4.2.2.2. Capaian Pendidikan Responden
Capaian pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan terakhir yang diperoleh responden. Untuk mengetahui mengenai
capaian pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Capaian Pendidikan Responden Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
26 30
44 26
30 44
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian 2008
Dari Tabel di atas terlihat jelas bahwa responden yang tingkat pendidikannya SD sebanyak 26 orang 26, responden yang tingkat pendidikannya SLTP sebanyak
30 orang 30 dan responden yang tingkat pendidikannya SLTA sebanyak 44 orang 44.
Dilihat dari aspek pandangan responden mengenai hakekat hidup, ternyata 30 responden 30 yang memiliki tingkat pendidikan SD yang menyatakan bahwa
hidup ini sudah ditakdirkan, 40 responden 40 yang memiliki tingkat pendidikan SLTP yang menyatakan bahwa hidup ini sudah ditakdirkan tetapi kita bisa
mengubahnya dan 30 responden 30 yang memiliki tingkat pendidikan SLTA yang menyatakan hidup ini harus diperjuangkan. Secara lebih rinci persentase responden
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
mengenai pandangan terhadap hakekat hidup dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Pandangan Responden Mengenai Hakekat Hidup Dan Tingkat Pendidikan
Pandangan mengenai Hakekat Hidup
Tingkat Pendidikan SD SLTP
SLTA
Hidup ini sudah ditakdirkan 14
6 12
Hidup ini sudah ditakdirkan tetapi kita bisa mengubahnya
6 14 20
Hidup ini harus diperjuangkan 6
10 12
Sumber: Hasil Penelitian 2008
Jika dilihat dari data tabel di atas, menurut peneliti ternyata pandangan mengenai hakekat hidup tidak ada kaitannya dengan tingkat pendidikan. Hal ini
sangat bergantung kepada prinsip dan falsafah hidup seseorang apakah memiliki falsafah hidup yang pasrah pada nasib atau justru memiliki falsafah hidup bekerja
keras.
4.2.2.3. Capaian Pendidikan Anak Responden
Capaian pendidikan anak responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan tertinggi anak responden yang menjadi tanggungan
responden. Untuk mengetahui capaian pendidikan anak responden dapat dilihat dari Tabel 25.
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 25. Capaian Pendidikan Anak Responden Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
a. SD b. Sampai SD
c. Sampai SLTP d. Sampai SLTA
e. Sampai Perguruan Tinggi 12
22 24
18 24
12 22
24 18
24
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian 2008
Dari data Tabel di atas dapat dilihat bahwa capaian pendidikan anak responden yang dibawah SD sebanyak 12 orang 12, capaian pendidikan anak
responden yang sampai SD sebanyak 22 orang 22, capaian pendidikan anak responden yang sampai SLTP sebanyak 24 orang 24, capaian pendidikan anak
responden yang sampai SLTA sebanyak 18 orang 18, dan capaian pendidikan anak responden yang sampai perguruan tinggi sebanyak 24 orang 24.
Data di atas menunjukkan bahwa capaian pendidikan anak responden sudah dapat dikatakan baik, karena dalam hal ini sebahagian anak responden sudah dapat
mencapai pendidikan tinggi 24. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Theodore Braweld dalam Supriyoko
2003 dalam karyanya Cultural Foundation 1957 menyatakan adanya keterkaitan
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan berkenaan dengan satu urusan yang sama, dalam hal ini adalah pengembangan nilai.
Sementara itu Edward Tylor dalam Supriyoko 2003 dalam karyanya Primitive Culture 1929 menyatakan bahwa kebudayaan mempunyai tiga komponen
strategis, yaitu sebagai tata kehidupan order, suatu proses process, serta bervisi tertentu goals, maka pendidikan merupakan proses pembudayaan. Masih menurut
Tylor, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya masyarakat, sebaliknya tidak ada kebudayaan dalam pengertian proses tanpa adanya pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, kita bisa memposisi pendidikan dengan kebudayaan di dalam tata hubungan yang saling mempengaruhi, atau dengan
kata lain pendidikan merupakan variabel yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan di dalam tata hubungan asimetris dimana suatu variabel mempengaruhi
variabel yang lainnya causal asymetrycal relationship.
Sehubungan dengan pendidikan, Kecamatan Raya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun yang selalu menghasilkan pelajar – pelajar yang
handal. Hal ini tidak terlepas dari komitmen para tenaga pengajar dan pemerintah kecamatan dalam memajukan kualitas pendidikan di Kecamatan Raya. Disadari
bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan memajukan kesejahteraan masyarakat dan melepaskan masyarakat dari ketertindasan, kebodohan dan kemiskinan. Ini dapat
dibuktikan dengan adanya SMA Plus di lokasi Pematang Raya yang merupakan salah satu lokasi dalam penelitian ini, sehingga Raya dijuluki miniatur pendidikan di
Supsiloani: Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, 2008.
USU e-Repository © 2008
Kabupaten Simalungun, yang selalu menyumbangkan para pelajarnya masuk di berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan pada data
jumlah alumni siswai SMA Plus Raya yang masuk perguruan tinggi negeri setiap tahunnya sebagai berikut:
Tabel.26. Jumlah Alumni Siswai SMA Plus Raya Yang Masuk Perguruan Tinggi Negeri Setiap Tahunnya
Tahun 2005 Tahun 2006
Tahun 2007
Jumlah Siswai SMA Plus Raya
Yang Masuk PTN 40 Siswa
40 Siswa 38 Siswa
Total 118
Siswa
Sumber: Kantor Camat Raya 2007
4.2.2.4. Status Kepemilikan Rumah Responden