77 tertentu. Terkadang pada saat pikiran kita lagi risau, serba buntu, dan tidak tahu apa yang
harus dilakukan; dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa kembali segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang tertunda. Moh. Muttaqin
Kustap, 2008:9 Selain itu Malinowski dalam Koentjaraningrat, 1987: 71 menguraikan bahwa
semua aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan manusia. Dihubungkan dengan kesenian
sebagai aktivitas kebudayaan dalam suatu masyarakat maka keberadaan suatu bentuk kesenian tidak semata-mata ditentukan oleh seniman sebagai pelaku
kesenian, namun yang lebih penting lagi adalah terletak pada penerimaan masyarakat sebagai penikmat dan sekaligus apresiator terhadap suatu bentuk
kesenian. Dengan perkataan lain, sekuat apapun seorang seniman mempertahankan atau melestarikan satu bentuk kesenian, kesenian tersebut akan
ditinggalkan masyarakatnya jika masyarakat menganggap sudah tidak memadai lagi fungsinya dalam melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Sebaliknya,
secanggih apapun seorang seniman melakukan inovasi atau perubahan, hal tersebut tidak akan berarti apa-apa sepanjang masyarakat pemilik kesenian
tersebut tidak mendukung ide perubahan tersebut.
Fungsi hiburan inilah yang paling utama dapat kita jumpai apa bila melihat langsung proses adat cawir metua. Dari tema-tema musik yang dibawakan baik itu bunyi
instrument musik maupun teks nyanyian apa bila kita coba memahaminya maka akan jelas kita ketahui kalau lagunyanyian yang dibawakan ini bersifat hiburan. Bukan hanya
memberikan hiburan terhadap penyanyinya saja namun juga kepada para pendengar juga. Sebagai contoh dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di desa Perbesi dikabupaten
Karo.
4.1.4 Fungsi komunikasi.
Menurut Merriam 1964: 220 manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya senantiasa berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai proses
penyampaian sesuatu kepada yang dituju dapat berupa lisan dan tulisan, maupun isyarat. Penyampaian semua bentuk komunikasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik jika
Universitas Sumatera Utara
78 mempunyai sarana-sarana tertentu. Salah satu sarana komunikasi tersebut adalah melalui
musik. Fungsi musik sebagai alat komunikasi dapat dilihat ketika gendang kibod mulai
dimainkan dalam suatu upacara adat maupun pada seni pertunjukan gendang guro-guro aron. Upacara adat atau seni pertunjukan tradisional Karo yang menyertakan gendang
kibod senantiasa akan mengawali musik gendang kibod dengan memainkan suatu komposisi lagu.
Dalam mengawali upacara, biasanya diawali dengan dimainkannya musik. Tujuannya adalah agar seluruh keluarga yang masih berada dirumah dapat hadir di
tempat yang telah ditentukan. Dengan demikian, ketika mendengar bunyi gendang kibod dimainkan, orang-orang yang mendengarnya mengetahui bahwa suatu upacara adat telah
dimulai. Bagi seluruh pendukung upacara yang terlibat, dengan mendengar gendang kibod dimainkan maka hal itu telah dimengerti sebagai suatu tanda atau komunikasi
bahwa upacara adat telah dimulai. Sementara, bagi orang yang tidak ada hubungan dengan upacara adat yang akan dilaksanakan, ketika mendengar gendang kibod berbunyi
secara otomatis mengerti bahwa bunyi tersebut merupakan tanda adanya satu upacara adat. Dengan demikian gendang kibod berfungsi sebagai alat komunikasi pada
masyarakat Karo. Sebagai salah satu contoh dapat juga diartikan sebagai sarana komunikasi karena
pada bahagian melodi tertentu dari repertoar memberikan petunjuk kepada para peserta yang sedang menari untuk mengganti tempo dari tariannya.
Universitas Sumatera Utara
79
4.1.5 Fungsi perlambangan.
Fungsi perlambangan ini jelas dapat kita lihat dari tema-tema musik yang dibawakan. Dari musik-musik yang dibawakan meskipun seharusnya dalam keadaan atau
situasi yang sedang berduka namun tema-tema musik yang disajikan lebih memberikan hiburan sehingga dapat di tangkap jelas bahwa musik yang dimainkan melambangkan
suatu kebanggaan keluarga kalau anggota keluarga yang meninggal dunia tersebut meninggal dalam keadaan cawir utuh.
Ensambel musik yang disajikan dalam upacara adat cawir metua ini juga melambangkan situasi ekonomi keluarga yang ditinggalkan karena masalah ekonomi
sering menjadi kendala dalam menghadirkan sebuah iringan grup musik. Masyarakat yang memiliki ekonomi yang kuat tak jarang menampilkan emsambel gendang lima
sendalanen beserta dengan instrumen musik keyboard. Sedangkan untuk masyarakat yang memiliki ekonomi menengah kebawah biasanya hanya menghadirkan instrumen
keyboard saja. Jadi dari musik yang disajikan tersebut mampu menjelaskan kepada para
pendengar melalui sebuah musik mampu mewakili situasi seseorang yang sedang melaksanakan sebuah upacara adat.
4.1.6 Fungsi reaksi jasmani.