F. Kerangka Teori dan Asas
1. Kerangka Teori
a. Teori Utilitarianisme
Aliran Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan hukum. Kemanfaatan disini
diartikan sebagai kebahagiaan happiness. Jadi, baik buruknya atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan itu selayaknya dapat dinikmati oleh setiap individu atau paling tidak dapat
dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat bangsa tersebut atau dikenal dengan the greatest happiness for the greatest
number of people. Selain itu tujuan hukum menurut aliran ini adalah untuk menciptakan ketertiban masyarakat. Hukum bukanlah semata-
mata pencerminan dari rasio semata-mata, tetapi hukum juga merupakan pencerminan perintah penguasa
9
. Jeremy Bentham berpendapat bahwa alam telah memberikan
kebahagiaan dan kesusahan dan manusia selalu berusaha untuk mendapatkan banyak kebahagiaan dan mengurangi kesusahan. Tugas
hukum adalah menjamin kebahagiaan kepada individu-individu. Namun demikian Bentham juga tidak menyangkal bahwa disamping
9
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h.lm 117.
kepentingan individu, kepentingan masyarakatpun harus diperhatikan dan agar tidak terjadi konflik maka kepentingan individu dalam
mengejar kebahagiaan sebesar-besarnya perlu dibatasi
10
. Prinsip-prinsip utilitarianisme juga dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
11
: 1.
Menentukan bagaimana suatu biaya dan manfaat akan dapat diukur dalam memilih satu langkah tindakan atas tindakan yang
lain. 2.
Menentukan informasi apa yang dibutuhkan untuk menentukan biaya dan manfaat sebagai alat perbandingan.
3. Mengidentifikasikan prosedur-prosedur dan kebijakan-kebijakan
yang akan digunakan untuk menjelaskan dan membenarkan analisis atas biaya dan manfaat.
4. Menetapkan asumsi ketika mendefinisikan dan membenarkan
analisis dan kesimpulan. 5.
Menentukan kewajiban moral terhadap para pemangku kepentingan stakehoulder setelah biaya dan manfaat diestimasi
untuk pengambilan strategi yang spesifik.
10
Ibid, hlm. 118.
11
Zaenal Asikin, Mengenal Filsafat Hukum, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2014, hlm.120.
Teori nilai kebijakan publik menjelaskan bahwa pertukaran pandangan atau musyawarah mufakat di antara pemangku kepentingan
dapat menjadi dasar bagi pembuatan keputusan yang rasional. Pertukaran pandang dilandasi oleh sifat keterbukaan pemikiran,
kejujuran, kesediaan untuk mendengarkan kritik dan penghargaan atas pandangan-pandangan pihak yang berbeda menjadi dasar pengambilan
keputusan bersama. Menurut teori nilai kebijakan publik wakil-wakil dari pemangku kepentingan dalam proses legislasi harus mampu
mengatasi benturan
kepentingan dengan
cara menempatkan
kepentingan bersama diatas kepentingan konsituen mereka karena dalam pembangunan ekonomi nasional seringkali berbenturan dengan
hukum lingkungan dengan tidak diperhatikannya aspek lingkungan hidup.
b. Teori Efektifitas
Menurut Lawrence Friedman, unsur-unsur sistem hukum itu terdiri dari struktur hukum legal structure, substansi hukum legal
substance dan budaya hukum legal culture.
12
Struktur hukum meliputi badan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta lembaga-lembaga terkait,
seperti Kejaksaan, Kepolisian, Pengadilan, Komisi Judisial, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dan lain-lain. Sedangkan substansi
hukum adalah mengenai norma, peraturan maupun undang-undang.
12
Lawre ce Fried a , American Law , Lo do : W.W. Norto Co pa y, 1 4 , h. 6.
Budaya hukum adalah meliputi pandangan, kebiasaan maupun perilaku dari masyarakat mengenai pemikiran nilai-nilai dan
pengharapan dari sistim hukum yang berlaku, dengan perkataan lain, budaya hukum itu adalah iklim dari pemikiran sosial tentang bagaimana
hukum itu diaplikasikan, dilanggar atau dilaksanakan.
2. Kerangka Asas