Ngampeken Tulan-tulan Utang Adat

30 diduga-duga. Pasien akan bertingkah laku tidak seperti biasanya, dapat menjadi sangat pendiam dan tidak menghiraukan apa pun terjadi di sekitarnya atau orang tersebut tertawa sendiri, menangis secara tiba-tiba, atau marah tanpa sebab. Jiwanya dianggap ke luar dari tubuh dan tinggal pada tempat tertentu dikuasai atau dipenjarakan roh gaib tertentu.

2.9.6 Ngampeken Tulan-tulan

Ngampeken tulan-tulan adalah upacara untuk mengambil tulang tengkorak dan kerangka para leluhur untuk ditempatkan di geriten 12 atau kuburan yang lebih baik. Ini adalah cara untuk menaikkan status para leluhur yang diangkat tulang bangkainya. Acara ini dapat berlangsung seperti acara kematian, boleh pakai gendang. Pada acara ini juga diberikan utang adat kepada kalimbubu, puang kalimbubu dan anak beru. 12 Geriten : suatu bangunan kecil berbentuk rumah adat Karo, tempat menyimpan tengkorang kepala orang- orang terhormat atau leluhur Universitas Sumatera Utara 31

BAB III UPACARA ADAT CAWIR METUA PADA MASYARAKAT KARO

Menurut Sarjani Tarigan dahulunya “Apa bila ada orang meninggal dunia, maka tindakan pertama yang dilakukan adalah memandikannya, membuat putar di kening dan pipinya kuning, kaki ibu jari dan ikat kalaki. Sejalan dengan itu, maka semua sangkep enggeluh terutama sembuyak, Kalimbubu, Anak Beru dipanggil untuk runggu musyawarah tentang hari penguburan, undangan untuk sangkep enggeluh, patong kerja baban simate, dan lain-lain”. Seperti inilah proses yang dilakukan apa bila ada orang yang meninggal dunia sebelum masuknya pengaruh agama Kristen. Tetapi kenyataan seperti itu telah berubah sejak akhir tahun 1890an. Karena pada masa itu merupakan awal masuknya para penyiar agama Kristen ke Tanah Karo. Masuknya agama Kristen memberikan pengaruh awal yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat pada saat itu terutama dalam hal menjalankan kebudayaan masyarakat yang ada saat itutermasuk dalam menlaksanakan upacara adat cawir metua. Banyak dari kebudayaan itu yang mendapat pengaruh dari masuknya agama terutama kebudayaan yang bersifat pemujaan terhadap roh nenek moyang karena bertolak belakang dengan ajaran agama yang dibawakan oleh para penyiar agama Kristen tersebut. Upacara kematian yang saat itu lebih banyak dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu berangsur-angsur ditinggalkan oleh masyarakat. Munculnya aturan-aturan yang dibuat gereja tersebut berdampak banyak hal terhadap upacara kematian yang dilaksanakan masyarakat pada saat itu. Masyarakat yang telah menganut agama Kristen meninggalkan kebiasaannya yang dari upacara pembakaran mayat hingga penguburan seperti yang diajarkan agama Kristen saat itu. Pembakaran mayat yang merupakan satu Universitas Sumatera Utara