuan organisasi merupakan kondisi ideal yang diharapkan Robbins, 2003. Individu dituntut tidak hanya berkomitmen pada tugas
spesifik, tetapi juga pada organisasi tempat ia bekerja. Greenberg Baron 2003 menyatakan komitmen organisasi yang tinggi pada diri karyawan akan
menguntungkan organisasi, karena akan membuat karyawan lebih stabil dan produktif. Tingkat komitmen organisasi yang tinggi mengespresikan
kesediaan karyawan untuk berkontribusi sebagai bagian dari keyakinan pada kesamaan nilai dan tujuan dengan organisasi. Menurut Robbins 2005
terdapat hubungan yang positif antara komitmen organisasi dan produktivitas kerja serta hubungan negatif antara komitmen organisasi dengan absenteeism
ataupun dengan turnover. Robbins 2001 mendefinisikan komitmen organisasi pada organisasi
yaitu sampai tingkat mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Sedangkan menurut Hatmoko 2006, komitmen
organisasional adalah loyalitas karyawan terhadap organisas melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan
untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi.
Dalam membahas komitmen organisasi maka tidak dari membahas nilai. Beberapa ahli komitmen organisasi menyatakan budaya dengan nilai sebagian
pusat budaya menjadi antecedent penting komitmen organisasi. Meyer Allen 1991 menyatakan bahwa 3 faktor komitmen organisasi pada individu
adalah: 1 penerimaan dan keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, 2 kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas
nama organisasi, dan 3 keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi.
Penelitian mengenai komitmen dan kepuasan kerja merupakan topik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena masalah kepuasan kerja akan
terus muncul dalam organisasi, serta masih ditemukannya perbedaan antara beberapa hasil penelitian terdahulu, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan
penelitian lanjutan, terutama dalam bidang akuntansi keperilakuan. Hasil penelitian Tresnaningsih 2003 menyatakan bahwa 1 komitmen
organisasional dan komitmen profesional berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja, serta 2 komitmen organisasional dan komitmen profesional
berpengaruh secara tidak langsung terhadap kepuasan kerja melalui motivasi sebagai variabel intervening. Dalam kesimpulannya Tresnaningsih 2003
menyatakan bahwa pengaruh langsung dari komitmen organisasional dan
komitmen professional terhadap kepuasan kerja lebih besar dari pengaruh tidak langsung komitmen organisasional dan komitmen profesional terhadap
kepuasan kerja melalui motivasi, sehingga pengaruh tidak langsung melalui motivasi dapat diabaikan. Hasil penelitian Panggabean 2004 menyatakan
bahwa komitmen organisasional merupakan mediator variabel dalam hubungan antara kepuasan kerja terhadap keinginan untuk pindah kerja.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh Lekattompessy 2003 juga menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara profesionalisme
dengan komitmen organisasional. Penelitian yang dilakukan terhadap akuntan publik tersebut menunjukkan bahwa akuntan yang memiliki sikap
profesionalisme tinggi akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap KAP. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini
karena cukup penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa
besar variabel independen mempengaruhi variabel intervening, independen mempengaruhi variabel dependen, dan juga seberapa besar pengaruh variabel
intervening dapat mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka skripsi ini diberi judul
“Pengaruh Komitmen Organisasi dan Komitmen Profesional terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik dengan Sikap Perubahan sebagai Variabel
Intervening Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta”.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ujianto dan Alwi 2005. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut: 1 Ada penambahan satu variabel intervening, yaitu variabel sikap perubahan yang diperoleh dari penelitian
Anik dan Arifuddin 2003. Penambahan variabel sikap perubahan selain disarankan oleh penelitian terdahulu, variabel tersebut juga merupakan bagian
dari penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya kegiatan di dalam organisasi. Keberhasilan dan kepuasan kerja seseorang auditor dalam
suatu pekerjaannya banyak ditentukan oleh sikap perubahan organisasi yang dimiliki seorang auditor agar menghasilkan kinerja yang maksimal. Penelitian
sebelumnya hanya menguji analisis pengaruh komitmen profesional dan komitmen organisasional terhadap kepuasan kerja karyawan pada Bank
Bukopin Yogyakarta. Sedangkan penelitian ini menguji pengaruh komitmen organisasional dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja akuntan
publik dengan sikap perubahan sebagai variabel intervening. 2 Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis jalur
path analysis untuk menguji korelasi atau hubungan dan pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel intervening
dan variabel dependen, dan antara variabel intervening terhadap variabel dependen. Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan metode analisis
regresi linear berganda untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dan 3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel karyawan yang
bekerja pada Bank Bukopin Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah