Ruang Lingkup Bidang Usaha Oven Pengering Mesin Bed Dryer Mixer lubrikasi Mixer pencampuran Mesin Cetak Mesin Cetak

Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Kemudian dengan akte No.35 yang dibuat pada tanggal 29 November 1988 diadakanlah akte perubahan pemegang saham serta manajemen perusahaan yang selanjutnya diputuskan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-1134. HT.01.04.Th.89 tanggal 31 Januari 1989. Dalam akte tersebut berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris serta pemegang saham menetapkan bahwa sebagai penanggung jawab dengan jabatan Direktur Utama adalah Bapak Jacob sampai batas waktu yang belum ditentukan. Dalam perkembangannya PT. Mutiara Mukti Farma membeli sebidang tanah di jalan Namurambe desa Delitua Kabupaten Deli Serdang seluas 8,622 m 2 untuk lokasi pembangunan pabrik baru dengan menggunakan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Pembangunan dimulai pada tahun 1992 sedangkan pemakaiannya diresmikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tanggal 27 Juli 1994. Kemudian diadakan perubahan izin industri farmasi yang menggunakan CPOB dengan No. PO.01.01.2.01796 yang dikelurkan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI tanggal 22 Juli 1994.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mutiara Mukti Farma memproduksi jenis obat-obatan sebagai berikut : 1. Tablet, yaitu obat yang terbuat dari bubuk yang dipadatkan dan berbentuk bulat. 2. Kapsul, yaitu obat yang berbentuk kapsul yang berisi powder serbuk. 3. Serbuk oral powder, yaitu obat yang berbentuk serbuk langsung dibungkus dalam plastik. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 4. Sirup, yaitu obat yang berwujud cairan dalam botol. 2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, PT. Mutiara Mukti Farma menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing pegawai mengetahui dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan hasil pekerjaanya. Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma adalah struktur line-fungsional dimana wewenang dari pucuk pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu. PT. Mutiara Mukti Farma membagi pegawai berdasarkan fungsi-fungsi pekerjaan yang ada, atasan dari seorang bawahan adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya fungsi-fungsi tersebut. Pimpinan satuan dengan bidang tertentu dapat memerintah dan meminta pertanggungjawaban dari semua pimpinan satuan pelaksana yang ada, sepanjang menyangkut bidang kerjanya. Struktur organisasi PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Gambar 2.1. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduk i jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 personil diberi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Adapun uraian tugas dan tanggung jawab pada PT. Mutiara Mukti Farma dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari PT. Mutiara Mukti Farma memiliki tenaga kerja sebanyak 116 orang. Rincian tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma No. Bagian Unit JUMLAH ORANG 1. Direktur Utama 2 2. Direktur 1 3. Manajer 8 4. Administrasi dan Keuangan 8 5. Perencanaan Produksi 1 6. Unit Sirup 15 7. Unit Tablet 4 8. Unit Kapsul 7 9. Unit Puyer 3 10. Unit Cuci Botol 3 11. Gudang Kemasan 4 12. Gudang Bahan Baku 3 13. Gudang Barang Jadi 3 14. Teknisi 3 15. Laboratorium 5 16. Tenaga Blister 4 17. Pengemasan 24 18. Tukang Kebun 1 19. Supir 1 20. Jaga Malam 3 Tabel 2.1. Rincian Tenaga Kerja PT. Mutiara Mukti Farma lanjutan No. Bagian Unit JUMLAH ORANG 21. Cleaning Service 3 22. Satpam 3 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 23. Tenaga Strip 7 Jumlah 116 Sumber : PT. MUTIFA Jam kerja PT. Mutiara Mukti Farma terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian kantor, bagianproduksi dan bagian keamanan. a. Bagian Kantor yang terdiri dari : - Direktur - Administrasi Kantor Waktu kerjanya adalah sebagai berikut : Hari Jam kerja Istirahat Jam kerja Senin 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Selasa 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Rabu 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Kamis 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Jumat 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 b. Bagian Produksi yang terdiri dari : - Riset dan Pengembangan - Laboratorium - Karyawan Produksi - Karyawan Gudang - Teknisi - Penyediaan Kemasan Waktu kerjanya adalah sebagai berikut : Hari Jam kerja Istirahat Jam kerja Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Senin 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Selasa 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Rabu 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Kamis 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Jumat 08.30 – 12.00 12.00 – 13.00 13.00 – 16.30 Sabtu 08.30 – 13.00 - - c. Bagian Keamanan Waktu kerjanya dibagi atas 2 shift yaitu : Shit waktu Shift I 07.00 – 19.00 Shift II 19.00 – 07.00

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dengan memberikan upah dan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan juga meningkaatkan produktifitas kerja. Sejalan dengan maksud di atas, PT. Mutiara Mukti Farma berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijaksanaan tentang Upah Minimum Regional UMR yang telah ditetapkan pemerintah. Sistem pengupahan yang berlaku di perusahaan ini adalah sebagai berikut : 1. Pembayaran upah dilakukan sebulan sekali yaitu setiap awal bulan. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 2. Upah lembur yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang bekerja yaitu : - jam pertama sebesar 1,5 kali upah jam kerja normal. - Jam kedua sebesar 2 kali upah jam kerja normal. - Jam ketiga dan seterusnya dibayar sebesar 3 kali upah 1 jam kerja normal. 3. Upah yang diberikan meliputi gaji pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap yang di dalamnya termasuk uang makan dan transport. 4. Tunjangan Hari Raya THR diberikan satu bulan gaji atau tergantung besarnya keuntungan perusahaan. Selain upah yang diberikan, perusahaan juga memperhatikan keselamatan kerja para karyawannya dengan memberikan jaminan sosial tenaga kerja Jamsostek berupa jaminan hari tua, kecelakaan kerja, kematian dan kesehatan. Dalam pelaksanaan Jamsostek, pihak perusahaan mengadakan pengutipan iuran dari kegiatan organisasi karyawan seperti iuran Asuransi Tenaga Kerja ASTEK yakni sebesar 2 dari gaji karyawan. Selain itu perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembalikan kesegaran dan kepentingan pribadi karyawan dengan memberikan cuti kepada karyawan yang telah bekerja minimum selama satu tahun. Hak cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari kerj dalam setahun. Selain itu bagi karyawan yang sedang hamil atau melahirkan berhak mendapat cuti selama 3 bulan, sedangkan untuk cuti haid diberi selama 2 hari kerja setiap bulannya.

2.4. Proses Produksi

Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana. PT. Mutiara Mukti Farma dalam melakukan proses produksinya banyak menghasilkan jenis obat-obatan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian di PT. Mutiara Mukti Farma, kegiatan proses produksi yang diamati hanya menyangkut pembuatan obat jenis tablet. Dalam pembuatan obat dibutuhkan adanya bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong, mesin dan peralatan, tenaga kerja, metode kerja serta manajemen yang baik untuk menghasilkan produk obat-obatan yang baik. Proses produksi yang diamati dalam penelitian adalah obat tablet antalgin.

2.4.1. Bahan Yang Digunakan. 1.

Bahan Baku. Bahan Baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk. Penggunaan bahan baku memiliki persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Dalam pembuatan tablet, bahan baku yang digunakan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Bahan Berkhasiat zat aktif Bahan berkhasiat adalah bahan yang digunakan dalam pembuatan obat yang mana bahan inilah yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit. Bahan berkhasiat ini berupa tepung yang disesuaikan dengan jenis obat yang akan di produksi berdasarkan formulasi yang telah ditentukan. Contoh : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Nama Obat Bahan Berkhasiat Antalgin Antalgin b. Bahan Pengisi Bahan pengisi berguna untuk menambah berat serta ukuran obat sehingga mudah dicetak. Bahan pengisi ditambahkan pada obat yang bahan berkhasiatnya berkomposisi rendah, pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan misalnya aspirin atau obat antibiotik. Tepung yang diperoleh dari jagung, gandum atau kentang dipergunakan sebagai bahan pengisi tablet. Contoh : Nama Obat Bahan Pengisi Antalgin Lactose C 12 H 22 O 11 Corn Starch C 6 H 10 O 5

2. Bahan Tambahan.

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses produk dalam rangka meningkatkan mutu produk dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan terdiri dari : a. Bahan Pengikat Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Bahan pengikat digunakan untuk menyatukan bahan baku obat sehingga dapat bersatu. Bahan pengikat berupa pasta yaitu campuran air dan tepung. Pasta kanji merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai, dibuat dengan cara melarutkan kanji ke dalam air kemudian dipanaskan selama beberapa waktu tertentu. Contoh : Nama Obat Bahan Pengikat Antalgin Amylum C6H 22 O 11 b. Bahan Penghancur. Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika bercampur dengan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan. Bahan dapat berfungsi menarik air ke dalam tablet, mengembangkannya dan menyebabkan tablet pecah menjadi partikel- partikel. c. Bahan Pelicin dan Anti Lekat. Suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelicin. Perbedaan dari kedua sifat tersebut adalah : Anti lekat berusaha mengurangi melekatnya bubuk atau granul pada permukaan cetakan atau pada dinding cetakan. Pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul untuk masuk Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 ke dalam cetakan. Bahan-bahan digunakan agar dalam proses pencetakan obat dapat dengan mudah dicetak. Contoh : Nama Obat Bahan Pelicin Antalgin Magnesium Stearat Mg C 18 H35O2 2 Talcum d. Bahan Pengawet. Bahan pengawet berguna untuk mengawetkan obat dan memperlambat proses perkembangan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Contoh : Nama Obat Bahan Pengawet Antalgin Nipagin C 8 H 8 O 3 Nipasol HO. C 6 H 4 COOC 3 H 7 e. Bahan Pewarna. Bahan pewarna diberikan kepada obat untuk memberikan daya tarik terhadap suatu obat. Bahan pewarna yang digunakan berbentuk tepung dan sesuai dengan ketentuan Depkes, yaitu bahan pewarna untuk Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 makanan dan obat-obatan. Manfaat dari pemberian warna antara lain : menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi, membuat suatu produk menjadi menarik. Contoh : Nama Obat Bahan Pewarna Antalgin Eurochat Blue f. Bahan Pemberi Rasa. Bahan pemberi rasa gunanya untuk menghilangkan rasa obat dan memberikan rasa baru pada obat tersebut, seperti rasa jeruk, rasa apel, dan lain-lain. Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau pada tablet lain yang ditujukan untuk larut dalam mulut. Contoh : Nama Obat Bahan Pemberi Rasa Antalgin Vaniline Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 g. Bahan Pengembang Bahan pengembang digunakan untuk mempercepat proses penguraian obat di dalam usus ataupun lambung. Bahan pengembang yang digunakan seperti Primojel. Contoh : Nama Obat Bahan Pengembang Antalgin Primojel C 20 H 24 O 2 h. Bahan Kemasan. Bahan kemasan digunakan pada proses pengepakan produk jadi, seperti : karton, botol, label, silcap, etiket, dan plastik.

3. Bahan Penolong.

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dalam rangka memperlancar proses produksi, yang mana bahan ini bukan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah air. Air digunakan dalam pembuatan bahan pengikat, misalnya pembuatan kanji.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Bahan

Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Untuk standar mutu bahanproduk, industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB. Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43MENKESSKII1988 tentang CPOB dan keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Mutu Obat dan Makanan Depkes RI No 04510ASKXII1989 tentang petunjuk operasional penerapan CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pada PT. Mutiara Mukti Farma setiap bahan dan produk harus melewati proses pengawasan mutu yang ketat dari mulai masuknya bahan awal, bahan dalam proses, hingga ke produk jadi sehingga memiliki standar mutu yang sesuai dengan standar CPOB.

1. Standar Mutu Bahan.

Bahan utama dalam pembuatan antalgin adalah metampiron C 13 H 16 N 3 NaO 4 S.H 2 O. Gambar metampiron dapat dilihat pada Gambar 2.2. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 N N N C 6 H 5 CH 3 CH 3 NaSO 3 - CH 2 - CH 3 O H 2 O Gambar 2.2. Rumus Bangun Metampiron Standar mutu metampiron adalah sebagai berikut : 1. Berat Molekul : 351,37 2. Metampiron mengandung tidak kurang dari 99 dan tidak lebih dari 101 C 13 H 16 N 3 NaO 4 S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. 3. Pemerian : serbuk hablur, putihputih kekuningan. 4. Arsen : tidak lebih dari 2 bpj. 5. Logam Berat : tidak lebih dari 2 bpj. 6. Susut Pengeringan : tidak lebih dari 5,5.

2. Standar Mutu Produk

Standar mutu tablet antalgin atau tablet metampiron adalah sebagai berikut : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 1. Tablet metampiron mengandung metampiron C 13 H 16 N 3 NaO 4 S.H 2 O tidak kurang dari 105 dari jumlah yang tertera pada etiket. 2. Memenuhi syarat seperti yang tertera pada compressi.

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses produksi pembuatan obat tablet dapat dilihat di bawah ini :

1. Penimbangan Bahan.

Bahan baku, baik yang berupa zat berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat ditimbang atas dasar surat perintah pembuatan obat yang telah ditetapkan komposisinya sesuai dengan banyaknya obat yang akan diproduksi dan formulasinya. Kegiatan penimbangan disaksikan oleh pengawas dari ruang produksi, bahan-bahan ditimbang sesuai dengan batch yang telah ditentukan dalam surat perintah pembuatan obat. Bahan-bahan sebelum tiba di gudang diperiksa terlebih dahulu oleh bagian pengawasan mutu untuk mengetahui apakah bahan tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan pemasok bahan baku dan mutunya terjamin. Pemeriksaan bahan baku yang diperiksa meliputi : 1. Pemeriksaan organoleptis, yaitu : bentuk, warna, bau dan rasa. 2. Pemeriksaan secara kimia, yaitu : kualitatif, kuantitatif dan PH. 3. Pemeriksaan secara PH, yaitu : kelarutan, titik lebur, berat jenis dan viskositaskekentalan. 4. Pemeriksaan kemasan, meliputi : ukuran dan kerusakankebocoran wadah. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 5. Pemeriksaan etiket, meliputi : ukuran, kebenaran tulisan, disain, warna, kerapian catatan dan lambang seperti lambang untuk obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras.

2. Proses Pencampuran.

Setelah masing-masing bahan sudah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah mixer dan di aduk sampai tercampur rata. Kemudian dimasukkan pasta yang berfungsi sebagai zat pengikat sambil terus diaduk. Setelah tercampur rata bahan kemudian dibawa ke bagian Granulasi Basah.

3. Granulasi Basah.

Granulasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan aliran serbuk dengan jalan membentuknya menjadi bulatan-bulatan atau butiran kecil dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Jadi granulasi basah adalah gumpalan-gumpalan atau butiran kecil dari bahan yang telah dicampur yang masih dalam keadaan basah. Bahan yang sudah dicampur digranulasi secara basah wet granulation untuk membentuk granul-granul kecil yang ukurannya lebih seragam. Pembentukan granul-granul akan mempermudah proses pengeringan. Proses granulasi basah menggunakan ayakan dengan ukuran mesh 7.

4. Proses Pengeringan.

Setelah bahan digranul secara basah, kemudian bahan obat tersebut dikeringkan. Bahan yang dikeringkan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Proses pengeringan dapat menggunakan oven pengeringan atau Fluid Bed Dryer. Proses Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 pengeringan dengan menggunakan Fluid Bed Dryer akan memberikan waktu yang lebih singkat dan massa yang lebih homogen dibandingkan dengan menggunakan oven pengering, namun kapasitasnya lebih kecil dari oven pengering. Proses pengeringan pada Fluid Bed Dryer dilakukan pada suhu berkisar antara 60 o C sampai 100 o C, tergantung jenis obat yang akan dibuat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Pengeringan dengan oven juga dilakukan pada suhu berkisar antara 60 o C sampai 100 o C selama 8 jam sampai 10 jam.

5. Granulasi Kering.

Granulasi kering ini berfungsi untuk mendapatkan ukuran gumpalan- gumpalan granul yang lebih halus setelah granul basah dikeringkan. Bahan obat yang sudah dikeringkan digranulasi kembali sehingga terbentuk granul-granul yang lebih halus lagi dan memiliki ukuran yang relatif sama sehingga bobotnya seragam. Proses penggranulan menggunakan ayakan ukuran mesh yang bervariasi yaitu 12, 10, dan 8 mesh. Ukuran pengayakan tergantung kepada ukuran tablet yang akan dibuat. Ukuran mesh 12 digunakan untuk menggranul bahan tablet yang akan dicetak dengan ukuran kecil, sedangkan mesh 10 dan 8 digunakan untuk tablet yang lebih besar.

6. Lubrikasi

Lubrikasi adalah proses pencampuran zat pelicin dengan bahan obat agar dalam proses pencetakan obat tidak lengket dan akan menghasilkan obat yang akan lebih baik. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Setelah mengalami granulasi kering, bahan obat yang sudah halus dilubrikasi. Pada prosesnya ditambahkan zat pelicin seperti Magnesium Stearat dan Talcum. Pemberian zat pelicin akan memperbaiki daya alir bahan ketika masuk dalam pencetakan dan juga berguna dalam proses pencetakan agar obat tidak lengket sewaktu dicetak dan memberikan permukaan obat yang licin mengkilap.

7. Pencetakan.

Setelah lubrikasi dilakukan maka dilanjutkan ke proses pencetakan. Bahan obat ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat bahan yang akan dicetak, karena dalam surat perintah pembuatan obat formulasinya sudah ditetapkan untuk sejumlah obat yang akan dibuat. Dalam proses pencetakan terlebih dahulu dilakukan pencetakan percobaan agar obat yang dicetak ukurannya sesuai dengan yang ditetapkan. Obat yang tidak sesuai ukurannya akan dihancurkan dan kemudian dicetak lagi. Pada akhir pencetakan diambil beberapa sampel obat untuk mengetahui kadar dari zat yang terkandung di dalam tablet tersebut.

8. Pengayakan dan Pemeriksaan.

Setelah obat selesai dicetak kemudian diayak secara manual dengan ayakan 10 mesh untuk menghilangkan debu obat dan sekaligus untuk memeriksa apakah ada obat yang pecah atau kotor sewaktu pencetakan. Untuk mengetahui apakah obat tablet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu, maka dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu dengan melakukan pengujian sebagai berikut : Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 a. Keseragaman Bobot. Untuk mengetahui keseragaman bobot tablet, diambil 10 tablet dan ditimbang bobot keseluruhannya kemudian ditimbang satu-persatu. Setelah diketahui bobot pertablet dan rata-ratanya, maka diperoleh penyimpangan bobot tablet dari selisih keduanya. b. Waktu Hancur. Untuk mengetahui waktu hancur tablet, diambil 6 butir tablet dan dimasukkan ke dalam keranjang kemudian dicelupkan ke dalam wadah yang berisi aquadest. Catat waktu yang menunjukkan tablet hancur, waktu hancur tablet tidak boleh lebih dari 15 menit. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Desintegration Tester. c. Diameter dan Tebal Tablet. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan kurang dari 3 1 1 dari tebal tablet. d. Kekerasan Tablet. Cara untuk mengetahui kekerasan tablet adalah dengan meletakkan tablet di antara anvil dan punch, kemudian dijepit dengan cara memutar skrup pengatur sampai tanda lampu menyala. Knop ditekan dan angka yang ditunjukkan oleh jarum skala menunjukkan kekerasan tablet dalam kgcm 2 . Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Strong Cobb Hardness Tester. e. Waktu Larut. Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Untuk mengetahui waktu hancur tablet, diambil 6 butir tablet dan dimasukkan ke dalam keranjang kemudian dicelupkan ke dalam wadah yang berisi larutan media disolusi. Putar keranjang dan atur waktu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada masing-masing monografi. Bila waktu yang ditentukan telah habis, sedot larutan gelas disolusi yang akan digunakan untuk pemeriksaan zat berkhasiat. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Dissolution Tester. f. Kadar Zat Berkhasiat. Kadar zat berkhasiat ditentukan sesuai dengan cara penetapan kadar yang tercantum pada masing-masing pembuatan obat

9. Pengemasan.

Pengemasan untuk jenis tablet ada tiga jenis, yaitu : a. Kemasan Botol Obat dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang untuk setiap seribu butir tablet. Penimbangan berdasarkan berat obat dalam mg yang telah ditetapkan sewaktu pencetakan, kemudian dimasukkan pengawet ke dalamnya lalu plastik dipress dengan panas. Plastik obat kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol plastik berikut dengan brosur tentang obat tersebut. Untuk menjamin kemasan obat, maka tutup botol diberi segel. b. Kemasan Strip. Dalam pengemasan strip digunakan mesin sesuai dengan obat yang akan dikemas. Obat yang sudah dikemas kemudian distempel nomor batch dan batas waktu untuk obat yang mempunyai batas waktu. Setiap strip berisi 10 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 butir obat. Obat yang telah dikemas dengan strip dimasukkan ke dalam kotak yang berisi 10 kemasan strip dan diisolasi. Kotak-kotak kemudian dimasukkan ke dalam kardus dimana tiap kardus berisi 60 kotak. c. Kemasan Blister Proses pengemasan blister ini sama dengan proses pengemasan strip, hanya bentuk kemasannya saja yang berbeda yaitu permukaan atasnya transparan.

2.4.4. Mesin dan Peralatan 1. Mesin

Adapun mesin-mesin yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah sebagai berikut :

a. Oven Pengering

Type : AMB Jumlah : 6 unit Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat. Kapasitas : 50 kg jam Power Motor : 1 HP. Putaran : 1400 Rpm

b. Mesin Bed Dryer

Kapasitas : 30 kg jam Fungsi : Untuk mengeringkan tepung obat. Jumlah : 1 unit Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009. USU Repository © 2009 Power Motor : 1 HP. Putaran : 1400 Rpm

c. Mixer lubrikasi

Type : MLA 21336 Fungsi : Untuk mencampur bahan pelicin dengan tepung obat. Jumlah : 1 unit Power Motor : 1 HP Putaran : 1400 Rpm

d. Mixer pencampuran

Kapasitas : 75 kg jam Fungsi : Untuk mencampur tepung obat dengan bahan tambahan. Jumlah : 1 unit Power Motor : 1 HP. Putaran : 1400 Rpm

e. Mesin Cetak

Type : YY 0221 Kapasitas : 4 kg jam Fungsi : Untuk mencetak tepung obat kapsul Jumlah : 2 unit Power Motor : 1 HP. Putaran : 1400 Rpm

f. Mesin Cetak

Type : ZP - 1913 Juni B. Hutasoit : Penentuan Frekuensi Pemeriksaan Dan Perbaikan Yang Optimal Untuk Mesin Cetak Di PT. Mutifa, 2009.

Dokumen yang terkait

Frekuensi Pemeriksaan Optimal Terhadap Mesin Mixer Dan Bucket Skip Pada PT. Wijaya Karya Beton

3 68 141

Analisis Kebijakan Perawatan dan Penentuan jumlah Persediaan Suku Cadang Roll Karet Yang Optimal Pada Mesin Cetak Goss Community.

0 3 6

TUGAS AKHIR Analisis Penentuan Tindakan Perawatan Mesin Yang Optimal Pada Mesin/Alat Berat Kritis Dengan Metode Reliability Centered Maintenance Di PT. Daya Kharisma.

2 3 16

NASKAH PUBLIKASI Analisis Penentuan Tindakan Perawatan Mesin Yang Optimal Pada Mesin/Alat Berat Kritis Dengan Metode Reliability Centered Maintenance Di PT. Daya Kharisma.

0 3 17

TUGAS AKHIRANALISIS PENENTUAN JUMLAH MESIN PRODUKSI DAN Analisis Penentuan Jumlah Mesin Produksi dan Operator yang Optimal Untuk Mencapai Target Produksi Pembuatan Ban Radial di PT. Mega Safe Tyre Industry Salatiga.

0 1 18

TUGAS AKHIRANALISIS PENENTUAN JUMLAH MESIN PRODUKSI DAN Analisis Penentuan Jumlah Mesin Produksi dan Operator yang Optimal Untuk Mencapai Target Produksi Pembuatan Ban Radial di PT. Mega Safe Tyre Industry Salatiga.

0 1 6

PENENTUAN KOMBINASI MEDIA PROMOSI YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA Penentuan Kombinasi Media Promosi Yang Optimal Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada Hotel Dana Di Surakarta.

0 0 9

Usulan Penentuan Jumlah Mesin dan Tenaga Kerja Yang Optimal Dengan Menggunakan Model Simulasi Di PD. Sumur Sari.

0 0 87

PENENTUAN JUMLAH OPERATOR YANG OPTIMAL DI PT. X DENGAN METODE SIMULASI.

0 0 10

Penentuan Penjadwalan Mesin yang Optimal pada Bagian Produksi di UD. Budi Deli Serdang

0 1 6