Pemimpin Upacara Pengertian dan Tujuan Upacara Cawir Metua .1 Pengertian Upacara Cawir Metua

55

3.1.5 Pemimpin Upacara

Untuk memimpin sebuah upacara dipilihlah orang yang akan memimpin acara yang diberi sebutan sebagai protokol. Adapun tugas dari seorang protokol adalah sebagai pemandu acara yang berasal dari salah seorang anak beru. Tugas-tugas yang diberikan kepada seorang protokol biasanya tak jauh beda dengan acara-acara sejenisnya. Komunikasi dan musyawarah tetap berlangsung selama berlangsungnya upacara adat. Ini dilakukan oleh seorang protokol biasanya pada saat mengambil keputusan seperti apa strukturjalannya sebuah upacara adat. Tak banyak yang mampu menjadi seorang protocol apalagi protocol ini adalah hanya berasal dari anak beru. Proses pemilihan seorang protokol biasanya dilakukan pada malam runggu musyawarah. Dalam runggu inilah melalui sebuah proses diskusi yang biasanya dilakukan dirumah yang meninggal dunia dipilih siapa yang akan menjadi protokol selama berlangsungnya upacara adat cawir metua. 3.2 Deskripsi Acara 3.2.1 Pengertian dan Tujuan Upacara Cawir Metua 3.2.1.1 Pengertian Upacara Cawir Metua Dalam masyarakat Karo, meninggal dunia di usia lanjut dan semua anaknya telah menikah, juga dihargai sebagai prestasi tersendiri yang disebut dengan cawir metua. Kriteria cawir metua ini adalah bila semua anak-anak kandungnya sudah menikah. Bila ada seseorang meninggal karena cawir metua, maka semua kerabat dari pihak kalimbubunya pihak mertua dari istri anak-anaknya yang laki-laki harus menyediakan ose yaitu menyediakan perhiasan emas, kain yang indah-indah kain adat, untuk dikenakan oleh saudara laki-laki serta anak laki-laki beserta istri serta janda almarhum Universitas Sumatera Utara 56 kalau yang meninggal dunia laki-laki. Perhiasan dan pakaian yang indah ini, sebagai suatu tanda kehormatan dari pihak kalimbubunya kepada yang meninggal almarhum. Berbeda dengan jenis kematian yang lain, kematian cawir metua ini banyak yang tidak ditangisi, para kaum kerabat tidak menunjukkan kesedihan, malah sebaliknya bersuka ria, sebab mereka telah puas memberikan kasih sayangnya selama almarhum masih hidup. Kematian seperti ini, dianggap mulia dan sangat dihargai. Acara pemakamannya disebut dengan istilah nurun disertai dengan gendang tari dan nyanyi, dan para kaum kerabat larut menari bersama. Memberikan kata pengapul kata penghibur merupakan prosesi terbanyak dalam adat kematian ini diiringi oleh gendang lima sendalanen dan gendang kibod secara bergantian. Gendang lima sendalanen digunakan pada awal prosesi dengan gendang kibod sebagai penutup. Patam-patam dan odak-odak sebagai musik penutup dimainkan dengan menggunakan gendang kibod. Pada saat menari inilah diberikan kesempatan kepada sangkep nggeluh untuk membrikan kata pengapul. Secara bergantian kata pengapul disampaikan tak jarang yang memberikan kata pengapul ini berbicara atau memberikan kata pengapulnya sambil menangis. Universitas Sumatera Utara 57

3.2.1.2 Tujuan Upacara Cawir Metua

Suatu tanda kehormatan dari pihak kalimbubunya kepada yang meninggal almarhum sehingga upacara adat ini dilangsungkan. Utang adat sebagai sebuah kewajiban yang harus diberikan kepada pihak kalimbubu merupakan bentuk penghormatan yang dilaksanakan pada saat upacara adat berlangsung.

3.2.1.3 Pelaksanaan Upacara didesa Perbesi

Mengenai pelaksanaan upacara pertama, penulis menjelaskan berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan pada tanggal 4 Maret 2010, di desa Perbesi, Kec. Tigabinanga, Kab. Karo. Berdasarkan agama yang dianut oleh yang meninggal dunia maka jenasah pun dikebumikan pada siang hari pada hari kedua, sehinngga pada saat berlangsungnya upacara adat jenasah tidah berada dijambur seperti halnya pada penganut agama kristen. Namun tidak ada perbedaan adat yang dilaksanakan. Adapun pelaksanaan upacara yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3.2.1.4 Persiapan Upacara

Seperti yang telah dijelaskan pada bahagian waktu upacara maka kegiatan awal dalam mempersiapkan upacara adalah mengadakan runggu musyawarah yang mana musyawarah ini dihadiri oleh anggota keluarga terdekat sangkep nggeluh ada beberapa hal penting yang menjadi topik pembicaraan dalam runggu ini antara lain waktuhari penguburan, kerabat yang diundang, jenis upacara yang dilakukan, peralatan upacara, dan sebagainya. Sebelum upacara adat ini berlangsung dilakukan persiapan oleh anak beru dijambur dengan memeriksa semua perlengkapa yang akan dibutuhkan selama berlangsungnya upacara. Universitas Sumatera Utara 58 Sebagai tanda awal dimulainya acara adat maka protokolpemimpin upacara memanggil para peserta pesta. Selanjutnya protokol meminta kepada sierjabaten untuk memainkan gendang sarune sebagai tanda bahwa upacara adat akan segera dimulai sambil memanggil kembali para sangkep nggeluhnya untuk datang kejambur agar upacara adat ini dimulai.

3.2.1.5 Jalannya Upacara

Acara adat ini dimulai setelah semua keluarga selesai ngukati sarapan pagi, upacara pun dimulai dari rumah yang meninggal dunia. Seusai sarapan pagi maka keluarga pun berangkat secara bersamaan dari rumah. Setiba di jambur maka para keluarga disambut oleh anak beru dengan tarian dengan diiringi musik. Instrumen musik yang digunakan dalam hal ini diawali oleh gendang sarune dan diakhiri dengan salih ke patam-patam dan odak-odak. Komposisi awal yag dimainkan oleh ensambel gendang sarune adalah gendang ?????????????.......yang berfungsi mengusir semua kekuatan atau roh-roh jahat yang ada ditempat tersebut. Tarian ini merupakan bentuk sebuah penyambutan para anak beru terhadap kalimbubunya. Sebagai sebuah awal maka protokolpun memberikan kata pengalo-ngalo kata penyambutan kepada kalimbubunya. Universitas Sumatera Utara 59 Gambar 19 : Anak Beru Menyambut Kalimbubunya Pada saat menari ini salah seorang dari anak beru memberikan kata penyambutannya terhadap kalimbubunya yang baru saja tiba. Adapun kata pengalo-ngalo kata sambutan yang disampaikan oleh anak beru tersebut adalah: “perpulungen sierceda ate. Nderbih jam 3 karaben mami enggo ikebumiiken secara agama islam amin gia jenazah mami lanai ras kita i los enda. Si e la engkurangi makna karna peradaten bas wari sisendah, sebab lakon adat bas wari sisendah emkap lakon adat simehaga bas kita kalak Karo. E maka ningkami nandangi kam kalimbubu kami sebayang mergana ersada usur arihndu cidahkenndulah kehamaten man kalimbubunta enda je nari mediate kam kerna acara demi acara sikentisik nari ilaksanaken. Ibas kami ngaturken acara enda terlebih-lebih kam puang kami ibas kekurangen anak beru sebayang mergana enda kari ras kami anak beru mentrindu, epe mindo kami ajarindu kami gelah lakon adat enda kari banci erdalan alu mehuli. Puang kai, dungkenca kari gendang landek bas los enda sangketkendu min ose anakberundu silit ibas los enda. Ibas kam petala- tala landek bas paksa enda, mungkin saja lenga idahndu anak berundu silenga bas los enda mungkin saja ia bas perdalanen denga. E sabar-sabarlah kita ngenca ibas kerehen kalimbubu kami e kari gelah mis kari sangketkenndu osena. Endam kami ersemengkah, ula sangkut-sangkut ukurnta bukui kami menda gendang enda”. Artinya: “kemarin jam 3 sore mami sudah dimakamkan secara agama Islam walaupun jenasah mami tidak bersama kita lagi dijambur ini. Tapi ini semua tidak mengurangi arti dari pada Peradatan pada hari ini. Karena acara adat pada hari ini yaitu acara adapt yang berharga bagi kta orang Karo. Untuk itu kami sampaikan kepada kalimbubu kami sebayang mergana bersatu padulah kalian, tunjukkanlah penghormatan kepada kalimbubu serta simaklah acara demi acara yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Pada saat kami memimpin acara ini Universitas Sumatera Utara 60 terutama kepada puang kami jika ada kesalahan dan kekurangan kami dari pihak anak beru sebayang mergana ajarilah kami supaya acara adapt yang sebentar lagi dilaksanakan bisa berjalan dengan hikmat, puang kami, dengan berakhirnya nanti musik dan tarian ini pakaikanlah kain ose kepada anak beru yang ada dijambur ini. Pada saat anda sekalian menari mungkin saja kami dari pihak anak beru belum semua berkumpul dijambur ini, mungkin saja mereka masih dalam perjalanan. Bersabarlah kita, pada saat nanti kalimbubu kami sampai dijambur ini pakaikanlah kain osenya. Demikianlah kata sambutan dari kami, jangan berkecil hati…kami akhirilah musik ini….” Gambar 20 : Protokol Memberikan Kata Pengalo-Ngalo Diakhir kata sambutan yang diberikan oleh anak beru musikpun diakhiri dengan salih diubah ke instrument keyboard untuk mengakhhiri kata sambutanpengalo-ngalo dari anak beru Selanjutnya anak berupun mananyakan kepada kalimbubunya acara selanjutnya yang akan dilaksanakan. Dan dijawab dengan acara ergambar atau berfoto. Sebelum acara berfoto dilaksanakan maka kalimbubu pun mengosei anak berunya. Gambar 21 - 22: mengosei anak beru Universitas Sumatera Utara 61 Seusai pemberian uis kepada anak beru maka dilaksanakanlah acar berfoto Gambar 23-24 : Berfoto Bersama Dilanjutkanlah kembali acara adat seusai berfoto. Gendang naruhken tudungen adalah acara yang selanjutnya dilaksanakan dimana senina, sipemeren, siparibanen, sipengalon, dipersilahkan oleh protokol untuk mengambil bahagian menari bersama diiringi oleh gendang sarune. Pada saat menari bersama cucu-cucu dari yang meninggal dunia dikumpulkan ditengah-tengah los untuk menari dan menyanyi bersama impalnya. Cucu-cucu yang menari tidak dibatasi umurnya, tidak hanya cucu yang telah anak perana perjaka namun jika belum ada, cucu yang masih dalam usia sekolah dasar juga disuruh. Komposisi yang ditampilkan juga biasanya terdiri dari beberapa judul lagu populer Karo. Jika ada cucu atau pasangannya yang menyanyi, maka sukut dan beberapa kerabat lainnya akan memberikan sumbangan dalam bentuk uang. Acara menari ini menarik perhatian dari seluruh peserta upacara sehingga seolah-olah upacara kemalangan sejenak terlupakan . Disinilah ditunjukkan suatu bentuk sukacita dari semua yang hadir sebab acara ini merupakan acara yang lebih bersifat hiburan. Universitas Sumatera Utara 62 Gambar 25 : Para Cucu Menari Gambar 26 : menyanyi Gambar 27 - 28: Para Orang Tua Memberikan Sumbangan Berikut beberapa judul lagu yang dibawakan: PAMILI TAXI cige warina ciger warina aron ijuma paksana ngadi ngadi aron ijuma paksana ngadi ngadi o turang singuda morah kel ateku enggo rulut ulut kel ateku jadi enggo rulut ulut kel ateku jadi famili taxi dalanna kahe kolu turang dalan dalani pasarna si nggedang uga nge ndia kubahan bangku turang kena nge ateku jadi jadi lanai teralang mbiar kel aku turang mbiar kel aku ncidahken ukur aru ateku turang aru ateku ukurku erkusur penatap kena e pengodak kena e erbahan bene erbahan aku bene erbahan bene bene kel aku turang Universitas Sumatera Utara 63 famili taxi dalanna kahe kolu turang dalan dalani pasarna si nggedang uga nge ndia kubahan bangku turang kena nge ateku jadi jadi lanai teralang SEH MANISNA manis kel kena she manisna turang mama biring jantung hatiku lalap ku terbayang suari berngi nginget nginget kena ateku jadi oh turang mama bayangku oh turang tambaten pusuh entebu gula jawa manis she manisna roti sari kaya manisen mama ฀aying mehaga baju raja emas ras pemata tunggung she tunggungna tunggungen pake kena oh turang mama bayangku oh turang tambaten pusuh oh turang jadi ateku oh turang keleng ateku MBUAH PAGE Palu me gendang landek kita ras rende Sada pengodak pengole notoken wari mejile Emaka mbuah ko page mbuah ko page Emaka mbuah ko page mbuah ko page Palu me gendang landek kita ras rende Sada pengodak pengole notoken wari mejile Emaka mbuah ko page mbuah ko page Emaka mbuah ko page mbuah ko page Universitas Sumatera Utara 64 Payo me nindu dage Tuhu me nindu dage Gelah meriah erjujung meriah nutu ku lesung Gelah lit dalinta pulung, pulung metunggung Gelah lit dalinta pulung, pulung metunggung Pulung metunggung turang Pulung metunggung Pulung metunggung turang Pulung metunggung Ngarapken Buah Tebu kudalani menda ateku ceda biring perbahan kena nindu lawes erlajang kuja nari pagi kam kudarami adina aku 3nndu la ngasup sirang I getemna banndu pusuh tiganndu mabiringku sikuarapkenndube kena teman gluhku ngarapken buah kel aku kubatang tebu enggo pe ia erbunga nimai kerahna piah enggo I kel tuana la lit ertina pusuh si getem ndube tambah suina ma biringku bahanndu aku barang sampingenndu sangana tupung tulpak aku I dahindu Universitas Sumatera Utara 65 cadangen ngenca peran bere karondu tuhu la jumpa kena aku I dahindu madian saja aku I tadingkenndu gelah ula ceda kerna arih arihndu enggo keri kesabaren nande tigan ndu ma biringku Gambar 30 : Pola ritem drum pengiring lagu Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 30 : Melodi Odak-Odak Universitas Sumatera Utara 67 Gambar 31 : Melodi Patam-Patam Universitas Sumatera Utara 68 Acara adat pun dilanjutkan seusai para cucu-cucu menari bersama. Pertama sekali dipanggillah kalimbubu sebayang mergana sukut, untuk memberikan kata pengalongalo kepada sangkep nggeluhnya. kepada kalimbubunya dengan posisi berdiri arah berneh ngala ku gugung dari posisi tempat yang rendah menghadap ketempat yang lebih tinggi 13 13 Posisi duduk ini juga merupakan salah satu bentuk penghormatan terhadap kalimbubu Secara umum isi dari kalimat yang disampaikan ada yang mengisahkan pangalaman bersama pada saat yang meniggal dunia masih hidup, kebaikan orang tersebut, ada yang memberikan kata-kata penghiburan kepada keluaga yang ditinggalkan. Kebanyakan yang ngerana tersebut berbicara sambil menangis, sehingga tak jarang orang yang mendengar ikut menangis. Contoh: Nande ugange ningku makana teng-teng gua ningku erbelas, makana payo. Jadi bagem nakku kerna berkat aku. Sienda kerina nggoseh padan ras perjanjinku ras dibata bagenge nindu dengan maksud menirukan pesan yang disampaikan sebelum sang ibu meninggal dunia . Jadi bagem teman senina, bagem bapa, sirelaken berkat orang tuanta enda, mejuah-juah kita kerina ibekas penadingkenna sehat-sehat kita kerina, nage kape kerina anak berunta ras kalimbubunta bagenge ninta. Ialoken dibata ia. Bagem ningkami as kesempaten enda nande berkat kam nandangi dibata, ertoto kami kerina anak- anakndu sitading irumah makana sehlah kam nandangi dibata bagenge toto kami bas ingan kami sekalak-sekalak........ Artinya: Ibu kata apa lagi yang bisa aku katakan, biar pantas. Jadi beginilah anakku peri aku. Semua ini karena sudah sampai janjiku dengan Tuhandengan maksud menirukan pesan yang disampaikan sebelum sang ibu meninggal dunia. Jadi begitulah teman, begitulah bapak, dikepergiannya sehat-sehatlah kita kita semua, begitu juga semua anak beru dan kalimbubu kita begitulah katanya. Diterima Tuhan dia. Demikianlah kami sampaikan di kesempatan ini pergilah ibu menghadap Tuhan., kami semua berdoa anak-anakmu yang kau tinggalkan begitulah doa kami ditempat kami masing-masing Universitas Sumatera Utara 69

3.2.1.6 Nggalari Utang Adat

Selesai makan siang maka sangkep nggeluh sebayang mergana sukut, kalimbubu, dan puang kalimbubu anak beru dari kalimbubu puang kalimbubu bersama- sama melakukan prosesi nggalari utang adat. Adapun hal utama yang dilakukan adalah mengatur posisi duduk Acara utang adat ini dipimpin oleh dua orang protokol yang dimana salah satu protokol berasal dari pihak sebayang mergana dan yang satunya lagi berasal dari anak berunya kalimbubu puang kalimbubu sebayang mergana. Adapun isi dari proses percakapan mereka adalah: Anak beru sebayang mergana menanyakan siapa yang menjadi perantara atau protokol yang mewakili pihak kalimbubu pada saat berlangsungnya prosesi nggalari utang adat. protokol I : man kam pulu depari mari reh kam ku jenda Protokol II : memanggil salah seorang yang mewakili kalimbubu puang kalimbubu sebayang mergana. Ija kam ndai permen, apai nge enda kam babah puang kalimbubuta enda? Cuba kam arih. Maka kalimbubu pun bermusyawarah menentukan perwakilan mereka untuk berbicara mewakili pihak kalimbubu sebagai protokol. Protokol I : ei kerina kam puang kalimbubu kami sebayang mergana. Kalimbubu ta puang kami ah kerina enggo pulung bage pe ras anak beruna. Enggo kita petala-tala ras kalimbubu ta ah. Kai kin si men cakapenken ta ras? Cuba kam arih Maka mereka pun kembali berembuk. Protokol I : seusai berembuk. Nggo reh nina kalimbubu kami sebayang mergana bage pe ras kami anak beruna. Dah kam ndai nggo kami ngadap men kalimbubu ta puang ah. Erdandanken jam ndai nggo seh jam sada kepeken panggung lenga seh men kalimbubu kami tegun si pemeren, siparibanen, erkondangken puang kami kerina. Jadi; pindoken kami ndai men kalimbubunta puang kami enda, man pe kita labo dalih elah man e kari silanjutken nina ndai kalimbubunta puang kami ena. Jadi bagenda ka kita nggo elah man, emindo nge kalimbubu kami enda ras kami anak beruna ipedalan kami min lebe utang adat mami si enggo nadingken kita enda nandangi kalimbubunta puang kami enda, bage pe puangnupuang. Enggo kenca kari igalari utang adat kerna mami, je maka kari ilanjutken icaweri Universitas Sumatera Utara 70 kari kerna perlandek kalimbubu kami tegun sipemberen, siparibanen, erkondangken puang kami kerina. Enda mindo kami. Protokol II : enda ertima kam lebe Yak enggo nge kita sibegin. Ndai gelarna lenga bo icaweri kami anak berundu pe lenga seh panggun kami erdandanken enggo seh acara makan siang. Protokol I : merandal nge adi bage. Yah permen kerina kam kalimbubu kami sebayang mergana, pemindonta ndai nggo erdalan galarindu pe labo dalih, kenca si e kari i pelandek kami anak beru kami nina kalimbubunta ah. Enggo erdalan sura-suranta permen. E nungkun menda kami nandangi puang kami puangnupuang, bage pe ras anak beruna, kai menda gelarna utang adat mami enda si men pedalanen ena? Nungkun kami. Protokol II : rikutken, edahken edahken enggo aku umbahi kalimbubu kami enda, makana rikutken ndai pe lit nge ndai tudungen. Jadi soal gelarna kam lah lebe erbanca nina. Enggo menda tumbukina. Protokol II : enda enggo arih kalimbubu kami sebayang mergana enda. Belaskendu gelah kai kin gelarna utang adat sierdalan, si man pedalanennta. Nina kalimbubu kami enda emaka gelarna utang adat si man pedalanen kerna mami enggo lawes nadingken kita maneh-maneh em gelarna. Protokol II : ei enta kusingetken lebe. Protokol : iyah permen, maneh-maneh ning kami ndai utang adat mami si men pedalanen nandangi kalimbubunta puang kami puangnupuang. Enggo payo akap kalimbubunta ah. Bage pe ras anak beruna permen enggo baci pe dalan kami? Bagem mbarenda sangana mami sakit denga, enggo betehken kami sedang je ndai, sangana embahken nakan piga-piga wari silewat. Ei mami enda sakit denga. Lit kang sang si endai penungkunen kalimbubunta puang kami. Maka entah lit menda pedah diri kami men kam anak beru kami nina. Endam mbarenda ituriken kalimbubu kami enda nandangi kalimbubunta puang kami masa si e, jadi enda kari sierdalan, jongkit nge enda erdalan men si mupus man si ngalo bere-bere ras singalo perkempun, seri teluna. Entah mejapah sa akap kalimbubunta puang kami ena? Protokol II : enta ku oratken, ei dah kam nggo me teh kalibubu kami kai tanggung jawabna penggalarna ndai. Piga ekorna? Protokol I : oe, iyah permen kerina kalimbubu kami sebayang mergana, enggo meriah ukur kalimbubunta puang kami puangnupuang kerna utang adat si man pedalanen nandangi ia enggo meriah ukurna. Enggo banci si pedalan? sambil berembuk dijawab oleh sebayang mergana dengan jawaban enggo, enggo merandal enggo banci pedalan kami batuna ena 96.000 sambil menyerahkan jongkit dengan diatasnya daun sirih uang dan beras piher . Enam jongkit ndai pemberian yang kedua ena benang telu rupana endam batunna pemberian yang ketiga ena batunna 48.000. Puang Kalimbubu : sembuyak kami ginting, perangin-angin, sembiring ena enggo sialoken maneh-maneh ndai, bagi biasana. Menggo meriah ukurta? Protokol I : reh nina kalimbubu kami sebayang mergana ena, selama enda teridah kel kekelengen kalimbubunta puang kami nandangi anak beruna, kalimbubu kami sebayang mergana ena. Jena terlebih-lebih ibas wari sisendah pulung Universitas Sumatera Utara 71 kerina puang kami puangnupuang. Emaka itambahi kalimbubu kami enda atena kerna si man pedalanen. Mecapahsa akapndu? Protokol II : berupa penambahi gua gelah nggo reh sekali nari? Protokol I : bas si lebe kerna penambahi e lebe. Kalimbubu sebayang mergana : enggo idah na kita metampak merari reh ibas wari enda, itambahina pengalonta, uga meriah nge ukurta? menanyakan kepada sembuyaknya yak, enggo ersada arih ta bage. Protokol II : i aloken kami menjelaskan kepada pihak anak beru Protokol I : ei enggo banci sipedalan sambil berembuk dua kali 96 man kalimbubunta, men puangnta sambil salah seorang menyerahkan uang Protokol II : uwe, rikutken ndai cawir metua motong ngenda ndai sebayang mergana nina. Gua kin ngenda gelarna turin-turinna Protokol I : uwe, motong meminta kepada beberapa anak beru sebayang mergana membawakan daging serta tulang ekor yang sudah dipotong untuk diserahkan kepada anak beru menteri ei tama jenda Enam arih kenndu kam Protokol II : enggo idahndu kerina kam kalimbubu kami sambil salah seorang dari anak beru menteri mengangkat daging lembu tersebut dengan tujuan memperlihatkan kepada kalimbubu e persingeti kami ula kam lupa maka katakenndu kari kalimbubundu reh ku jenda gelah naka si enggo aloken kami enda ndai. Protokol I : ei , enggo banci, ei enggo begindu e ka? Protokol II : ei enggo merandal, aturken Protokol I : menggo banci kami miser? Protokol II : enggo Protokol I : ei sikapken sabe-sabe kita anak beru sambil berdiri meninggalkan temapat duduknya. Acara landek si pemeren, siparibanen, kalimbubu ras puang kalimbubu sebayang mergana diiringi oleh gendang sarunei. Protokol : perpulungen simehamat radu kam landek kerina tegun sipemeren, siparibanen, erdandanken puang kami, bagepe tegun si pengalon ia ngenda pengikuten. Enda ersumekah dage kam, perlebe erkondangken puang kami purba ketaren suruhndu anak berundu Purba mergana anak beru : si nihamati kami kam kerina anak beru kami apai pe la erndobah, erkiteken i bas wari dua berngi bibi beru ginting enggo lawes ngadap dibata. Maka ning kami kalimbubundu, ersumekah nge dage kam anak beru kami si pemeren erdandanken purba mergana. Pegancih-gancih kam erbelas. Apai kam ngaloken corong enda lebe? Pulu depari ning kami lebe? Ndi maka aturndu kerina ku sembuyakndu. Pulu depari ras sembuyakna : perpulungen si mehamat, perpulungen iluh ibas mata, bujur ning kami man kam kalimbubu kami purba mergana, sebab bas paksa enda enggo berendu kami ersumekah. Ja teh kami, kalimbubu kami, kami pe Universitas Sumatera Utara 72 turut nge enda erceda ate ibas kelawusen sembuyak kami anak berundu. Bas sadenda pe kam min terapul, sembuyak kami Sebayang mergana sirulo Ibas nangkih-nangkih matawari enda sembuyak kami, landek kita ertungko-tungko ibas los enda, em erkite-kiteken nini iting bas dua wari si nggo lewat nggo lawes nadingken kita. Emaka enggo ka itaruhken ka ku inganna si rasa lalap. Emaka bagem man kam bapa ras bibi si nipupus iting ndube ras bayak sebayang mergana, bas sadenda baleng-balengindu rukur e, kurumah-rumahi rukur e,si gelah mejuah-juah kita kerina tadingken nini beru ginting. Bagem bapa uda, bibi uda, dua mbarenda pupus nini iting ras laki sebayang mergana ndube. Tapi bapa tengah leben lawes nadingken kita. Gundari kam tading sisada dilaki, bas sadenda kam nge jadi bapa kam jadi nande ibas jabu sebayang mergana, terbeluh kam rukur muat ukur bibi e. Segelah bayak sebayang mergana nini beru ginting ia pe meriah natap ibas taneh kesalihen nari, bage pe kami si pemerenndu, labo lupa ertoto segelah nini iting enda ipesikap dibata inganna. Suai ras amal baktina ibas sanga nggeluh bas doni enda. Jadi kami pe si pemerenndu erkondangken kalimbubunta purba sibarbagem ngenca ngerana bujur ras mejuah-juah kita kerina. Sipemeren : ibas jam karaben enda, enggo ka seh panggung man kami si pemeren rikutken kalimbubunta ginting mergana, lang secara peribadi labo min kuakap payo aku ngerana. Erkiteken uga turi-turin geluhku nandangi kam mama ras impal ku kerina bage pe ras mami. Bagem anak kami, megogo ate kami kerina kami sembuyakndu erkite-kiteken kaka beru ginting enggo lawes nirangken kita. Kami pe kerina sembuyakndu rikutken kalimbubunta ginting mergana ikut erceda ate, saja pengarapen kami ngenca men bibi duana bagepe ras mama, ukur enggo menda dalanina dalanna bage si payo. Tapi secara kemanusiaan tetap nge morah ateta. Bas morah ateta e si endesken ku dibata gelah i paguh na kita, selaku anak bagenda kepe kegeluhen, bagendam kepe kecibalen kami itadingken orangtuanta atetalah. Maka ning kami kerina kam si ajar-ajaren sebayang mergana maka alu bage anak kami lah ningku sekali man mama enda. Reh banci enggo gia kaka beru ginting nadingken kita bas ia pe banci ersehatna ku pudi wari. Enda nge kuakap ngenca kata banci peseh kami ibas kesempatan enda. Ertoto kita gelah kaka beru ginting ngadap ku dibata lit ibas sura-surana ras sura-suranta sibarem bujur. Struktur Acara Secara umum struktur urutan acara adapt yang berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Sukut berangkat dari rumah dan disambut oleh anak berunya di jambur 2. Nangketken ose memakaikan ose kepada sukut 3. Landek kempu seluruh cucu dari yang meninggal dunia menari berpasangan Universitas Sumatera Utara 73 4. Menari adat sukut sebayang mergana 5. Menari adat sembuyak sebayang mergana 6. Menari adat siparibanen, sipemeren 7. Memberikan kata pengapul atau kata teman meriah 8. Acara nggalari utang adapt 9. Menari adat tegun sipemeren, siparibanen, puang nupuang, 10. Menari adat tegun kalimbubu 11. Menari adat tegun senina 12. Menari adat kalimbubu yang bermarga sembiring 13. Menari adat anak beru Universitas Sumatera Utara 74

BAB IV Peranan Gendang Kibod

Dalam pelaksanaan upacara, musik mempunyai perana selama berlangsungnya upacara adat cawir metua ini. Fungsi utama dari musik ini adalah sebagai pengiring nyanyian maupun tarian. Untuk mengetahui sejauh mana perana musik dalam upacara ini maka penting kiranya mempelajari sejauh mana fungsi gendang kibod, penulis berpedoman kepada 10 fungsi musik yang dikemukakan oleh Merriam 1964:219-226 yaitu: 1 pengungkapan emosional, 2 penghayat estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma sosial, 8 pengesahan lembaga sosial, 9 kesinambungan kebudayaaan, 10 pengintegrasian masyarakat. Jadi akan dibahas fungsi apa sajakah yang mampu diperankan oleh musik yang dimainkan dalam upacara cawirmetua tersebut meskipun tidak tertutup kemungkinan hanya terdapat beberapa fungsi saja yang terdapat dimusik tersebut dari antara fungsi-fungsi yang ditawarkan tadi. 4.1 Fungsi Gendang 4.1.1 Fungsi pengungkapan emosional. Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik digunakan untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan ketenangan. Para pencipta musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara Universitas Sumatera Utara