memperbaiki kondisi ini antara lain: pemberdayaan wanita dan keluarga serta pemanfaatan sumber daya masyarakat.
Masalah gizi merupakan masalah yang sangat kompleks dan mempunyai dimensi yang sangat luas, tidak hanya menyangkut aspek kesehatan tetapi juga
meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan, lingkungan dan perilaku. Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengolahan gizi buruk
memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak, bukan hanya oleh petugas medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka agama dan
pemerintah.
2.5. Dampak Masalah Gizi terhadap Anak Balita
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita Indonesia. Gangguan masalah gizi pada anak balita, dapat menyebabkan marasmus,
kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor yang juga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius bila tidak
ditangani secara intensif. Hasil Survei Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah TB- ABS di lima provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku dan Irian Jaya pada
tahun 1994 dan tahun 1998 menunjukkan prevalensi gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun masing-masing 42.4 dan 37.8. Meskipun angka tersebut
mengalami penurunan yang cukup berarti, tetapi secara umum prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi JIPG, 2005.
Frisda Turnip : Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia 12 –24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
2.6. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensi di Indonesia, sehingga pemecahannya memerlukan strategi yang komprehensif, terpadu dan terarah serta
berkesinambungan. Untuk penanggulangan kemiskinan, maka seluruh unsur bangsa harus ikut serta memberikan perhatian terhadap kemiskinan, tidak hanya pemerintah
semata, tetapi juga melibatkan pelaku usaha nasional, lembaga keuangan dan perbankan, perguruan tinggi hingga masyarakat madani, lembaga pengembangan
swadaya masyarakat, organisasi non pemerintah, kemasyarakatan dan politik. Upaya penanggulangan kemiskinan harus diwajibkan melalui pemberdayaan
masyarakat, yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peran serta aktif masyarkat itu sendiri dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup,
meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi serta memperkokoh martabat manusia dan bangsa.
Walau pengertian kemiskinan dapat diartikan bermacam-macam, namun menurut kriteria Badan Pusat Statistik bahwa kemiskinan adalah suatu kondisi
seseorang yang hanya dapat memenuhi makanannya kurang dari 2100 kalori per kapita per hari. Badan Pusat Statistik mengelompokkan keluarga, yang terdiri dari
keluarga pra sejahtera rumah tangga miskin, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus BPS Provinsi Sumatera
Utara, 2006. Empat dimensi pokok kemiskinan di Indonesia yaitu kurangnya kesempatan
lack of opportunity; rendahnya kemampuan low of capabilities; kurangnya
Frisda Turnip : Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu Dari Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia 12 –24 Bulan Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
jaminan low-level of security dan ketidakberadaan low of capacity or empowerment Komiti Penanggulangan Kemiskinan, 2002. Oleh karena itu, untuk
memahami kemiskinan, penting diperhatikan lokalitas yang ada pada masing-masing daerah, yaitu kemiskinan tingkat lokal yang ditentukan oleh komunitas dan
pemerintah setempat. Indikator kemiskinan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin pada aspek kegiatan ekonomi dapat ditinjau dari sumber penghasilannya.
2.7. Perilaku Positive Deviance