54
BAB IV
ANALISIS YURIDIS PELAKSANAAN BIOREMEDIASI DALAM
KEGIATAN HULU MINYAK BUMI DI INDONESIA
A. Mekanisme Tata Pelaksanaan Bioremediasi dalam Kegiatan Hulu
Minyak Bumi di Indonesia
Mekanisme tata pelaksanaan bioremediasi di  Indonesia diatur jelas di dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 dimana
tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah sludge minyak bumi secara biologi adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan Limbah
Persyaratan  limbah  minyak  bumi  yang  akan  diolah  secara  biologi adalah  konsentrasi  maksimum  Total  Petroleum  Hidrokarbon  TPH
sebelum  proses  pengolahan  adalah  tidak  lebih  dari  15,  jika  lebih  maka perlu  dilakukan  pengolahan  atau  pemanfaatan  terlebih  dahulu  dengan
mempertimbangkan  teknologi  yang  tersediadan  karakteristik  limbahnya serta  hasil  uji  logam  berat  berada  di  bawah  baku  mutu  seperti  yang
tercantum dalam Keputusan Nomor 04Bapedal091995. 2.
Persyaratan Tempat Pengolahan Persyaratan umum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal tahun
1995  tentang  pengolahan  limbah  B3  dan  melakukan  pengkajian  terhadap
konsisi  awal  tanag  dari  lokasi  yang  akan  dibangun  unit  pengolahan termasuk data kandungan TPH dan logam berat pada sampel tanah dan air
tanah. 3.
Persyaratan Fasilitas Fasilitas pengolahan limbah minyak bumi secara biologi  di  tempat
pengolahan  harus  dilapisi  tanah  lempung  dengan  ketebalan  minimum  60 cm seteah dipadatkan, saluran drainase dirancang di sekeliling unit lokasi
pengelolahan,  konstruksi  saluran  drainasedan  kolam  penampungan  air limpasan  harus  kedap  air,  tanggul  dibangun  disekeliling  unit  lokasi
pengolahan,  pagar  pengaman  di  sekeliling  lokasi  dipasang  untuk menghindari masuknya pihak-pihak yang tidak berkepentingan, dan tanda-
tanda  peringatan  dipasang  untuk  menjaga  aspek  keselamatan  dan keamanan.
4. Tata Cara Pengolahan
a. Bahan  pencampur  dapat  ditambahkan  pada  limbah  dengan  tujuan
untuk  mengoptimalkan  proses  penguraian  limbah  minyak    bumi  oleh mikroba. Bahan penggembur dapat  ditambahkan untuk  meningkatkan
porositas campuran limbah minyak bumi dengan memanfaatkan bahan yang  tersedia  di  sekitar  lokasi  pengolahan.  Pada  proses  pengolahan
yang  dilakukan  secara  aerob,  maka  pemberian  oksigen  melalui  pipa- pipa, pengadukan manual atau dengan alat berat.
b. Mikroba  pengurai  limbah  minyak  bumi  yang  diperoleh  dari  luar
dipersyaratkan  bukan  merupakan  organisme  pathogen,  bukan termasuk organisme hasil rekayasa genetika dan apabila produk import
digunakan harus seijin dari instansi Departemen Pertanian. 5.
Evaluasi Kinerja Pengolahan Keberhasilan  proses  pengolahan  secara  biologi  dalam  menurunkan
kadar  TPHOil  Content  sampai  memenuhi  kriteria  yang  dipersyaratkan dievaluasi  untuk  melihat  efektifitas  penguraian  limbah  minyak  secara
biologi  dengan  ketentuan  waktu  maksimum  pengolahan  adalam  8  bulan. Jika proses pengolahan memakan waktu lebih dari 8 bulan, maka evaluasi
ulang dilakukan untuk meningkatkan kinerja proses pengolahannya. 6.
Analisis Terhadap Proses Pengolahan Selama  proses  pengelolaan  secara  biologi  ini  dilakukan,  maka  beberapa
parameter dianalisis dengan beberapa ketentuan. 7.
Kriteria Hasil Akhir Pengolahan a.
Limbah sludge minyak bumi harus memenuhi persyaratan nilai akhir hasil pengolahan sludge minyak bumi secara biologi.
b. Limbah  cair  yang  dibuang  ke  lingkungan  harus  memenuhi  KepMen
yang mengatur mengenai baku mutu limbah cair yang terkait misalnya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.42 tahun 1996.
8. Penanganan Bahan Hasil Pengolahan
a. Sebelum melakukan kegiatan pengelolaan terhadap bahan hasil olahan
pasca  operasi,  maka  pengelola  melaporkan  rencana  kegiatan  tersebut ke KLH.
b. Hasil  olahan  ditimbun  ke  landfill  jika  hasil  analisis  tidak  memenuhi
baku mutu yang dipersyaratkan dan mengacu pada Keputusan Nomor 04Bapedal091995.
c. Persyaratan  lahan  penempatan  bahan  hasil  olahan  tersebut  harus
merupakan  daerah  bebas  banjir,  bukan  daerah  resapan  atau  sumber mata  air,  bukan  daerah  permukaan  dangkal  dan  bukan  daerah  yang
dilindungi. d.
Bahan  hasil  olahan  yang  ditempatkan  di  luar  area  penghasil  limbah harus memperoleh ijin dari Kementrian Lingkungan Hidup.
9. Pemantauan dan Pengawasan terhadap Bahan Hasil Pengolahan
Pemantauan  dan  pengawasan  terhadap  bahan  hasil  pengolahan  yang diletakkan  di  atas  lahan  dilakukan  secara  teratur  dan  periodic  dengan
ketentuan sebagai berikut : a.
Analisis TPH terhadap sample bahan hasil pengolahan, sample tanah, sample  air  tanah  dilakukan  oleh  penghasil  limbah  minimum  setahun
sekali. b.
Penghasil  limbah  bertanggung  jawab  terhadap  pengendalian  atau pengolahan terhadap lokasi penempatan hasil olahan minimum 2 dua
tahun  atau  jangka  waktu  lain  yang  ditentukan  oleh  instansi  yang bertanggung jawab.
c. Pemantauan dan pengawasan terhadap lokasi penempatan bahan hasil
olahan  dilakukan  oleh  KLH,  Bapedalda  propinsi  dan  Bapeldalda KabupatenKota atau instansi lain yang berwenang minimum 6 enam
bulan sekali. d.
Pelaporan  tentang  hasil  pemantauan  diberikan  kepada  KLH, Bapedalda  propinsi  dan  Bapedalda  KabupatenKota  atau  instansi  lain
yang berwenang minimum 6 enam bulan sekali.
B. Hubungan Hukum Pemerintah dan Perusahaan dalam pelaksanaan