Analisis karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah : studi empiris pada kelompok saham jii di Bursa Efek Indonesia

(1)

i

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI,

DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA

SAHAM SYARIAH

(Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia)

Oleh :

Miftahul Ulum

NIM. 104081002508

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI,

DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA

SAHAM SYARIAH

(Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Miftahul Ulum

NIM. 104081002508

Di Bawah Bimbingan Pembimbing I

Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955

Pembimbing II

Arif Mufraini Lc. NIP. 150 368 746

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI,

DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA

SAHAM SYARIAH

(Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

:

Miftahul Ulum

NIM. 104081002508

Di Bawah Bimbingan Pembimbing I

Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955

Pembimbing II

Arif Mufraini Lc. NIP. 150 368 746 Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

iv

Hari ini Selasa Tanggal Sepuluh Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Miftahul Ulum NIM. 104081002508 dengan Judul

Skripsi “ANALISIS

KARAKTERISTIK

PERUSAHAAN,

INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN

DAN BETA SAHAM SYARIAH

(Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia)”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua

Indoyama Nasarudin, SE., MAB Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

v

! "#$

%

&

'

'

(

)

'


(6)

vi

*+, +

- .

&

' /

'''

+

0

& )

(

' / .

'''

.

1

2

3

4

0

3

)

)

&

/

)

3

/

-/

/

(


(7)

vii

MIFTAHUL ULUM Telp./Hp. : 0856-8814331 Email : mu01_reds@yahoo.com

Identitas Diri

Alamat : Jl. Kuningan No. 02 RT 004 RW 01 Cempaka Putih Ciputat - Tangerang 15412

Jenis Kelamin : Laki-laki

TTL : Tangerang, 19 Desember 1986

Agama : Islam Pendidikan Formal

2004 – 2008 UIN Jakarta Fakultas Ekonomi Konsentrasi Manajemen Keuangan

2001 – 2004 SMAN 47 Jakarta Selatan (Kelas III bidang studi IPA) Pendidikan Informal

2007 Komputer Akuntansi Berbasis PSAK 27 IKOPIN 2006 Dikmen Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2006 Diksar Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta 2002 – 2003 Komputer Akuntansi di SMAN 47 Jakarta Pengalaman Organisasi

2007 – 2008 Kepala Bidang Usaha Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007 – 2008 Divisi Litbang Komisariat Fakultas Ekonomi dan Saintek Himpunan Mahasiswa Islam

2006 – 2008 Ketua Ikatan Remaja Masjid Ar-Rahmah Rempoa 2004 – 2006 Karang Taruna IRESA, sebagai wakil ketua 2002 – 2003 Divisi Kaderisasi ROHIS SMAN 47 Jakarta

Pengalaman Kerja

September – Oktober 2007, Magang pada unit Commercial Research di PT. Garuda Indonesia

September 2007 – sekarang, Pengajar Privat Personal Al-Quran dan Matematika SD & SLTP

Juni – Agustus 2008, Magang/Kerja pada unit Sosial di PT Asuransi Kesehatan (Persero)


(8)

viii

ABSTRACT

The purpose of this study are to know the effect of variables of firm’s characteristics, industry and macro economic on return and beta of syariah stock. The sample of the study are firms listed in Jakarta Islamic Index in 2003– 2007. Total sample is 40 firm sample.

According to regression test showed that firm’s characteristics, industry, and macro economic variables have a significant effect to syariah stock return as a debt to equity ratio; while earning per share, firm classification, rupiah exchange value, and gross domestic bruto have a significant effect to syariah stock beta.

The most dominant variable to syariah stock return is debt to equity ratio and the most dominant variable to syariah stock beta is gross domestic bruto.

The adjusted R squared syariah stock return is 11,3 percent. It’s indicate that syariah stock return can be explained by firm’s characteristics, industry, and macro economic at 11,3 percent, and 88,7 percent is explained by another variables.

The adjusted R squared syariah stock beta at 21,4 percent. It’s indicate that syariah stock beta can be explained by firm’s characteristics, industry, and macro economic at 21,4 percent, and 78,6 percent is explained by another variables. Keyword: firm characteristic, industry, macro economy, return and beta of syariah stock


(9)

ix

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam Jakarta Islamic Index pada tahun 2003 – 2007. Total sampel adalah 40 perusahaan.

Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yaitu debt to equity ratio, sedangkan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap beta saham syariah adalah earning per share, jenis perusahaan, kurs rupiah terhadap dollar dan produk domestik bruto (PDB).

Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap return saham syariah adalah debt to equity ratio dan terhadap beta saham syariah adalah produk domestik bruto (PDB).

Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return saham syariah adalah sebesar 11,3%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 11,3% pada return saham syariah, sedangkan 88,7% dijelaskan oleh variabel lain.

Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham syariah adalah sebesar 21,4%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 21,4% pada beta saham syariah, sedangkan 78,6% dijelaskan oleh variabel lain.

Kata kunci: Karakteristik Perusahaan, Industri, Ekonomi Makro, Return dan Beta Saham Syariah.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH : Studi Empiris Pada Kelompok Saham JII di Bursa Efek Indonesia.” Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan insya Allah kepada kita umatnya – semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat nanti.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen Peminatan Keuangan dan Pasar Modal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dan selalu memotivasi penulis untuk selalu berjuang.

2. Bapak Arif Mufraini, Lc selaku pembimbing II terima kasih atas kesabaran dan ketulusannya memberikan bimbingan, saran-saran dan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. M. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

4. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan pernulis serta memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan. Karyawan dan segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Orang Tua-ku tercinta atas doa yang tak pernah henti dan motivasi dalam setiap aktivitas lewat dukungan moril maupun materil agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik.


(11)

xi

6. Keluarga Besarku atas segala bentuk bantuan dan partisipasinya. Semoga yang telah menikah menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah dan mendapatkan keturunan yang sholeh washolehah. Bagi yang belum menikah, semoga mendapatkan jodoh yang baik yaa!! Amiiin.

7. Keluarga Besar KOPMA UIN Syahid Jakarta, khususnya rekan-rekan angkatan 2005 – 2008, semangat yaaa!!! Semoga ilmu yang kita dapat di organisasi ini bermanfaat bagi kehidupan kita di masa mendatang.

8. Keluarga Besar Ikatan Remaja Masjid Ar-Rahmah, khususnya teman seperjuangan angkatan 2006 – 2008. Semoga kita dapat selalu memakmurkan ”rumah Allah” yaitu Masjid yang kita cintai. Insya Allah perjuangan kita selalu memperoleh ridho dan rahmat-Nya. Amiin... 9. Sahabatku: Apri, Hendro, Lia, Cece, dan Titi. Semoga persahabatan ini

tidak mengenal kata akhir hingga malaikat maut menjemput kita.

10.Rekan-rekan Manajemen C dan Keuangan B, khususnya Sugih, Vivi, Arif Robi, Iik, Oka, Santi, Rahman, Dodo, Dede dan rekan-rekan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Atas segala bentuk motivasi dan doanya yang tiada kenal jemu. Semoga tali silaturahim yang telah terjalin kian erat dan takkan pernah terputus.

11.Semua pihak yang telah terlibat dan tidak terukir namanya dalam karya kecil ini, semoga tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua.

Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Atas segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Jakarta, Oktober 2008


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Motto ... v

Halaman Persembahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... vii

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xii

Daftar Tabel... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ... 10

B. Risiko Dalam Investasi ... 17

C. Investasi Dalam Perspektif Syariah... 22

D. Risiko Dalam Perspektif Syariah ... 26

E. Pasar Modal Syariah... 28

1. Pengertian... 28

2. Instrumen Pasar Modal Syariah... 30

3. Saham Syariah ... 31

F. Analisis Perusahaan ... 32

G. Analisis Industri ... 34

H. Ekonomi Makro... 37

1. Inflasi ... 37


(13)

xiii

3. Produk Domestik Bruto ... 42

I. Penelitian Terdahulu... 44

J. Kerangka Pemikiran ... 47

K. Hipotesis ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 50

B. Metode Penentuan Sampel... 50

C. Metode Pengumpulan Data... 51

D. Metode Analisis... 52

1. Model Analisis... 52

2. Uji Asumsi Klasik... 53

3. Regresi ... 54

4. Pengujian Hipotesis ... 56

E. Operasional Variabel ... 58

1. Dependen Variabel ... 58

2. Independen Variabel ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 61

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia... 61

2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 68

B. Hasil dan Pembahasan ... 69

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 69

2. Hasil Penelitian... 82

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 99

B. Implikasi ... 100

Daftar Pustaka ... 102


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Hasil Uji Multikolinieritas (Return Saham) ... 72

4.2 Hasil Autokorelasi (Return Saham)... 73

4.3 Hasil Uji Multikolinieritas (Beta Saham) ... 78

4.4 Hasil Uji Autokorelasi Pada Saat Masih Ada Outlier (Beta Saham) ... 79

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Tidak Ada Outlier (Beta Saham) ... 80

4.6 Hasil Analisis Deskriptif ... 83

4.7 Hasil Uji Frequency Jenis dan Ukuran Industri ... 85

4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda (Return Saham) ... 87

4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda (Beta Saham) ... 87

4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial... 94


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 48 4.1 Hasil Uji Normalitas Pada Saat Masih Ada Outlier

(Return Saham)... 70 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Tidak Ada Outlier

(Return Saham)... 71 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada

Outlier (Return Saham) ... 74 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada

Outlier (Returm Saham) ... 75 4.5 Hasil Uji Normalitas (Beta Saham) ... 77 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Pada Saat Masih Ada

Ouutlier (Beta Saham) ... 81 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada

Outlier (Beta Saham) ... 82


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Hasil Pengujian Regresi ... 105

2 Data Return Saham JII ... 110

3 Data Beta Saham JII ... 112

4 Data Nilai Earning Per Share... 114

5 Data Nilai Debt To Equity Ratio... 116

6 Data Nilai Return On Equity... 118

7 Data Jenis Perusahaan JII... 120

8 Data Ukuran Perusahaan JII ... 122

9 Data Inflasi ... 124

10 Data Kurs Rupiah Terhadao Dollar... 126


(17)

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah suatu dien yang menyeluruh dan universal. Menyeluruh artinya syariah Islam telah merangkum seluruh aspek kehidupan manusia, baik masalah ritual (ibadah) dan sosial (muamalah). Manusia memerlukan ibadah untuk menjaga hubungannya dengan sang Khalik, menjaga kondisi ruhaniahnya agar selalu ingat mengenai tugas sebagai khalifah fil ardh. Sementara itu, Islam juga tidak melupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bermasyarakat dalam kehidupannya. Sementara makna universal, artinya Islam merupakan dien yang akan selalu dapat diterapkan untuk segala waktu dan di semua tempat sampai hari akhir nanti. Karena itu, Islam seharusnya dijadikan sebagai suatu way of life yang membimbing manusia agar dapat selamat di dunia dan akhirat.

Universalitas Islam tampak jelas dalam bidang muamalah. Dalam hal ini, Islam menganut kaidah fiqih yang menyatakan bahwa “hukum asal sesuatu adalah diperbolehkan, kecuali ada dalil yang melarangnya”. Di bidang muamalah, syariah hanya memberikan petunjuk dan prinsip yang sifatnya umum dan mendasar. Hal-hal yang rinci, lebih detail, dan bersifat teknis, tidak diatur melainkan diserahkan kepada manusia melalui praktek ijtihad. Rasulullah telah bersabda, “Antum a’lamu bi umuuri dunyakum” kalian lebih


(18)

xviii

mengetahui urusan dunia kalian. Sehingga maumalah merupakan hal yang fleksibel, berkembang sesuai dengan perubahan waktu dan perbedaan tempat.

Salah satu hal yang sangat penting dalam perekonomian adalah bagaimana cara mekanisme aliran dana, agar dana di masyarakat dapat berputar dan tidak hanya terkonsentrasi pada sekelompok orang saja sehingga dapat menyentuh sektor-sektor ekonomi yamg produktif. Untuk itu, diperlukan sebuah lembaga yang dapat menjadi perantara antara financial surplus dengan financial deficit. Salah satu institusi yang dapat menjalankan fungsi ini adalah pasar modal. Yang dimaksud dengan financial surplus adalah pihak yang memiliki kelebihan dana yang dapat diinvestasikan guna memperoleh keuntungan. Sementara yang dimaksud dengan financial deficit adalah pihak yang membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Sehingga dalam suatu perekonomian modern, keberadaan pasar modal adalah mutlak diperlukan. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin majunya dan berkembangnya ekonomi syariah, maka pengembangan pasar modal syariah perlu mendapat perhatian yang lebih besar.

Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham


(19)

xix

syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.

Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe (1995) bahwa investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro.

Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai saham dan dividen. Risiko dari sekuritas berupa risiko spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang baik, dikarenakan risiko tersebut terjadi di luar perusahaan. Risiko sistematik juga


(20)

xx

disebut dengan beta karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematik. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar.

Penelitian-penelitian dengan obyek pasar modal syariah atau pasar modal yang berpegang pada konsep syariah di Indonesia tidak banyak dilakukan. Begitu pula, penelitian-penelitian yang menggunakan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro juga jarang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan obyek pasar modal syariah. Penelitian dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) dalam Hamzah (2005). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi dapat mempengaruhi risiko sistematik atau beta saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara bersama-sama ataupun secara parsial pada periode pengamatan yang diambil dalam penelitian tersebut. Adapun obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk ke dalam JII dalam periode Januari 2001 – Desember 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun parsial variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Koefisien determinasi adalah sebesar 7,1% ini berarti variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi hanya


(21)

xxi

dapat menjelaskan beta saham syariah sebesar 7,1%, sedangkan 92,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

Huda (2004) dalam Huda dan Nasution (2007:70), dalam penelitiannya mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII dan LQ-45, hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa rata-rata beta saham kelompok JII berada pada nilai di bawah satu yang berarti mempunyai risiko di bawah risiko pasar, sebaliknya terjadi pada saham kelompok LQ-45.

Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syariah. Obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam JII periode Januari 2001 sampai Desember 2004 dengan jumlah sampel adalah sebanyak 120 perusahaan. Hasil pengujian dengan F-test menunjukkan bahwa variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Nilai koefisien determinasi sebesar 51,8%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dalam menjelaskan perubahan beta saham syariah mempunyai hubungan dan pengaruh yang kuat. Hasil pengujian dengan t-test menunjukkan pada variabel-variabel makro ekonomi seperti kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap beta saham syariah, sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh signfikan terhadap beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik perusahaan hanya


(22)

xxii

leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan pada level 10% terhadap beta saham syariah.

Sedangkan Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti kembali penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005) dengan menambah variabel terikatnya yaitu return saham. Selain itu, periode yang digunakan adalah Januari 2001 sampai Desember 2005 dengan jumlah sampel sebanyak 150 perusahaan. Pengujian regresi secara linier berganda pada return saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 1,589 dengan tingkat signifikansi 11,6% dan pada beta saham syariah menghasilkan F hitung sebesar 6,229 dengan tingkat signifikansi 0%. Hal ini berarti variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham yang mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5% adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB).

Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu melekat pada setiap investasi


(23)

xxiii

terutama investasi dalam setiap saham, baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum seperti yang dilakukan oleh Beaver, Kettler dan Scholes (1970), Rober G (1979), Chung (1989), Elger (1980), Gudono dan Nurhayati (2001), Hamada (1972), Husnan (1994), Kapoor (1997), Lantara (2004), Mahadwartha (2001), Miswanto dan Husnan (1999), Natarsyah (2000), Setiawan (2004), Suciwati dan Mas’ud (2002), Supriyadi (2001), Sufiyati dan Na’im (1998) serta Tandelilin (1997).

Oleh karena itu, penulis mengidentifikasi beberapa masalah berdasarkan hal tersebut di atas, yaitu terdapat perbedaan karakteristik saham perusahaan yang tergolong ke dalam Jakarta Islamic Indeks dengan saham perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia; return dan risk atau beta saham syariah dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro; mengidentifikasi variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat return dan beta saham syariah di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penulisan ini, batasan-batasan yang perlu diambil agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus yaitu hanya menganalisis variabel-variabel karakteristik saham perusahaan yang tergolong ke dalam Jakarta Islamic Indeks selama periode penelitian, menganalisis pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan berdasarkan earning per share, debt to


(24)

xxiv

equity ratio, dan return on equity; industri berdasarkan jenis industri dan ukuran industri; ekonomi makro berdasarkan tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto terhadap Return dan Beta Saham Syariah, dan menghitung tingkat pengaruh variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro tersebut dengan menggunakan metode regresi linier berganda terhadap return dan beta saham syariah yang listing di Jakarta Islamic Index.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro dengan menggunakan return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, penelitian ini mengenai “ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI, DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(25)

xxv C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan bukti empiris apakah variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Memberikan bukti empiris apakah variabel-variabel karakteristik

perusahaan, industri dan makro ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi, dapat digunakan sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan sebagai tambahan informasi mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro ekonomi yang digunakan dalam mempengaruhi return dan beta saham syariah.

2. Memberikan informasi bagi pihak internal dan eksternal perusahaan mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro ekonomi yang sangat dominan dalam mempengaruhi return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi penulis, untuk menerapkan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama menempuh perkuliahan serta untuk menambah wawasan peneliti mengenai variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan makro


(26)

xxvi

ekonomi yang mempengaruhi terhadap return dan beta saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(27)

xxvii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

Dalam manajemen keuangan terdapat tiga keputusan, yaitu (1) keputusan investasi, (2) keputusan pembiayaan, dan (3) keputusan dividen. Dari ketiga keputusan tersebut, keputusan investasi dianggap paling penting. Seseorang akan mengalokasikan dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang akan datang (Kewon, 2004).

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelin, 2001 dalam Suharli, 2004). Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan (Arifin, 1999 dalam Huda dan Nasution, 2007:70). Dan dalam Kamus Lengkap Ekonomi, investasi didefiniskan sebagai penukaran uang dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya menghasilkan pendapatan (Wirasasmita, 1999 dalam Huda dan Nasution, 2007:70).

Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas yaitu dapat menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil seperti tanah, emas, mesin atau bangunan ataupun investasi pada aset finansial seperti deposito, saham maupun obligasi. Aset finansial adalah klaim berbentuk surat berharga


(28)

xxviii

atas sejumlah asset-aset pihak penerbit serat berharga tersebut. Aset finansial atau disebut dengan sekuritas yang mudah diperdagangkan (marketable securities) adalah aset-aset finansial yang bisa diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya transaksi yang murah pada pasar yang terorganisir (Husnan, 2001).

Menurut Tandelilin (2001) dalam Suharli (2004) tujuan seseorang berinventasi adalah :

(1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang,

(2) Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi, dan

(3) Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang, selain itu tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini


(29)

xxix

adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai pendapatan masa datang.

Untuk mencapai tujuan tersebut, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang akan dihadapi.

Menurut Sharpe (1995) dalam Husnan (2001), pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain:

1. Menentukan kebijakan investasi

Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif anatara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

2. Analisis sekuritas

Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individu atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Adapun pendapat lainnya mereka yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar karena mereka berasumsi bahwa pasar modal efisien (Husnan, 2001). Dengan demikian, pemilihan


(30)

xxx

sekuritas bukan didasarkan atas kesalahan harga tetapi didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan kas, dan sebagainya.

3. Pembentukan portofolio

Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.

Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektivitas juga disebut sebagai microforecasting yang memfokuskan pada ramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai microforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relative terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.

4. Melakukan revisi portofolio

Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.


(31)

xxxi 5. Evaluasi kinerja portofolio

Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.

Karena investasi itu mempunyai risiko, maka ini berarti bahwa investasi tidak akan memberikan keuntungan yang pasti. Dengan kata lain tingkat keuntungan yang diperoleh bersifat tidak pasti. Pada keadaan seperti ini investor hanya akan mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.

Menurut Komariah (2005), sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka besarnya yield ditunjukan oleh besarnya cupon yang diberikan. Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian kepada investor.

Dari kedua sumber return di atas, maka kita dapat menghitung return total suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari suatu investasi. Yield hanya akan berupa angka 0 (nol) dan +


(32)

xxxii

(positif), sedangkan untuk capital gain (loss) dapat berupa angka minus (-), nol (0), dan positif (+). Secara matematis return investasi dapat dituliskan sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005):

Return total : Yield + Capital Gain (loss)

Mengetahui secara pasti berapa return yang akan diperokeh dari suatu investasi massa yang akan dating adalah hal yang mustahil. Return investasi hanya dapat diperkirakan melalui pengestimasian yang hasilnya sangat mungkin berlainan dengan yang aktual terjadi. Maka dalam hal ini disamping mengestimasi return yang diharapkan, kita juga perlu menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada sekuritas bersangkutan.

Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai asset tunggal investor harus memperkirakan kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu atau lebih dikenal dengan sebutan probabilitas. Menghitung return yang diharapkan E(R) dapat dinyatakan secara umum dengan rumus sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005):

n

E(R) = Ri pri i=1

dimana:

E(R) : return yang diharapkan dari suatu sekuritas Ri : return ke-i yang mngkin terjadi

pri : probabilitas kejadian return ke-i n : banyaknya return yang mungkin terjadi


(33)

xxxiii

Tingkat return saham dari data historis dapat diukur dari prosentase perubahan harga saham. Menurut Husnan (2001), mengukur tingkat return dari saham dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Ri= (P

t – Pt-1) / Pt-1 dimana:

Ri : return sekuritas ke-i P

t-1 : harga saham pada t-1 P

t : harga saham pada t

Tetapi untuk maksud agar dalam analisis statistic perhitungan return tersebut tidak bias karena pengaruh oleh magnitude pembaginya, perhitungan return dilakukan dengan menggunakan perhitungan kedua yaitu sebagai berikut :

Ri= L

n (Pt/Pt-1) dimana:

Ri : return sekuritas ke-i P

t-1 : harga saham pada t-1 P

t : harga saham pada t

Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus: (Jogiyanto, 2003 dalam Suharli, 2005)

Rm = IHSGt – IHSGt-1 / IHSGt-1 dimana:


(34)

xxxiv Rm : Return pasar

IHSGt : Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 : Indeks harga saham gabungan pada periode t-1

Keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing aset individual yang membentuk portofolio tersebut. Presentasi nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap asset-aset individual dalam portofolio disebut sebagai bobot portofolio. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah total 100% atau 1,0 artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio.

Rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari portofolio adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2001 dalam Komariah, 2005):

n

E(Rp) = Wi E(Ri) i=1

dimana:

E(Rp) : return yang diharapkan dari portofolio Wi : bobot portofolio sekuritas ke-i

E(Ri) : return yang diharapkan dari sekuritas ke-i

n : jumlah sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio

B. Risiko Dalam Investasi

Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linier dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang


(35)

xxxv

diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan investasi, khususnya pada sekuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividend dan capital gain, sedangkan risiko investasi saham tercermin pada variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh.

Jorion (2000) dalam Komariah (2005), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari asset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998) dalam Komariah (2005), mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan (expected return), sedangkan menurut Jones (1996) risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski (1999) dalam Komariah (2005), berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Dari sini muncul konsep ukuran penyebaran yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang akan kita peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini dinyatakan dalam standar deviasi atau variance (bentuk kuadrat dari standar deviasi) yang merupakan ukuran untuk risiko total.


(36)

xxxvi

Menurut Tandelilin (2001) dalam Huda dan Nasution (2007), dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai asset keuangan bersumber dari: a. Interest rate risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat

perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.

b. Market risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh terhadap semua sekuritas. c. Inflation risk. Suatu factor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah

purchasing power risk. Jika suku bungan naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.

d. Business risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu.

e. Financial risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage financial oleh perusahaan.

f. Liquidity risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu di mana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan liquid, demikian sebaliknya.

g. Exchange rate risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency.

h. Country risk. Risiko ini menyangkut politik suatu Negara sehingga mengarah kepada political risk.


(37)

xxxvii

Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan, 2001). Risiko tidak sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor unik pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh factor-faktor makro yang mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Karena sebagian risiko dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu risiko tidak sistematis (unique risk), maka ukuran risiko dari suatu portofolio bukan lagi standar deviasi (risiko total), tetapi hanya risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang timbul karena factor-faktor mikro yang ada pada perusahaan industri tertentu, sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain: struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, serta kondisi dan lingkungan kerja. Sedangkan risiko sistematis, yang tercermin dalam beta saham, merupakan risiko yang mempengaruhi semua perusahaan, karena disebabkan oleh factor-faktor yang bersifat makro, seperti kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pajak dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan adanya kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama, sehingga selalu ada dalam setiap tahun.

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya


(38)

xxxviii

guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi relevan bagi investor.

Pengukuran Beta menggunakan persamaan dari market model dengan persamaan:

Ri = i + iRm + et, dimana:

Ri : return sekuritas ke-i

i : Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar

i : Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan R

i akibat dari perubahan Rm (sensitifitas perubahan return harian saham terhadap return pasar) Rm : Tingkat return dari indeks pasar (return yang merupakan

prosentase perubahan IHSG) et : Random error

Pengukuran Beta juga dapat menggunakan rumus:

ß = Cov (ri, rm) atau ß = ((ri - ri)x(rm - rm)) / (n-1) Var (rm) ( (rm - rm)2) / (n-1)

Pemilihan market model karena secara teoritis model ini memiliki potensi untuk menghasilkan tes statistik yang lebih kuat dibandingkan model statistik yang lebih sederhana (mean adjusted atau market adjusted return). Varians dari return akan berkurang dengan menghilangkan bagian dari return


(39)

xxxix

saham yang terkait dengan variasi return pasar, sehingga kemampuan model untuk mendeteksi pengaruh event akan semakin baik. Kelebihan market model bergantung pada koefisien determinasi (R

2

) dari regresinya. Semakin tinggi koefisien determinasinya, pengurangan nilai varians dari return akan semakin besar dan sebaliknya (Kurniawan: 2000 dalam Daniati dan Suhairi: 2006).

C. Investasi Dalam Perspektif Syariah

Islam sebagai din yang komprehensif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktivitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktivitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadi background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin) (Huda dan Nasution, 2007:17).

Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi proses tadrij. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal. Oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah yang artinya:


(40)

xl

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (al Hasyr : 18).

Arti “hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” ditafsirkan dengan: “hitung dan instropeksilah diri kalian sebelum diinstropeksi dan lihatlah apa yang telah kalian simpan (invest) untuk diri kalian dari amal saleh (after here investment) sebagai bekal kalian menuju hari perhitungan amal pada hari kiamat untuk keselamatan diri di depan Allah” (Katsir, 2000 dalam Huda dan Nasution, 2007:18). Demikian Allah memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya yang beriman untuk melakukan investasi akhirat dengan melakukan amal saleh sejak dini sebagai bekal untuk menghadapi hari perhitungan.

Beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah Islam dalam investasi keuangan yang ditawarkan menurut Pontjowinoto (2003) dalam Huda dan Nasution (2007:23) sebagai berikut:

• Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil.

• Uang sebagai alat penukaran bukan komoditas perdagangan di mana

fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sedangkan manfaat atau keuntungan yang


(41)

xli

ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.

• Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsure

penipuan di salah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

• Risiko yang mungkin timbul harus dikelola sehingga tidak menimbulkan

risiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko.

• Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia

menanggung risiko.

• Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islami yang tidak

mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Agama Islam juga sangat menganjurkan usaha kerjasama dalam setiap aktivitas yang menguntungkan. Allah SWT menganjurkan terhadap semua bentuk aktivitas bisnis. Dengan mendukung aktivitas bisnis, Allah SWT juga berarti mendukung upaya-upaya pencarian dan pengumpulan kekayaan. Diantara ayat-ayat Al-Quran yang penting dan secara langsung menggambarkan dunia bisnis sebagai wilayah yang menguntungkan yaitu yang artinya:

“padahal Allah SWT telah menghalakan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS Al-Baqarah 2:275)

“… kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…” (QS An-Nisa’ 4:29)


(42)

xlii

Nabi Muhammad saw juga berkali-kali mengatakan bahwa bisnis adalah aktivitas yang diberkahi. Salah satu contoh sabdanya sebagai berikut:

“Para pedagang yang jujur akan mendapat perlindungan dari Allah SWT di hari pembalasan nanti.” (HR Dhailani).

Islam mendorong masyarakat kearah usaha nyata dan produktif yaitu melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Lebih lanjut Islam memberikan dorongan untuk melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari motivasi konvensional. Bila secara konvensional terdapat motif profit-taking dan inflasi, dalam syariah Islam disamping dua hal tersebut ditambah dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset. Setiap harta ada zakatnya, dimana jika harta tersebut didiamkan lambat laun akan habis termakan zakatnya. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya karena harta yang diinvestasikan tidak dikenakan zakat kecuali keuntungannya saja. Dalam Al-Quran Allah SWT menegaskan yang artinya:

“…dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak (baik sebagai komoditi maupun mata uang) dan tidak menyalurkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka, ‘inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu.” (QS At-Taubah ayat 34-35).


(43)

xliii D. Risiko Dalam Perspektif Syariah

Pada dasarnya bisnis memiliki risiko yang tinggi, akan tetapi memiliki keuntungan yang besar. Selama agama Islam mendukung ekonomi pasar bebas dan kompetisi terbuka, maka bisnis memiliki tingkat kompetisi yang akan meningkatkan risiko, akan tetapi juga akan menjanjikan keuntungan yang besar bagi orang-orang yang unggul dalam lapangan yang kompetitif ini.

Hadits nabi menyatakan:

“Tidak halal memberikan pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua syarat dalam suatu jual beli, tidak halal keuntungan yang tidak ditanggung risikonya, dan tidak halal melakukan penjualan sesuatu yang tidak ada padamu” (HR. Alkhomsah dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dalam Huda dan Nasution, 2007).

Secara literatur, gharar dalam bahasa Arab memiliki terjemah risiko, kadang juga merujuk pada ketidakpastian (uncertainty). Ibnu Thaymiyah mendeskripsikan gharar sebagai “things with unknown fate” sehingga “selling such thing is maysir or gambling”. (Al-Suwailem,1999 dalam Komariah, 2005).

Bisnis adalah pengambilan risiko, karena risiko selalu terdapat dalam aktivitas ekonomi. Ditambah lagi adanya prinsip dasar, no risk no return. Prinsip ini membawa implikasi pada penolakan terhadap bunga dan juga sekuritas yang risk-free. Jika kemudian risiko ini secara sederhana disamakan dengan ketidakpastian (uncertainty), dan ketidakpastian ini dianggap gharar dan dilarang, maka hal ini akan menjadi kerancuan tentang berbisnis.


(44)

xliv

Karenanya menjadi penting untuk melakukan upaya pembedaan dan penajaman pengertian gharar, risiko, atau ketidakpastian ini. Dalam literature keuangan dan investasi, risiko ini didefinisikan hampir sama saja dengan pengertian-pengertian di atas. Namun Van Deer Heidjen (1996) dalam Komariah (2005) berhasil mengidentifikasi dengan mengkategorikan uncertainty di mana menurutnya hasil masa depan yang memiliki ketidakpastian dapat digolongkan menjadi tiga yaitu risk, structural uncertainties, dan unknownables.

Risk memiliki preseden histories dan dapat dilakukan estimasi probabilitas untuk tiap hasil yang mungkin muncul. Structural uncertainties adalah kemungkinan terjadinya suatu hasil bersifat unik, tidak memiliki preseden masa lalu, tetapi tetap terjadi dalam logika kausalitas. Kemudian yang terakhir unknownables menunjuk kejadian yang secara ekstrem kemunculannya tidak terbayangkan sebelumnya. Dengan demikian kasus gharar akan terjadi pada kasus terakhir yaitu unknownables (Achsin, 2000 dalam Komariah, 2005).

Sedangkan Al-Suwailem (1999) dalam Komariah (2005), membedakan risiko menjadi dua tipe yaitu risiko pasif seperti game of chance, yang hanya mengandalkan keberuntungan, dan tipe kedua adalah risiko responsive yang memungkinkan adanya distribusi probabilitas hasil keluaran dengan hubungan kausalitas yang logis. Kalau yang pertama dipersamakan dengan game of chance, yang kedua dapat diasosiasikan dengan game of skill.


(45)

xlv

Ketidak pastian secara instrinsik terdapat dalam setiap aktivitas ekonomi. Gharar dapat muncul pada kasus risk yang digolongkan Van Deer Heidjen, tetapi ketidakpastian terjadi tetap mengikuti suatu kausalitas atau sebab-sebab yang logis yang dapat mempengaruhi probabilitasnya. Ini berarti mencari keuntungan hanya dengan keberuntungan (chance) saja, seperti membeli lotre, menimbulkan delusi atau pengharapan yang salah dan sudah pasti merupakan transaksi gharar.

Ada beberapa hadits Nabi yang menyatakan larangan gharar dalam transaksi:

Abu Hurairah menjelaskan bahwa Rasulullah saw melarang jual beli 'al-Hishat' (menentukan barang yang dibeli dengan cara melempar batu/spekulasi) dan jual beli gharar (tipuan). (Riwayat jamaah ahli hadits kecuali Bukhari dalam Komariah, 2005).

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa transaksi yang gharar dapat timbul karena dua sebab utama yaitu kurangnya informasi atau pengetahuan (jahala, ignorance) pada pihak yang melakukan kontrak, sehingga pihak yang melakukan kontrak tidak memiliki control atau skill dan penyebab yang lain adalah karena tidak adanya (non-exist) obyek.

E. Pasar Modal Syariah 1. Pengertian

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek


(46)

xlvi

yang diterbitkannya, serta lembaga dann profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah (Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI dalam Auliyah dan Hamzah, 2005).

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para anggota the North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia dan Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia.

Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang


(47)

xlvii

terlebih dahulu dijalankan oleh negara-negara lain. Pasar modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index.

2. Instrumen Pasar Modal Syariah

Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar mo dal adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.

Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan


(48)

xlviii

jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap, 2001 dalam Auliyah dan Hamzah, 2005).

Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks), suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option.

3. Saham Syariah

Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks.

Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional No. 20 dalam Auliyah dan Hamzah (2005) tentang Pedoman


(49)

xlix

Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3 bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60 saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali.

F. Analisis Perusahaan

Palepu, Bernard dan Healy (2000) memberikan kerangka analisis dengan menggunakan laporan keuangan sebagai berikut:

1. Evaluasi: analisis akuntansi dan analisis keuangan, yang terdiri dari analisis berikut:

Analisis earnings quality dari perusahaan: evaluasi strategi akuntansi, distorsi akunatnsi, tanda-tanda bahaya (red flags), kualitas penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosures).

Analisis common size dan cross section analysis. Analisis ratio keuangan


(50)

l

2. Prediksi: melakukan peramalan posisi keuangan perusahaan di masa depan berdasarkan analisis akuntansi dan analisis keuangan.

3. Valuasi: menggunakan metoda-metoda untuk melakukan valuasi sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan.

Berikut disajikan alat-alat analisis keuangan yang dapat dipergunakan dalam melakukan analisis kinerja keuangan, yaitu analisis common size (analisis horizontal dan vertical), cross section analysis, dan financial ratios analysis.

Analsis rasio keuangan pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan dalam mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial tepat pada saat ditagih atau jatuh tempo.

Ada beberapa macam rasio yang digunakan seperti:

- Current Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Rumusnya: CR = CA CL

- Quick Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dikurang dengan persediaan dibagi hutang lancar.

Rumusnya: QR = CA – Inventory CL

b. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.


(51)

li

Berikut beberapa macam rasio yang digunakan pada rasio solvabilitas: - Debt to Equity Ratio: rasio yang menyatakan perbandingan antara

hutang lancar dengan modal sendiri. Rumusnya: DER = Total Hutang

Modal Sendiri

c. Ratio Probabilitas yaitu ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Efektivitas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan operasional.

Beberapa rasio yang digunakan:

- Return on Equity: rasio yang menyatakan perbandingan antara laba bersih dengan modal.

Rumusnya: ROE = Laba Bersih x 100% Modal Sendiri

G. Analisis Industri

Dalam menganalisis industri, para analis dan pemodal memerlukan cara dalam pengklasifikasian industri. Cara yang sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan pada International Standard Industrial Classification (ISIC) System. Sistem ini menggunakan kode dengan jumlah digit tertentu. Jumlah digit yang sedikit menunjukkan klasifikasi dengan dasar yang lebih luas dan makin banyak digitnya makin terperinci klasifikasi yang dilakukan (Husnan, 2001:327).


(52)

lii

Sebelum melakukan analisis industri, diperlukan melihat perkembangan atau kinerja industri, sehingga dapat memberikan gambaran arah perkembangan industri tersebut. Pengamatan yang dilakukan sebaiknya untuk periode yang cukup panjang sehingga dapat diditeksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat kondisi ekonomi.

Menurut Husnan (2001), ada beberapa langkah untuk melakukan analisa industri, diantaranya:

Pertama, dengan mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang cepat, telah stabil, ataukah sudah menurun.

Kedua, menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Ketiga, analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang.

Salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan adalah industri manufaktur. Industri manufaktur merupakan “mesin pertumbuhan” yang utama sekaligus dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang. Secara teoritis, sektor ini berfungsi sebagai katalisator dalam perubahan struktur perekonomian, yaitu perubahan dari struktur perekonomian yang memiliki laju pertumbuhan lambat dan bernilai rendah menjadi struktur perekonomian yang lebih produktif dengan marjin yang lebih besar (Firdaus dkk, 2008).


(53)

liii

Selain itu, pengembangan industri manufaktur berdampak langsung pada daya saing bangsa. Daya saing ini diindikasikan oleh peranannya dalam perekonomian internasional. Daya saing dapat diukur dari pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh suatu negara dari total keseluruhan produk yang diperdagangkan di pasar internasional. Dengan demikian peningkatan ekspor suatu komoditi secara langsung meningkatkan daya saing suatu bangsa. Peran lain dari industri manufaktur adalah berkaitan dengan kemampuan sektor tersebut sebagai penghasil devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor.

Di samping jenis industri, besaran atau ukuran perusahaan juga amat berperan dalam menganalisis suatu industri. Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar maka semakin besa pula ukuran perusahaan itu. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin besar perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil debandingkan dengan penjualan dan market capitalized dalam mengukur ukuran perusahaan (Sudarmadji, 2007).


(54)

liv H. Ekonomi Makro

1. Inflasi

Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat inflasi yang rendah yaitu mencapai di bawah 4-6 persen. Tinkat inflasi yang moderat mencapai diantara 5-10 persen. Inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa ratus atau ribu persen dalam setahun (Sadono Sukirno, 2001:15).

Beberapa teori yang membahas mengenai inflasi diantaranya :

• Teori Kuantitas

Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uangkartal maupun giral.

2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.


(55)

lv

• Keynesian Model

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang).


(56)

lvi

• Mark-up Model

Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Price = Cost + Profit Margin

Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :

Price = Cost + ( a% x Cost )

Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar.

Maulidan (2004) mengemukakan pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produksi meniingkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba menjadi menurun.

Kenaikan harga yang terus menerus dalam suatu periode yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar.


(57)

lvii Cara pengukuran inflasi yaitu:

Laju Inflasi = IHKt – IHKt-1 IHKt-1

2. Nilai tukar (Kurs) rupiah terhadap Dollar

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Tingkat nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan di pasar melalui demand dan suply valuta asing (Melvin, 1985:5) dalam (Veronica, 2007). Tentunya dalam kondisi pasar internasional yang semakin terintegrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi demand dan suply juga akan semakin kompleks. Demikian juga dengan tingkat volatilitasnya yang semakin meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar menurut Abdurrohman (1998) diantaranya sebagai berikut:

Purchasing Power Parity (PPP)

Dalam teori PPP, tingkat nilai tukar mata uang dinyatakan dalam bentuk absolut dan relatif. Dalam bentuk absolut dinyatakan bahwa tingkat nilai tukar suatu mata uang merupakan rasio antara harga domestik dengan harga luar negeri. Sedangkan dalam bentuk relatif, nilai tukar mata uang merupakan selisih antara tingkat inflasi di dalam negeri dengan tingkat inflasi di luar negeri (Abdurrohman, 1998).

Interest Rate Differential (IRD)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan tingkat nilai tukar mata uang antara dua negara disebabkan oleh perbedaan tingkat suku bunga antara


(58)

lviii

kedua negara tersebut, namun dengan arah berlawanan yang biasa disebut International Fisher Effect (Melvin, 1985:33). Pergerakan suku bunga di suatu negara akan berpengaruh terhadap aliran modal masuk dan keluar melalui mekanisme interest rate arbitrage. Selama ini tingkat suku bunga domestik dinilai terlalu tinggi dengan suku bunga yang berlaku di luar negeri. Akibat dari kondisi tersebut kalangan bisnis di Indonesia lebih suka mencari dana atau pinjaman ke luar negeri karena cost of fund-nya lebih rendah.

Monetary Model

Model ini didasarkan pada konsep PPP dan dikombinasikan dengan teori kuantitas uang (quantity theory of money). Dengan menggunakan fungsi permintaan uang (money demand), dinyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang sama dengan perbedaan antara permintaan uang domestik dengan permintaan uang luar negeri.

Balance of Payment (BOP)

Nilai tukar mata uang dalam model ini, mencerminkan kondisi defisit atau surplus neraca pembayaran internasional (BOP). BOP terdiri dari saldo neraca, saldo neraca modal, dan saldo cadangan devisa (Abdurrohman,1998). Sehingga upaya untuk mengendalikan tingkat nilai tukar akan sangat bergantung dengan sistem nilai tukar yang dianut. Dalam rezim mengambang terkendali, pemerintah berusaha akan mempertahankan tingkat nilai tukar agar tetap berada pada band level yang telah ditentukan. Bila saldo neraca berjalan dan saldo neraca modal lebih


(59)

lix

dari nol, berarti terjadi kelebihan permintaan terhadap rupiah sehingga terjadi penguatan terhadap nilai rupiah.

Speculative Attacks

Model ini merupakan fase terakhir dari kejatuhan suatu mata uang. Dalam hal ini berperan sebagai akselarator terjadinya krisis mata uang. Speculative Attacks didasari oleh adanya ekspektasi para pelaku pasa uang (Abdurrahman, 1998). Paul Krugman berpendapat bahwa dalam sistem fixed rate, kelebihan kredit domestik terhadap pertumbuhan permintaan uang menyebabkan berkurangnya cadangan devisa yang kemudian mengakibatkan ”speculative attacks” terhadap mata uang.

3. Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu tolok ukur terpenting dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan catatan tentang jumlah nilai rupiah dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu negara untuk waktu satu tahun (Nurrochmat et al, 2007). Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung PDB suatu negara, yaitu:

1. Pendekatan pendapatan 2. Pendekatan pengeluaran 3. Pendekatan nilai tambah

Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu


(1)

cxxxvii

LAMPIRAN 8

DATA UKURAN

PERUSAHAAN

JII

2003-2007

UKURAN PERUSAHAAN

JAKARTA ISLAMIC INDEX

No. Keterangan Ukuran

1 Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) Perusahaan Besar 2 Asahimas Flat Glass (AMFG) Perusahaan Besar 3 Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Perusahaan Besar 4 Astra Graphia Tbk (ASGR) Perusahaan Besar 5 Astra International Tbk (ASII) Perusahaan Besar 6 Astra Otoparts Tbk (AUTO) Perusahaan Besar 7 Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Perusahaan Besar 8 Barito Pacific Timber Tbk. (BRPT) Perusahaan Besar 9 Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) Perusahaan Besar 10 Bumi Resources Tbk. (BUMI) Perusahaan Besar 11 Ciputra Development Tbk.(CTRA) Perusahaan Besar 12 Citra Marga Nushapala Persada Tbk (CMNP) Perusahaan Besar 13 Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Perusahaan Besar 14 Dynaplast Tbk (DYNA) Perusahaan Besar 15 Ever Shine Textile (ESTI) Perusahaan Besar 16 Fortune Indonesia (FORU) Perusahaan Kecil 17 Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) Perusahaan Besar 18 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) Perusahaan Besar 19 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (INTP) Perusahaan Besar 20 Indofarma Tbk (INAF) Perusahaan Besar 21 Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Perusahaan Besar 22 Indorama Syntetics Tbk (INDR) Perusahaan Besar 23 Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) Perusahaan Besar 24 Kimia Farma Tbk (KAEF) Perusahaan Besar 25 Limas Stokhomindo Tbk (LMAS) Perusahaan Kecil 26 Mayora Indah Tbk (MYOR) Perusahaan Besar 27 Medco Energi International Tbk. (MEDC) Perusahaan Besar 28 Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Perusahaan Besar 29 Multipolar Tbk (MLPL) Perusahaan Besar 30 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) Perusahaan Besar 31 PP London Sumatera Tbk (LSIP) Perusahaan Besar 32 Selamat SempurnaTbk. (SMSM) Perusahaan Besar 33 Semen Cibinong Tbk. (SMCB) Perusahaan Besar


(2)

cxxxviii

34 SMART Tbk (SMAR) Perusahaan Besar 35 Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI) Perusahaan Besar 36 Summarecon Agung Tbk. (SMRA) Perusahaan Besar 37 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Perusahaan Besar 38 Timah Tbk. (TINS) Perusahaan Besar 39 Trias Sentosa Tbk (TRST) Perusahaan Besar 40 United Tractors Tbk. (UNTR) Perusahaan Besar


(3)

cxxxix

LAMPIRAN 9

DATA INFLASI

2003-2007

TINGKAT INFLASI

PER BULAN

2003 2004 2005 2006 2007

Jan-03 8,68% Jan-04 4,82% Jan-05 7,32% Jan-06 17,03% Jan-07 6,26% Feb-03 7,60% Feb-04 4,60% Feb-05 7,15% Feb-06 17,92% Feb-07 6,30% Mar-03 7,17% Mar-04 5,11% Mar-05 8,81% Mar-06 15,74% Mar-07 6,52% Apr-03 7,62% Apr-04 5,92% Apr-05 8,12% Apr-06 15,40% Apr-07 6,29% May-03 7,15% May-04 6,47% May-05 7,40% May-06 15,60% May-07 6,01% Jun-03 6,98% Jun-04 6,83% Jun-05 7,42% Jun-06 15,53% Jun-07 5,77% Jul-03 6,27% Jul-04 7,20% Jul-05 7,84% Jul-06 15,15% Jul-07 6,06% Aug-03 6,51% Aug-04 6,67% Aug-05 8,33% Aug-06 14,90% Aug-07 6,51% Sep-03 6,33% Sep-04 6,27% Sep-05 9,06% Sep-06 14,55% Sep-07 6,95% Oct-03 6,48% Oct-04 6,22% Oct-05 17,89% Oct-06 6,29% Oct-07 6,88% Nov-03 5,53% Nov-04 6,18% Nov-05 18,38% Nov-06 5,27% Nov-07 6,71% Dec-03 5,16% Dec-04 6,40% Dec-05 17,11% Dec-06 6,60% Dec-07 6,59%


(4)

cxl

TINGKAT INFLASI

PER TAHUN

TAHUN

TINGKAT INFLASI

2003

6,79%

2004

6,06%

2005

10,40%

2006

13,33%

2007

6,40%

LAMPIRAN 10

DATA KURS RUPIAH TERHADAP

DOLLAR

2003-2007

KURS RUPIAH TERHADAP

DOLLAR

PER BULAN

2003 2004 2005 2006 2007

Jan-03 Rp 9.396,86 Jan-04 Rp 8.894,95 Jan-05 Rp 9.744,90 Jan-06 Rp 9.972,38 Jan-07 Rp 9.567,96 Feb-03 Rp 9.395,05 Feb-04 Rp 8.925,17 Feb-05 Rp 9.744,94 Feb-06 Rp 9.753,15 Feb-07 Rp 9.567,80

Mar-03 Rp 9.430,25 Mar-04 Rp 9.068,82 Mar-05 Rp 9.870,52 Mar-06 Rp 9.671,57 Mar-07 Rp 9.663,95

Apr-03 Rp 9.310,60 Apr-04 Rp 9.108,25 Apr-05 Rp 10.039,35 Apr-06 Rp 9.436,94 Apr-07 Rp 9.597,55 May-03 Rp 8.933,63 May-04 Rp 9.465,32 May-05 Rp 9.979,80 May-06 Rp 9.484,86 May-07 Rp 9.344,33 Jun-03 Rp 8.729,05 Jun-04 Rp 9.882,38 Jun-05 Rp 10.116,45 Jun-06 Rp 9.862,73 Jun-07 Rp 9.483,65 Jul-03 Rp 8.835,78 Jul-04 Rp 9.536,86 Jul-05 Rp 10.299,29 Jul-06 Rp 9.625,48 Jul-07 Rp 9.567,14 Aug-03 Rp 9.003,10 Aug-04 Rp 9.735,43 Aug-05 Rp 10.486,18 Aug-06 Rp 9.594,25 Aug-07 Rp 9.866,68 Sep-03 Rp 8.962,33 Sep-04 Rp 9.682,60 Sep-05 Rp 10.732,57 Sep-06 Rp 9.643,33 Sep-07 Rp 9.809,90 Oct-03 Rp 8.940,61 Oct-04 Rp 9.596,24 Oct-05 Rp 10.593,38 Oct-06 Rp 9.687,18 Oct-07 Rp 9.607,06 Nov-03 Rp 8.995,53 Nov-04 Rp 9.531,47 Nov-05 Rp 10.540,71 Nov-06 Rp 9.634,59 Nov-07 Rp 9.764,27 Dec-03 Rp 8.987,90 Dec-04 Rp 9.723,09 Dec-05 Rp 10.357,32 Dec-06 Rp 9.586,80 Dec-07 Rp 9.833,60

126


(5)

cxli

KURS RUPIAH TERHADAP

DOLLAR

PER TAHUN

TAHUN

NILAI KURS

2003

9.076,72

2004

9.429,21

2005

10.208,79

2006

9.662,77

2007

9.639,49

LAMPIRAN 11

DATA PRODUK DOMESTIK BRUTO

2003-2007

PRODUK DOMESTIK BRUTO

PER KWARTAL

(MILIAR Rp.)

2003 2004 2005 2006 2007

Mar. 387962.1 Mar. 402591.2 Mar. 427003 Mar. 448501.1 Mar. 475824 Jun. 394244.8 Jun. 411814.9 Jun. 436110 Jun. 457776 Jun. 487102.9 Sep. 404710.6 Sep. 424393.3 Sep. 448492.5 Sep. 475049.3 Sep. 505957.6 Dec. 392641.5 Dec. 418026.3 Dec. 439050.6 Dec. 465966.5 Dec. 495089.8

PRODUK DOMESTIK BRUTO

PER TAHUN

(MILIAR Rp.)

TAHUN

NILAI PDB

2003

131.629,92

2004

138.068,81

2005

145.888,01

2006

153.941,08

2007

163.664,53


(6)

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham Terhadap Return Saham Industri Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 32 110

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Ekonomi Makro Terhadap Return Saham Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia

0 22 86

EFEK AKHIR PEKAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN KELOMPOK INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 16

EFEK AKHIR PEKAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN KELOMPOK INDUSTRI MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 22 16

Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Beta Saham terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

1 86 133

Analisis pengaruh indikator fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham : studi empiris pada PT.Bursa Efek Indonesia

0 4 124

PERBEDAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK INDUSTRI DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP PERBEDAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK INDUSTRI DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM ANTARA BANK SYARIAH DAN NON SYARIAH DI INDONESIA.

0 2 11

PERBEDAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK INDUSTRI DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP PERBEDAAN PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK INDUSTRI DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM ANTARA BANK SYARIAH DAN NON SYARIAH DI INDONESIA

0 3 16

KAKPM-23. ANALISA EKONOMI MAKRO, INDUSTRI DAN KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH

0 0 12

AKPM06. ANALISA KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, INDUSTRI DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RETURN DAN BETA SAHAM SYARIAH DI BURSA EFEK JAKARTA

0 0 16