22 b.
Erdemu Bayu. Perkawinan Erdemu Bayu adalah perkawinan antara seorang pria dan wanita yang disebut rimpal yaitu perkawinan yang dianggap paling ideal
dimasyarakat Karo dan dibenarkan oleh adat istiadat. Artinya si wanita calon istri pihak pria adalah anak dari pihak kalimbubu, dan si pria calon suami pihak
wanita adalah berasal dari pihak Anakberu orang tuanya. c.
Berkat Sukat Senuan, yaitu apabila calon pengantin yang akan menikah, walaupun mempunyai hubungan kekerabatan, tetapi tidak dibenarkan adat untuk saling
mengawini. Misalnya seorang pria menikahi seorang wanita - kalau menurut adat wanita sang calon tersebut cocok untuk anak paman sang pria. Atau istilah lain
pihak anakberu menikahi anak puang kalimbubu. d.
Berdasarkan Tempat Tinggal Pengantin. Berdasarkan tempat tinggal pengantin, dikenal perkawinan njayo, adalah perkawinan yang tidak numpang di rumah salah
seorang dari orang tua mereka, perkawinan kesilang ras orang tua adalah perkawinan yang numpang di rumah orang tua dari pihak laki-laki, dan
perkawinan kekela perkawinan yang numpang di rumah orang tua pihak wanita.
g. Berdasarkan besar kecilnya pesta
Berdasarkan besar kecilnya pesta perkawinan dalam masyarakat Karo, dibagi menjadi tiga.
a. Pesta Besar Kerja Sintua. Pesta besar dalam hal ini ialah dengan mengundang
semua kerabat, teman-teman sekerja dan teman-teman akrab lainnya. Pesta diadakan di gedung pertemuan jamburlosd yang mampu menampung banyak
undangan, dan diadakan gendang musik.
Universitas Sumatera Utara
23 b.
Pesta Menengah Kerja Sintengah. Pesta menengah ini ialah dengan mengundang semua kerabat, teman-teman sekerja dan teman-teman akrab
lainnya. Pesta diadakan di gedung pertemuan jamburlosd yang mampu menampung banyak undangan, tetapi tidak diadakan gendang musik.
c. Pesta Kecil Kerja Singuda. Pesta kecil dalam hal ini tidak dengan mengundang
semua kerabat, teman-teman sekerja dan teman-teman akrab lainnya. Yang diundang hanyalah kerabat penting terdekat saja dari kedua belah pihak. Pesta
diadakan di rumah penganten wanita, tidak diadakan pagelaran gendang musik. 2.4
Adat terhadap Orang Tua Yang Telah Lanjut Usia 2.4.1 Mereken Tudung, Bulang Ras Ose
Mereken tudung, bulang ras ose ini dapat diartikan memberikan topi adat dan pakaian adat. Biasanya orang tua yang mendapat penghargaan seperti ini adalah orang tua
yang berusia di atas 60 tahun sampai 65 tahun yang semua anak-anaknya sudah menikah dan bekerja dengan baik. Acara ini berasal dari keinginan si anak untuk menghormati
orang tuanya dengan memberikan memberikan topi adat dan pakaian adat. Ini adalah simbol kasih sayang kepada orang tua.
Untuk melaksanakan ini dipanggil para anakberu, Senina sembuyak, untuk membicarakan teknis pelaksanaan dan hari pelaksanaan. Nilai topi adat dan pakaian adat
yang akan diberikan bergantung kepada kemampuan si anak. Kalau si anak mampu, selain nilai topi adat dan pakaian adat yang mahal, juga pelaksanaan acara dapat
mengundang banyak orang. Ketika tiba hari pelaksanaan, tudung disematkan para menantunya diatas kepala mertuanya yang wanita, sedangkan bulang, disematkan oleh
anak lakilakinya di atas kepada ayahnya. Dalam kasus bila salah seorang dari orang
Universitas Sumatera Utara
24 tuanya telah meninggal dunia, pemberian ini tidak diberikan. Acara ini ditutup dengan
makan bersama oleh para kerabat yang hadir.
2.4.2 Mereken Ciken ras Tuktuk
Adat mereken ciken ras tuktuk memberikan tongkat ini tidak jauh beda dengan adat mereken tudung, bulang ras ose. Ide pemberian ini juga berasal dari keinginan anak
untuk menghormati orang tuanya. Dan orang tua yang mendapat penghargaan seperti ini adalah yang berusia di atas 67 tahun. Kepada si ayah diberikan ciken tongkat oleh
anaknya yang laki-laki, sedangkan kepada ibunya diberikan tuktuk alat menumbuk daun sirih oleh istrinya. Dalam kasus bila salah seorang dari orang tuanya telah meninggal
dunia, pemberian ini tidak diberikan. Acara ini juga ditutup dengan makan bersama oleh para kerabat yang hadir.
2.4.3 Mesur-mesuri
Penghargaan lain yang diberikan kepada seorang orang tua yang berusia diatas 80 tahun adalah mesur-mesuri. Mesur-mesuri adalah tradisi memberi nasi kepada seorang
tua yang sudah berusia di atas 80 tahun. Biasanya pada usia ini, sudah banyak yang meninggal dunia, tetapi karena berusia panjang, ini dianggap sebagai prestasi tersendiri.
Karena prestasi ini maka diberikanlah kepadanya penghormatan dan penghargaan yang disebut mesur-mesuri.
Mesur-mesuri biasanya diberikan pertama oleh pihak anak-anaknya, kemudian disusul oleh pihak anakberunya, dan terakhir oleh pihak kalimbubunya. Acara ini juga
ditutup dengan makan bersama oleh para kerabat yang hadir. Selesai makan bersama kemudian dilanjutkan dengan berbincang-bincang mengenai isi hati masing-masing dari
para kerabat yang hadir. Bila waktu mengijinkan kepada kerabat yang hadir diwajibkan
Universitas Sumatera Utara
25 berbicara sepatah atau dua patah kata saja mengenai isi hatinya. Terakhir sebelum para
kerabat pulang ke rumah masing-masing, mereka memberikan uang ala kadarnya kepada si orang tua yang dihargai tersebut. Pemberian uang ini sebagai tanda kasih sayang dan
dapat dipergunakan untuk membeli keperluan hidup yang diperlukan oleh si orang tua.
2.5. Adat Kalak Mate Adat Untuk Orang Yang Meninggal Dunia
Secara umum masyarakat Karo membagi jenis kematian sebagai berikut:
2.5.1 Berdasarkan status saat seseorang meninggal dunia 1. Cawir metua
Dalam masyarakat Karo, meninggal dunia di usia lanjut dan semua anaknya telah menikah, juga dihargai sebagai prestasi tersendiri yang disebut dengan cawir metua.
Kriteria cawir metua ini adalah bila semua anak-anak kandungnya sudah menikah dan telah memenuhi seluruh kewajiban.
Bila ada seseorang meninggal dalam kondisi cawir, maka semua kerabat dari pihak kalimbubunya pihak mertua dari istri anak-anaknya yang laki-laki harus
menyediakan ose yaitu menyediakan perhiasan emas, kain serta pakaian yang indah- indah kain adat, untuk dikenakan oleh saudara laki-laki serta anak laki-laki beserta istri
serta janda almarhum kalau yang meninggal dunia laki-laki. Perhiasan dan pakaian yang indah ini, sebagai suatu tanda kehormatan dari pihak kalimbubunya kepada yang
meninggal almarhum. Perbedaan dengan jenis kematian yang lain, kematian cawir metua ini biasanya
tidak ditangisi, para kaum kerabat tidak menunjukkan kesedihan, bahkan malah sebaliknya bersuka ria. Kematian seperti ini, dianggap mulia dan sangat dihargai. Acara
pemakamannya disebut dengan istilah nurun disertai dengan gendang tari dan nyanyi,
Universitas Sumatera Utara
26 dan para kaum kerabat larut menari bersama. Disinilah musik meberikan peranan selama
berlangsungnya upacara adat. Untuk lebih jelas akan dibahas pada bab 3
2. Tabah-tabah galuh
Tabah – tabah galuh jenis kematian ini adalah jenis kematian yang terjadi saat seorang sudah berkeluarga namun usia belum lanjut. Jenis
3. Mate Nguda
Mate nguda adalah kematian dalam usia muda dan belum berumah tangga ataupu usia orang tersebut masih muda.
2.6 berdasarkan sebab kematian
Selain tiga jenis kematian yang disebutkan diatas orang Karo juga membagi jenis kematian berdasarkan sebab-sebab kematian yaitu:
a. Batara guru meninggal saat masih berada dalam kandungan
b. Bicara guru meninggal sesudah lahir
c. Lenga ripen seorang anak yang meninggal saat gigi belum tumbuh
d. Enggo ripen seorang anak yang meninggal saat gigi sudah tumbuh
e. Meninggal perjakagadis
f. Meninggal pada saat melahirkan
g. Kayat-kayaten Meninggal karena penyakit
h. Mate sada wari meninggal secara tiba-tiba
Universitas Sumatera Utara
27
2.7 Musik Pengiring
Terdapat 3 jenis gendang dalam upacara kematian. Pemakaian salah satu jenis ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis kematian. Adapaun jenis gendang tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gendang mentas.
Gendang dilaksanakan hanya pada siang hari, yaitu pada hari saat dilangsungkannya upacara adat penguburan. Gendang ini biasanya mulai
dimainkan bersamaan dengan dimulainya upacara adat sekitar jam 09.00 pagi dan selesai pada sore hari.
2. Nangkih gendang.
Gendang ini dimainkan mulai dari malam hari disebut dengan gendang erjaga-jaga agar yang menjaga jenasah tidak tertidur dimulai 1 hari sebelum
dilangsungkannya upacara adat penguburan sampai dengan diakhirinya upacara adat tersebut.
3. Erkata gendang.
Gendang ini hanya dilaksanakan pada saat upacara adat penguburan sampai dengan diakhirinya upacara adat tersebut.
2.8 Utang Adat