2.8.5. Asli – karena solusi sudah ada di tempat itu, maka kemajuan dapat dicapai
secara cepat tanpa banyak menggunakan analisis atau sumber daya dari luar. Pendekatan tersebut dapat diterapkan secara luas karena pelaku positive
deviance selalu ada hampir di setiap masyarakat. 2.8.6.
Secara Budaya Dapat Diterima – karena pendekatan ini didasarkan pada
perilaku setempat yang diidentifikasi dalam konteks sosial, etnik, bahasa dan agama di setiap masyarakat, maka per definisi hal ini sesuai dengan budaya
setempat. 2.8.7.
Berdasarkan Perubahan Perilaku – pendekatan ini tidak mengutamakan
perolehan pengetahuan, namun ada tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk dalamnya, yaitu: penemuan penyelidikan PD, demonstrasi
kegiatan pos gizi dan penerapan kegiatan pos gizi dan di rumah.
2.9. Interaksi Sosial
Manusia sebagai makhluk hidup, dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari selalu berhubungan satu dengan lainnya, sehingga kepribadian, kecakapan
dan ciri-ciri kegiatannya menjadi kepribadian individu yang sebenarnya. Dengan demikian kehidupan manusia dalam masyarakat memiliki dua fungsi yaitu sebagai
obyek dan subyek. Berkaitan dengan proses hubungan antara satu individu dengan individu yang lain, maka proses ini kenal dengan istilah interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakukan
Frisda Turnip : Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia 12 –24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
individu yang lain atau sebaliknya Ahmadi, 1999. Dengan adanya interaksi antar individu tersebut, maka manusia sebagai makhluk hidup akan selalu melakukan
aktivitas sosial untuk saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kehidupan. Bentuk-bentuk kegaitan sosial yang dilakukan oleh individu, dapat berupa
organisasi formal, organisasi non formal maupun tanpa suatu organisasi apa pun. Namun semua bentuk kegiatan sosial tersebut merupakan suatu gambaran dari
interaksi sosial individu dengan lingkungan sekitarnya Gerungan, 1991.
2.10. Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi mikro diarahkan untuk menurunkan masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein terutama di daerah
miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan gizi
baik di puskesmas maupun di posyandu dan meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
Strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat
di bidang gizi, pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil
KEK.
Frisda Turnip : Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia 12 –24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.11. Kerangka Konsepsional