xcix
Gambar 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Tidak Ada Outlier
Regression Standardized Predicted Value
3 2
1 -1
-2 -3
R e
g re
s s
io n
S tu
d e
n ti
z e
d R
e s
id u
a l
2
-2
-4
Scatterplot
Dependent Variable: Beta
Sumber : Output SPSS
Pada gambar di atas terlihat titik-titik sudah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat
gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
2. Hasil Penelitian
Pengujian terhadap penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu secara deskriptif dan uji regresi linier berganda. Adapun hasil analisinya adalah sebagai
berikut: a. Hasil Analisis Deskriptif
c Penelitian ini menggunakan pooling data dengan jumlah 200 observasi
sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selam periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Analisis deskripsi dilakukan untuk menghitung
nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka diperoleh hasil sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Return
200 -,1437
,6259 ,051566
,0783047 Beta
200 -1,6244
1,7184 ,496593
,4079002 EPS
200 -631,00
3103,00 129,9344
332,66273 DER
200 -46,55
72,27 1,4239
7,01309 ROE
200 -82,00
372,00 16,5460
43,21074 Jenis Industri
200 1
,53 ,501
Ukuran Industri 200
1 ,95
,218 Inflasi
200 6,0575
13,3317 8,597180
2,8426011 Kurs
200 9076,72570
10208,78510 9603,3974200
369,44758575 PDB
200 131629,9167 163664,5250 146638,466660
11363,9963530 Valid N listwise
200
Sumber : Output SPSS
Tabel 1 menyajikan gambaran statistik dari variabel Return, Beta, Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto. Secara statistik dapat diketahui bahwa pada 200
perusahaan yang dijadikan sampel, variabel Return perusahaan JII memiliki nilai minimum -0,1437 yang terdapat pada perusahaan Limas Stockomindo
ci Tbk dan nilai terbesar 0,6259 pada perusahaan Ever Shine Textile Tbk,
dengan nilai mean 0,05156 dan standar deviasi 0,0783. Variabel Beta memiliki nilai minimum -1,6244 yang terdapat pada
perusahaan Bakrie Brother Tbk dan nilai maximum 1,7184 pada perusahaan Barito Pasific Timber Tbk, dengan nilai rata-rata 0,4965 dan standar deviasi
0,4079. Variabel Earning Per Share memiliki nilai minimum -631,00 rupiah
yang terdapat pada perusahaan Sumalindo Lestari Jaya Tbk dan nilai maximum Rp. 3103,00 pada perusahaan Astra Internasional Tbk, dengan nilai
rata-rata Rp. 129,93 dan standar deviasi Rp. 332,66.
Variabel Debt to Equity Ratio memiliki nilai minimum -46,55 kali yang terdapat pada perusahaan Ciputra Development Tbk dan nilai maximum 72,27
kali pada perusahaan PP London Sumatera Tbk, dengan nilai rata-rata 1,4239
kali dan standar deviasi 7,013 kali. Variabel Return on Equity memiliki nilai minimum -82,00 persen yang
terdapat pada perusahaan Kawasan Industri Jababeka Tbk dan nilai maximum 372,00 persen pada perusahaan Ciputra Development Tbk, dengan nilai rata-
rata 16,546 persen dan standar deviasi 43,2107 persen.
Variabel Inflasi memiliki nilai minimum 6,0575 persen dan nilai maximum 13,3317 persen dengan nilai rata-rata 8,597180
persen dan standar deviasi 2,8426011 persen.
cii Variabel Kurs atau nilai tukar memiliki nilai minimum Rp. 9076,7257
yang dan nilai maximum Rp.10208,7851 dengan nilai rata-rata Rp.9603,3974 dan standar deviasi Rp. 369,4476.
Variabel Produk
Domestik Bruto
memiliki nilai
minimum Rp.131629,9167
dan nilai maximum Rp.163664,5250 dengan nilai rata-rata
Rp.146638,4667 dan standar deviasi Rp.11363,9964. Pada analisis deskripsi dapat dilihat bahwa rata-rata mean beta saham
yang tergolong dalam JII adalah sebesar 0,496 atau berada dibawah satu yang mendukung hasil penelitian Huda 2004 yang dalam penelitiannya mengkaji
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham pada kelompok JII. Hasil penelitian antara lain menyatakan bahwa rata-rata beta saham kelompok
JII berada pada nilai di bawah satu yang berarti mempunyai risiko di bawah risiko pasar.
Oleh karena variabel Jenis Industri dan Ukuran Industri merupakan variabel dummy kategori, maka tidak perlu dilakukan statistik deskripsi
hanya perlu dibuat table frekuensi. Frekuensi variabel Jenis Industri dan Ukuran Industri dapat dilihat pada table 2.
Tabel 4.7 Hasil Uji Frequency Jenis dan Ukuran Industri
Jenis Industri
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Industri Non Manufaktur 95
47,5 47,5
47,5 Industri Manufaktur
105 52,5
52,5 100,0
Valid Total
200 100,0
100,0
Sumber : Output SPSS
ciii
Ukuran Industri
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Industri Kecil
10 5,0
5,0 5,0
Industri Besar
190 95,0
95,0 100,0
Total
200 100,0
100,0
Sumber : Output SPSS
Tabel 2.1 menggambarkan bahwa jenis industri non manufaktur tercatat sebanyak 95 perusahaan atau 47,5 dari total perusahaan yang dijadikan
sampel, sedangkan industri manufaktur tercatat sebanyak 105 perusahaan atau 52,5 dari total perusahaan yang dijadikan sampel.
Tabel 2.2 menggambarkan bahwa ukuran industri kecil tercatat sebanyak 10 perusahaan atau 5,0 dari total perusahaan yang dijadikan sampel,
sedangkan industri besar tercatat sebanyak 190 perusahaan atau 95,0 dari total perusahaan yang dijadikan sampel.
b. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,
Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto terhadap return
dan beta saham perusahaan-perusahaan
yang tergolong Jakarta Islamic Index
di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:
civ
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
1,041 ,557
1,868 ,064
EPS ,001
,001 ,093
,835 ,406
DER ,035
,015 ,277
2,356 ,020
ROE ,001
,006 ,020
,145 ,885
Jenis Industri -,033
,020 -,144
-1,681 ,095
Ukuran Industri ,025
,051 ,041
,490 ,625
Inflasi -,014
,023 -,060
-,636 ,526
Kurs -,012
,007 -,187
-1,755 ,082
PDB ,001
,001 ,109
1,140 ,256
a Dependent Variable: Return
Sumber: Output SPSS
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-,569 1,060
-,537 ,592
EPS ,008
,003 ,293
2,939 ,004
DER ,056
,029 ,197
1,953 ,053
ROE -,014
,011 -,153
-1,262 ,209
Jenis Industri -,107
,037 -,216
-2,868 ,005
Ukuran Industri ,160
,097 ,125
1,647 ,102
Inflasi ,004
,045 ,008
,099 ,922
Kurs ,038
,013 ,282
3,015 ,003
PDB -,007
,001 -,420
-5,092 ,000
a Dependent Variable: Beta
Sumber: Output SPSS
cv Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk return
dan beta saham syariah perusahaan-perusahaan yang tergolong JII di BEI sebagai berikut:
Persamaan 1:
Y1 = 1,041 + 0,001 X1 + 0,035 X2 + 0,001 X3
– 0,033 X4 + 0,025 X5 – 0,014 X6 – 0,012 X7 + 0,001 X8
Persamaan 2:
Y2 = -0,569 + 0,008 X1 + 0,056 X2 – 0,014 X3
– 0,107 X4 + 0,160 X5 + 0,004 X6 + 0,038 X7 – 0,007 X8
Keterangan: Y
1
= Variabel dependen Return saham syariah Y
2
= Variabel dependen Beta saham syariah a = Konstanta
i
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i. X
1
= Variabel Independen Earning Per Share X
2
= Variabel Independen Debt To Equity Ratio X
3
= Variabel Independen Return On Equity X
4
= Variabel Independen Variabel Dummy Jenis Industri yang membedakan industri non manufaktur dan manufaktur
X
5
= Variabel Independen Variabel Dummy Ukuran Industri yang membedakan industri besar dan kecil
X
6
= Variabel Independen Inflasi
cvi X
7
= Variabel Independen Kurs Rupiah Terhadap Dollar X
8
= Variabel Independen Produk Domestik Bruto e = Estimasi Error
Koefisien-koefisien pada persamaan 1 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen return, beta, book value, price earning ratio, debt to equity
ratio, return on equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan
produk domestik bruto dengan variabel dependen return saham perusahaan-perusahaan yang tergolong JII. Tanda + berarti terdapat
hubungan yang positif atau searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen return,
beta, earning per share, debt to equity ratio, return on equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan produk domestik bruto maka
semakin meningkat pula nilai variabel dependen return saham perusahaan-perusahaan yang tergolong JII, begitu juga sebaliknya.
b. Koefisien regresi untuk variabel Earning Per Share X1 sebesar 0,001 menunjukkan bahwa jika variabel Earning Per Share X1 meningkat satu
satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return
sebesar 0,001. c. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio X2 sebesar 0,035
menunjukkan bahwa jika Debt to Equity Ratio X2 meningkat satu satuan
cvii kali maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return
sebesar 0,035. d. Koefisien regresi variabel Return on Equity X3 sebesar 0,001
menunjukkan bahwa jika variabel Return on Equity X3 meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen
return sebesar 0,001.
e. Koefisien regresi variabel Jenis Industri X4 sebesar -0,033 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “non manufaktur” dummy = 0 dan
variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041 + -0,033.DJenis = 1,041 + -0,033.0 = 1,041. Jadi return naik sebesar
1,041. Jika perusahaan tergolong “perusahaan manufaktur” dummy = 1 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,167
+ -0,033.DJenis = 1,041 + -0,033.1 = 1,008. Jadi return naik sebesar 1,008.
f. Koefisien regresi variabel Ukuran Industri X5 sebesar 0,025 menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “perusahaan kecil”
dummy = 0 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041 + 0,025 DUkuran = 1,041 + 0,025 0 = 1,041. Jadi return
naik 1,041. Jika perusahaan tergolong “perusahaan besar” dummy = 1 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai return sebesar 1,041
+ 0,025 DUkuran = 1,041 + 0,025 1 = 1,066. Jadi return naik sebesar 1,066.
cviii g. Koefisien regresi variabel Inflasi X6 sebesar -0,014 menunjukkan bahwa
jika variabel Inflasi X6 meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen return sebesar 0,014.
h. Koefisien regresi variabel KursNilai Tukar X7 sebesar -0,012 menunjukkan bahwa jika variabel KursNilai Tukar X7 meningkat satu
satuan rupiah maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen return
sebesar 0,012. i. Koefisien regresi variabel PDB X8 sebesar 0,001 menunjukkan bahwa
jika variabel PDB X8 meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen return sebesar 0,001.
Koefisien-koefisien pada persamaan 2 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen return, beta, earning per share, debt to equity ratio, return on
equity, jenis industri, ukuran industri, inflasi, kurs, dan produk domestik
bruto dengan variabel dependen return saham perusahaan- yang tergolong JII. Tanda + berarti terdapat hubungan yang positif atau
searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen Return, Beta, Book Value, Price
Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Jenis Industri,
Ukuran Industri, Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto maka semakin
cix meningkat pula nilai variabel dependen return saham perusahaan- yang
tergolong JII, begitu juga sebaliknya. b. Koefisien regresi untuk variabel Earning Per Share X1 sebesar 0,008
menunjukkan bahwa jika variabel Earning Per Share X1 meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen
beta sebesar 0,008. c. Koefisien regresi variabel Debt to Equity Ratio X2 sebesar 0,056
menunjukkan bahwa jika Debt to Equity Ratio X2 meningkat satu satuan kali maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta
sebesar 0,056. d. Koefisien regresi variabel Return on Equity X3 sebesar –0,014
menunjukkan bahwa jika variabel Return on Equity X3 meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen
beta sebesar 0,014. e. Koefisien regresi variabel Jenis Industri X4 sebesar –0,107 menunjukkan
bahwa jika perusahaan tergolong “non manufaktur” dummy = 0 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + -
0,107.Djenis = -0,569 + -0,107.0 = -0,569. Jadi beta turun sebesar 0,831. Jika perusahaan tergolong “perusahaan manufaktur” dummy = 1
dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + -0,107.Djenis = -0,569 + -0,107.1 = -0,676. Jadi beta turun
sebesar 0,676.
cx f. Koefisien regresi variabel Ukuran Industri X5 sebesar 0,160
menunjukkan bahwa jika perusahaan tergolong “perusahaan kecil” dummy = 0 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta
sebesar -0,569 + 0,160 DUkuran = -0,569 + 0,160 0 = -0,569. Jadi beta turun sebesar 0,569. Jika perusahaan tergolong “perusahaan besar”
dummy = 1 dan variabel lain bernilai sama dengan nol, maka nilai beta sebesar -0,569 + 0,160 Dukuran = -0,569 + 0,160 1 = -0,409. Jadi beta
turun sebesar 0,409. g. Koefisien regresi variabel Inflasi X6 sebesar 0,004 menunjukkan bahwa
jika variabel Inflasi X6 meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,004.
h. Koefisien regresi variabel KursNilai Tukar X7 sebesar 0,038 menunjukkan bahwa jika variabel KursNilai Tukar X7 meningkat satu
satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,038.
i. Koefisien regresi variabel PDB X8 sebesar –0,007 menunjukkan bahwa jika variabel PDB X8 meningkat satu satuan rupiah maka akan
berpengaruh negatif terhadap variabel dependen beta sebesar 0,007.
4. Uji Hipotesis a. Uji T-Test