lxxviii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta BEJ atau Jakarta Stock Exchange JSX adalah sebuah
bursa saham di
Jakarta ,
Indonesia . Bursa Efek Jakarta merupakan salah
satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya melakukan
pengabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru
Bursa Efek Indonesia .
PT Bursa Efek Jakarta BEJ pertama kali berdiri pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui
Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. selama dua
dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh pemberhentian kegiatan sepanjang decade 60-an dan awal 70-an. Pada tahun
1977, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar decade 80-an dan
awal 90-an, BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia disingkat BEI, dalam Bahasa Inggris
Indonesia Stock Exchange
ISX adalah sebuah pasar saham
yang merupakan hasil penggabungan
Bursa Efek Jakarta BEJ dengan
Bursa Efek Surabaya BES,
61
lxxix di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama
Erry Firmansyah
, mantan direktur utama BEJ. Mantan Direktur Utama BES Guntur
Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif,
Keanggotaan dan Partisipan. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated
Trading System JATS sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan
digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX
. Menurut Jogianto 2003:37 dalam Windy 2006 era pasar modal di
Indonesia dibagi menjadi enam periode: 1. Periode Pertama 1912-1942: Periode Zaman Belanda
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai “Vereniging voor
Effectenhandel” yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di Surabaya mendapat giliran
dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. karena masih dalam zaman penjajahan Belanda dan pasar-pasar
modal ini juga didirikan oleh Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan di sana juga merupakan saham-saham perusahaan Belanda
dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies.
lxxx 2. Periode Kedua 1952-1960: Periode Orde Lama
Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat no. 12 yang kemudian dijadikan
Undang-Undang No. 15 tahun 1952 tentang Pasar Modal.Melalui keputusan Menteri Keuangan No. 289737UU tanggal 1 Nopember 1951, Bursa Efek
Indonesia BEI akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibuka kembali bursa efek ini untuk menampung obligasi
pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan lainnya adalah untuk mencegah saham-saham perusahaan Belanda yang
dulunya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta pergi ke luar negeri. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan kepada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek PPUE yang terdiri dari 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan.
3 Periode Ketiga 1977-1988: Periode Orde Baru Bursa Efek Indonesia dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam
periode orde baru sebagai hasil Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan
Pengawas Pasar Modal BAPEPAM dan PT. Danareksa. Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta BEJ pada tanggal 10 Agustus 1977.
PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. 4 Periode Keempat 1988-1995: Periode Bangun dari Tidur yang Panjang
Setelah tahun 1988, selama tiga tahun yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan.
lxxxi Kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar meningkat
menjadi 238 perusahaan. Pada periode ini, Initial Public Offering IPO menjadi peristiwa nasional.
5. Periode Kelima mulai 1995: Periode Otomatisasi Peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi
kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. System otomatisasi yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta
BEJ di beri nama Jakarta Automated Trading System JATS dan mulai beroperasi pada hari senin tanggal 22 Mei 1995.
Selain itu, untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan transaksi yang meningkat, maka pada tanggal 19 September 1996 BES menerapkan
system otomatisasi yang disebut Surabaya Market Information and Automated Trading System S-MART.
6. Periode Keenam mulai Agustus 1997: Kritis Moneter Pada bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda Negara-negara di
Asia, termasuk Indonesia. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai-nilai mata uang Negara-negara Asia tersebut relative terhadap
Dolar Amerika. Untuk mencegah permintaan dolar Amerika yang berlebihan yang mengakibatkan nilainya meningkat dan menurunnya nilai Rupiah, Bank
Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia SBI. Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak
tertarik lagi untuk menanamkan dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan dari bunga
lxxxii deposito. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan IHSG turun, begitupun
halnya dengan harga saham-saham di pasar modal. Untuk mengurangi kelesuan permintaan sekuritas di pasar modal
Indonesia, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas perdagangannya melalui transaksi investor asing. Pada tanggal 3 September 1997 pemerintah
tidak lagi memberlakukan pembatasan 49 pemilikan asing. Ini berarti investor asing boleh memiliki saham-saham yang jumlahnya tidak terbatas.
Selain itu, untuk memperbaiki perekonomian yang bergejolak, pemerintah pada tanggal 1 Nopember 1997 mengumumkan likuidasi 16 bank swasta
nasional. Pengumuman yang mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar saham. Bahkan IHSG untuk bulan Nopember
merosot tajam. BEJ proaktif memantau pergerakan harga saham dan melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan terhadap transaksi-transaksi saham yang mengalami fluktuasi harga yang signifikan tanpa didukung informasi yang
jelas. Perbaikan dalam hal tingkat respon BEJ mencerminkan komitmen BEJ dalam menjalankan mekanisme kepengawasan maupun pengendalian, untuk
senantiasa menjaga integritas dan kredibilitas Bursa. Sedangkan menurut Yudhi 2008 tonggak perkembangan pasar modal
di Indonesia secara singkat dapat dilihat sebagai berikut: a. Pada tanggal 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk
di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
lxxxiii b. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I pada tahun 1914 -
1918 c. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya da tahun 1925 - 1942 d. Awal tahun 1939 dikarenakan adanya isu politik Perang Dunia II Bursa
Efek di Semarang dan Surabaya ditutup kembali. e. Pada tahun 1942 - 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup selama Perang
Dunia II f. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman Lukman Wiradinata dan Menteri keuangan Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo. Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI 1950 pada tahun 1952. g. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
Perdagangan di Bursa Efek vakum pada tahun 1956 – 1977. h. Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh
Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
i. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal. Hal ini terjadi antara tahaun 1977 – 1987.
lxxxiv j. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87 yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia pada tahun
1987. k. Selang tahun 1988 – 1990 paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar
Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
l. Bursa Paralel Indonesia BPI mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer pada tanggal 2 Juni 1988 : m. Di bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
PAKDES 88 yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
n. Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya. o. Kemudian pada tanggal 13 Juli 1992 swastanisasi BEJ. BAPEPAM
berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
p. Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS Jakarta Automated Trading Systems pada 22 Mei 1995.
lxxxv q. Tanggal 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
r. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya tahun 1995. s. Pada tahun 2000 dan 2002 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless
trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia dan BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading.
t. Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia
BEI.
2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia