2.4. Pembangunan Wilayah
Tujuan sesuatu pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam artian masyarakat secara bersama – sama dapat mengenyam hasil
nyata daripada pembangunan itu. Dalam upaya mencapai tujuan yang terkandung di dalam pembangunan,
sumber – sumber daya yang ada di dalam masyarakat perlu dimobilisasi sampai pada tingkat yang optimum melalui mekanisme legitimasi yang ada. Selain itu mobilisasi
tersebut harus sesuai dengan arah perkembangan sosio kultural masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena pembangunan merupakan upaya meningkatkan kualitas
kehidupan, maka hendaknya ada sinkronisasi antara nilai – nilai yang diintrodusir dari model pembangunan dengan nilai – nilai yang menjadi landasan kehidupan
sosial masyarakat setempat. Pembangunan wilayah regional development pada hakekatnya adalah
pelaksanaan pembangunan nasional di satu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut, serta tetap menghormati peraturan
perundangan yang berlaku, Sandy dalam Marpaung 2000. Budiharsono dalam Sinaga 2006 menyatakan pengembangan wilayah atau
pembangunan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilaraspek, yaitu 1. aspek biogeofisik; 2. aspek ekonomi; 3. aspek sosial budaya; 4. aspek
kelembagaan; 5. aspek lokasi dan 6. aspek lingkungan. Aspek biogeofisik meliputi
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
kandungan sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut.
Sedangkan aspek ekonomi meliputi kegiatan ekonomi yang terjadi disekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, politik dan hankam yang merupakan
pembinaan kualitas sumber daya manusia, posisi tawar dalam bidang politik, budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan.
Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya yang berhubungan dengan sarana produksi, pengelolaan maupun
pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah merusak atau tidak.
Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak. Kelembagaan juga meliputi
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga sosial ekonomi yang ada diwilayah
tersebut. Analisis pembangunan wilayah yang dilakukan didalam penelitian ini adalah
melihat aspek sosial yang meliputi aspek budaya, yaitu menyangkut kepada nilai – nilai budaya masyarakat kecamatan Raya kabupaten Simalungun.
Pembangunan pada dasarnya adalah pembangunan manusia, dan selayaknya pada tingkat yang paling dini memperhitungkan potensi manusianya, baik potensi
yang tampak, terlebih lagi potensi yang latent. Upaya memahami potensi manusia
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
sedemikian itu, antara lain dapat dilakukan dengan memahami manusia itu terutama didalam dirinya sebagai insan budaya.
Melalui pendekatan kebudayaan, konsep utama yang mesti dilihat adalah seluruh tatanan budaya yang menjadi pembina pola yang pada tahapannya yang
tertinggi dihayati sebagai suatu sistem kognitif berupa suatu kerangka pengetahuan dan keyakinan yang memberi pedoman bagi orientasi setiap orang yang hidup dalam
kebudayaan itu. Kebudayaan juga adalah pengetahuan kolektif yang akan menentukan persepsi dan defenisi yang diberikan oleh penganut kebudayaan tersebut
terhadap realitas. Pendekatan kebudayaan didalam pembangunan akan memahami pembangunan tersebut didalam realitasnya sesuai dengan apa yang dipersepsi dan
didefinisikan oleh masyarakat terhadapnya. Tetapi sebaliknya, pendekatan kebudayaan akan membantu usaha – usaha pembangunan tersebut memahami
masyarakat yang menjadi objek pembangunan itu sendiri. Dan didalam upaya pemahaman tersebut, pada akhirnya dapat ditingkatkan bahwa masyarakat itu adalah
subjek pembangunan. Dengan demikian, upaya pembangunan yang partisipatif emansipatoris dapat dibangkitkan di dalam upaya pembangunan itu.
Pengembangan wilayah atau pembangunan wilayah adalah menyangkut kegiatan – kegiatan memanfaatkan sumber daya wilayah, penataan ruang, perubahan
sosial dan pertumbuhan ekonomi. Dihubungkan dengan wilayah Republik Indonesia yang begitu luas, dan dengan masyarakat yang cukup banyak ragamnya, dibutuhkan
suatu cara yang bisa menunjukkan ciri keragaman itu dengan lebih tepat.
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
Berkaitan dengan hal tersebut agar suatu pembangunan lebih berhasil guna, operasional perencanaan Pemerintah perlu didukung partisipasi aktif dari masyarakat
yang diatur dengan suatu lembaga yang bertugas menata semua kegiatan – kegiatan, sehingga dapat bergerak secara dinamis dalam mencapai sasaran pembangunan
wilayah. Sejalan dengan hal tersebut di atas, pembangunan nasional pada dasarnya
bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual. Dari pendefinisian ini dapat dikatakan bahwa keberhasilan
pembangunan itu diharapkan harus dinikmati oleh semua warga negara baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun di perdesaan. Hal ini disebabkan oleh karena
masih banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di daerah perdesaan serta ditopang besarnya potensi desa yang belum tergali, maka untuk mencapai kemakmuran
masyarakat seperti yang dituangkan dalam Undang – Undang Dasar 1945, diharapkan setiap pembangunan yang dilakukan Pemerintah maupun sektor swasta harus dapat
dinikmati sampai ke tingkat lapisan masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan. Lewis dalam Todaro 1995 mengemukakan bahwa dalam suatu
perekonomian terbelakang, 80 hingga 90 angkatan kerjanya terkumpul di daerah perdesaan yang menekuni pertanian. Tingginya persentase angkatan kerja di sektor
pertanian sementara semua pekerja di daerah perdesaan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah riil di daerah itu ditentukan oleh produktivitas tenaga
kerja rata – rata, bukannya produktivitas tenaga marginal.
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
Selain masalah rendahnya tingkat produktivitas dimaksud bahwa masalah pendistribusian pendapatan anggota masyarakat menunjukkan ketimpangan yang
cukup besar antara golongan kaya dengan yang miskin. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi adalah merupakan upaya dalam rangka pengurangan atau pemberantasan
kemiskinan, ketidakmerataan dan pengangguran dalam hubungannya dengan perekonomian yang sedang tumbuh.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam mengevaluasi keberhasilan pembangunan suatu wilayah tidak hanya menitikberatkan terhadap
peningkatan hasil yang sudah diperoleh, tetapi juga harus dikaji, bagaimana pendistribusian hasil pembangunan itu dapat dinikmati masyarakat secara bersama –
sama. Dengan demikian pembangunan itu harus difahami sebagai suatu proses berdimensi jamak yang mengadakan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap
masyarakat dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan pemberantasan kemiskinan.
Sehingga dalam hal ini sasaran pembangunan pada semua masyarakat minimal dapat dikelompokkan atas:
a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang – barang
kebutuhan pokok seperti pangan, kesehatan dan perlindungan b.
Meningkatkan taraf hidup yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik dan juga perhatian yang lebih
besar terhadap nilai – nilai budaya dan kemanusiaan yang keseluruhannya
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri
c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap warga
masyarakat
2.5. Penelitian Terdahulu